13. Penghianat Sequoia

3.3K 174 109
                                    

Plis bantu jawab, cerita ini trllu monoton ga si?

Btw ada yg mau flashback Laskar kenal Sila dari mana?
Siapa Sila sebenarnya?

Ok ga mau juga gpp, ya smoga sja klian bisa tidur dengan rasa pnasaran.

Thnks, sehari aja komen dah tembuss! Dpat salam juga dari Moci-nya Eyo

-

Siang ini, Sila sampai di salah satu markas Sequoia. Yang membuat ia terkagum-kagum karna ruangan utama begitu terlihat elegan, dengan cat putih. Lalu ia di perlihatkan ruangan yang bercat abu-abu, dengan darah berceceran di mana-mana, bau aneh menyeruak memasuki indra pernapasan, dengan terpaksa ia menutup hidung. "Ini bau bangkai manusia."

Sila menatap lekat-lekat mayat yang tergeletak mengenaskan, mayoritas memang wanita, tapi juga ada laki-laki yang di gantung di atas.

"Ah maaf Nona, itu belum di bereskan." Georgi tiba-tiba datang dengan senyum mengerikan. Lalu menutup kasar pintu itu hingga Sila terpelonjak lalu bergetar ketakutan. Seharusnya Sila tidak mengintip ruangan ini.

Georgi pergi dengan masih menatapnya lekat-lekat. Sila hanya bisa menunduk. "Astaga mengapa di sini sungguh menakutkan," monolog Sila pelan.

Sebenarnya sesudah sampai, Sila izin untuk ke WC untuk buang air kecil, sesudah dari WC ia malah penasaran dengan pintu yang sedikit terbuka, yang ternyata itu ruang eksekusi. Memang ini berada di bawah tanah, hingga baunya tidak tercium oleh orang yang lewat.

Sila tersenyum untuk kesekian kalinya, apalagi yang akan ia dapat nanti? Sebuah rahasia Sequoia? Atau sebuah informasi yang membuatnya ingin mencatat lalu mengoleksinya.

Sila berbalik hingga menabrak dada seseorang. Sila bisa merasakan baunya. Laskar, lelaki yang semalam menyetubuhinya. "M-maaf," kata Sila takut, pasti Georgi melapor, mengingat jika lelaki itu begitu pedas lomtarannya. Sila sering mendengar jika di rumah.

Laskar masih dengan ekspresi dingin. Tatapannya seakan memberi tahu untuk mengikutinya. Lelaki itu pergi begitu saja, hingga Sila mengikuti dari belakang.

Mereka sampai di ruangan utama, kini mereka ada meet dengan orang berbeda dari yang kemarin. Mr. Enzie dari Italia, yang kini mereka sedang menunggu Arkan.

"Sial, dimana babu gue yang menyedihkan itu?" Rutuk Laskar begitu kesal. Jika Arkan bukanlah orang penting juga disini, Laskar akan meninggalkan Arkan meet kali ini, atau bisa ia menendangnya dari sequoia.

Georgi yang sedang memotong kuku jarinya, lalu menatap Laskar dan beralih ke Sila yang menunduk ketakutan. Saat Sila sadar di perhatikan, membalas tatapan Georgi yang kini memperlihatkan senyum liciknya.

Sila semakin takut, hingga terdengar suara Georgi, "asisten lo kenapa, Ka? Mungkin dia kelaparan?" Georgi meraih dagu Sila. "Mau gue masakkin daging? Di ruangan sebelah banyak daging yang belum di masak," kata Georgi dengan nada yang begitu mengerikan, senyumnya sungguh menakutkan. Sila mengerti, daging yang di maksud adalah daging manusia yang kini sudah menjadi mayat.

Sila memundurkan duduknya, lalu menunduk, hingga tangan Georgi yang memegang dagunya terlepas. "A-aku s-sudah sarapan kok." Sila menahan air mata yang siap keluar.

Georgi terkekeh pelan, dengan tatapan Laskar yang menatap malas. "Gue kira, asisten lo itu yang seperti senggol bacok, ternyata ...." Georgi menatap Sila lagi. "Senggol nangis." Terdengar tawa semua orang di ruangan privat ini, termasuk Laskar yang terkekeh.

Sila tidak bisa menahan air matanya lagi, dengan keadaan menunduk Sila menahan isakkannya kuat-kuat. Tidak ada yang membelanya, atau sekedar menenangkannya. Apa lelaki dewasa memang semua sejahat itu? Bahkan Renzo yang sedari tadi di situ tidak menyapa atau sekedar menanya kabar, bahkan lelaki itupun tertawa.

ENERVATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang