Wajib follow ig gue @ririscorpio_ ga rugi soalnya gue sering buat story, atau reels.
Satu lagi geng, follow wp gue. Happy kiyowo geng.- Kebahagiaan pertama
Kejadian kemarin Siang cukup membuatnya sedikit bahagia, merasa bahwa ia memiliki seseorang yang peduli padanya. Membayangkannya membuat Sila tersenyum tipis.
Sekelebat bayangan tentang Malam yang membuatnya trauma tiba-tiba datang tanpa di minta dalam pikirannya, mati-matian Sila melupakan itu semua, sayang sangat susah.
Semuanya meninggalkan bekas, sesaat Sila meringis merasakan sakit di bagian bawah. Sila memegang perutnya, membayangkan bagaimana jika ia hamil?
"Bayi yang malang, jangan hadir di perut ini." Sila memeluk perutnya, bukan, bukan ia tak ingin memiliki anak, hanya saja waktu yang tidak tepat. Sila terlalu muda, ia belum memiliki kebahagiaan, bagaimana bisa ia membuat bayi hidup di lingkungan mengerikan tanpa sebuah kebahagiaan?
Sila juga masih ingin menikmati masa mudanya seperti remaja pada umumnya, Sila ingin tertawa lepas tanpa memikirkan hukuman, ia ingin keluar rumah dengan banyak teman, ia ingin merasakannya. Sangat ingin.
Sila meremas kakinya di lumuri darah yang sudah mengering. Semalam Laskar kembali menyiksanya, tanpa bertanya bagaimana perasaannya setelah Laskar merenggut paksa mahkotanya. Laskar seakan tidak peduli, seakan itu hal kecil.
Sakit di kaki sudah terlalu sering di lukai, mungkin Laskar bosan jadi melukai hatinya hingga berkeping-keping. Membayangkan hal seperti itu, terus membuatnya sedih.
Untuk saat ini Sila tidak perlu merasa tegang, karna Laskar sedang keluar kota, walau Sila tau, ia di awasi lewat cctv yang tersambung ke HP milik lelaki kejam itu.
Sila berjalan dengan pelan ke arah balkon. Melihat indahnya pagi dengan mentari yang bersinar indah, seakan menyapa pagi dengan ceria.
"Pagi." Sila terpelonjak kaget. Ia menoleh ke belakang dan terlihat Renzo yang tersenyum santai.
Yang membuat Sila khawatir adalah cctv kamar ini yang pasti nanti terlihat oleh sang pemilik kamar. "K-kamu ngapain Oren?" Terbesit rasa senang karna akhirnya ia memiliki teman.
Renzo menatap keluar. "Lo ingin menyoba hal baru, seperti keluar di pagi hari? Gue tau melupakan hal yang mengerikan itu sulit," kata Renzo seakan tau apa yang di alami Sila.
Sila menahan mulutnya agar tidak tersenyum. "T-tapi--"
"Cctv? Itu sudah gue urus," jawab Renzo cepat, dengan berjalan terlebih dahulu.
Kini Sila tersenyum lebar, jantungnya berdebar tidak karuan. Renzo, lelaki yang kini ia anggap pahlawan. Dengan rasa bahagia Sila mengikuti Renzo untuk keluar rumah.
Sekarang kebahagiaan Sila semakin meningkat saat pertama kali selama ia hidup 16 Tahun keluar melihat indahnya dunia. Sila tersenyum lebar, sederhana tapi sangat berkesan. "Ya Tuhan..." Sila tidak bisa menahan rasa bahagia yang sangat besar ini.
Renzo terkekeh geli, ini baru di halaman mansion bagaimana jika di luar sana, mungkin Sila kejang-kejang. "Beneran baru pertama?"
Sila mengangguk antusias, sesaat kemudian senyumnya luntur saat satpam di mansion ini mendatangi mereka. Sila bersembunyi di belakang Renzo.
Renzo memasukkan kedua tangannya di saku celana, ia menatap satpam itu santai. "Urus semua atau keluarga lo mati di tangan gue!" Gertak Renzo membuat satpam itu sedikit gentar. Tanpa menunggu balasan, Renzo berjalan keluar dari halaman ini dan menyambut jalan yang di isi banyak orang berlalu lalang.
"T-tapi bagaimana jika Tuan Laskar tau?" Kata satpam itu menyusul Renzo dengan raut wajah ketakutan.
"Dungu! Sudah gue bilang, urus semuanya, hapus ini dari cctv, jika ingin keluarga lo aman, jangan sampai ketahuan!" Jawab Renzo dengan berdesis mengerikan, orang sepertinya tidak suka pengulangan, itu menyebalkan.
Renzo memasuki mobil yang sudah di siapkan salah satu bodyguard-nya. Ia membuka pintu untuk Sila yang sedang memperlihatkan raut kagum berlebihan. Renzo tersenyum tipis.
Sekarng Renzo tau, alasn mengapa ia tiba-tiba peduli. Sepuluh tahun yang lalu, kejadian di mana hal berat menimpa adik perempuannya, membuat Renzo ikut terpuruk, adiknya di perkosa oleh 6 lelaki yang terobsesi dengan adiknya, keadaannya begitu kacau membuat Renzo ikut trauma, rasanya pasti sangat menyakitkan.
Begitu juga untuk Sila. Gadis di pinggirnya sangat mirip dengan adiknya, keadaannya terasa oleh Renzo. Ia hanya ingin membantu Sila agar tidak merasa sendiri, walau nyatanya memang sendiri. Tapi sekarang tidak, Renzo akan menemani Sila.
Ya, Renzo bertekad akan melindungi Sila, walau ia tidak bisa membuat Laskar berhenti menyiksa Sila, setidaknya ia ada saat Sila membutuhkan seseorang. Renzo menganggap Sila sebagai adiknya yang hidup di raga orang lain. Iya, adik tercintanya.
Kini mobil milik Renzo sampai di salah satu taman yang terkenal di jakarta. Renzo membuka pintu dan berjalan memutar saat tau Sila bingung cara membukanya.
Sila keluar dengan raut begitu bahagia, kini ia berpikir apakah ini akhir dari semuanya dan saatnya ia bahagia? Tuhan mendengar doanya?
Sila terlalu bahagia mengelilingi taman bersama Renzo, mencoba makanan ini itu, tanpa tahu jika ini bukan akhir dari segalanya, ini adalah awal dari semuanya. Awal dimana konflik dan kesakitan Sila yang semakin bertambah, keadaan yang semakin memburuk.
Sila melupakan itu.
Selamat datang di awal dari segalanya, semua yang akan terlihat membingungkan.
Tbc
"Cerita terkesan merendahkan" biasakan membaca desk hingga selesai terlebih dahulu, baru berpendapat, ok?
Gue ngga mood, tau ko sepele. Tapi bawaannya jadi males nulis, jadi ga pede buat promosi sana sini.
Komen yang bnyak ya, kalau mau lanjutt, minimal 30+ komen. Ok, byeee...
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE
Teen Fiction17+ kebijakkan pembaca di sarankan. - Gadis ini dijadikan hewan peliharaan, disamakan dengan boneka, disiksa tanpa belaskasihan, diperlakukan jauh dari kata manusia. Sila, yang tidak tahu asal-usulnya dari mana, tidak tahu siapa dirinya, tidak tahu...