Malam hari ini, begitu menyebalkan untuk Laskar yang baru sampai di Markas memperlihatkan adegan Arkan dan Georgi yang sedang baku hantam, entah apa masalahnya Georgi terlihat begitu marah. Bukan itu yang sedikit membuat Laskar bingung, kini Arkan yang terlihat marah juga.
Jika melihat Georgi bagai kucing garong itu memang sudah biasa terlihat, hanya saja Arkan yang marah terhadap Georgi yang tidak biasa. Arkan sangat susah marah walau sedang di rendahkan, jika dia merasa tidak, maka dia tidak akan merasa apalagi marah. Tapi malam ini Arkan terlihat seperti iblis yang siap melenyapkan Georgi dalam satu jentikkan tangan.
"LO ANJING, LO YANG RUSAK GUE!"
"AH BANGSAT, EMANG LO CEWE?!"
Oke memang sekilas terlihat lucu, bahkan Renzo sedari tadi tertawa kencang melihat adegan seperti anak SD yang merebutkan sesuatu. Tapi bagi Laskar itu membosankan.
"Apa tidak ada selain ini?"
Renzo mengedikkan bahunya acuh. "Nikmati saja." Renzo kembali melanjutkan menggores betisnya menggunakan silet, mengukir nama seseorang, sembari menikmati teriakan Georgi yang semakin lama semakin parau.
Laskar menyandar di sofa sembari menunggu dua mahluk tidak berguna itu selesai bertarung, sedikit bosan, Laskar menyalakan HP miliknya lalu membuka cctv kamar memperlihatkan Sila sedang tertidur cantik. Mungkin Sila lelah karna semalam, terbesit rasa puas. Ia tersenyum miring.
Laskar mengabaikan dua lelaki yang masih adu argumen, kini terlihat sedang tindih menindih. Benar, nyaris seperti anak kecil.
Arkan menindihi Georgi lalu mencekiknya, ia berdesis mengerikan. "Shit, lo buat sisi gelap gue keluar, Georgi!"
Georgi yang tidak pernah takut, menatap Arkan tak kalah tajam. "Sshh... g-gue b-benci lo si-alan!" Kata Georgi tajam walau terbata-bata karna cekikan Arkan yang begitu erat.
Arkan tersenyum penuh arti, lalu ia mendekat, membiarkan kening mereka saling menyentuh. "Gue juga sayang lo, Eyo," kata Arkan lirih, auranya terasa menakutkan.
Georgi yang tidak mau kalah dan terlena ucapan sialan dari Arkan, ia balas mencekik Arkan tak kalah erat. Beberapa puluh detik hingga wajah mereka hampir membiru.
Renzo yang selesai mengukir lalu menyuruh dua beban itu untuk berhenti. "Stop it!"
Arkan yang tersulit emosi dan Georgi yang tidak peduli, tidak membuat mereka berhenti untuk saling mencekik.
Renzo memberi tatapan yang tidak biasa, kini auranya tidak selawak sebelumnya, sekarang terasa begitu menyeramkan. "I said stop it!" Renzo melempar silet itu lalu menancap di punggung Arkan, hingga membuat aksi mereka terhenti.
Laskar yang tau itu, lalu berdiri dan mengambil ember berisi air es yang sebelumnya salah satu anggota mengambil dan memberinya kepada Laskar. Bukan cuma Laskar yang geram, bahkan yang ada di ruangan ini pun ikut malas melihatnya.
Byurr!!
"Oh shit!"
"Damn!"
Arkan dan Georgi berteriak kesal, kini mereka basah kuyup dan kedinginan. Luka di punggung lalu di siram air sedingin es membuat luka itu terasa linu.
"Ssshh... sial!" Arkan bangun dan langsung menuju ruang ganti. Georgi yang tau itu bangun dan siap dengan ancang-ancang menendang Arkan.
Brakk!!
"BANGSAT!" Teriak Arkan begitu terdengar menyakitkan. Georgi menendang tepat di luka yang di buat oleh silet, hanya silet tapi menancap begitu dalam.
Laskar lagi-lagi di buat geram dengan perkelahian Arkan dan Georgi yang di lanjut di ruang ganti.
Beberapa menit terlewat, Arkan dan Georgi datang dengan wajah masam saat di beri asap lebat seperti asap rokok, oleh Saga, salah satu anggota yang juga memberi air es kepada Laskar. Langsung dua lelaki itu menggeram marah dan keluar dengan kesal.
Saga terkekeh dengan pandangan jijik. "Dasar, aib negara."
Arkan yang siap mencekik Saga terhenti saat Renzo lagi-lagi melempar pisau lipat mengenai bahunya. "Sialan!" Nasibnya hari ini begitu buruk. Arkan mencabut pisau itu lalu melempar secara asal.
"Lanjut," kata Renzo dingin.
Laskar memulai pembahasan mereka dengan sepuluh orang penting, dari perusahaan yang tentu bukan perusahaan kecil, dengan orang-orang hebat dan bukan orang biasa.
"Saat gue cari tau, Venus ada di balik ini semua." Laskar berucap lalu membuka satu-satu berkas yang sudah di kumpulkan olehnya dengan cara sendiri. Selagi tidak rumit, Laskar selalu turun tangan sendiri.
"Dalangnya belum ketemu, yang lo temuin itu hanya ketua dari beberapa tempat."
"Jadi gue harus nyari ketua dari ketua ketua ketua ketua ketua ketua ketuanya gitu?" Kata Arkan mengundang tendangan keras dari Georgi.
Renzo terkekeh kecil, dia kini menjadi Renzo biasa yang sudah bisa mengendalikan dirinya. "Lo mati emang jalan terbenar sepertinya."
"Setuju sih, dia aib soalnya," kata Ken dengan santai
Laskar menatap tajam mereka, mengundang senyum miring Arkan seakan berkata 'mampus!'.
"Keluar yang tidak minat!" Ucapan tegas seakan membuat gendang telinga mereka bolong seketika. Mereka terdiam membeku. Beberapa detik kemudian wajah kaget mereka berubah menjadi dingin. Kadang, itu yang membuat para mata-mata takut dan tidak biasa.
"Kita harus mencari ketua dari ketuanya, dan itu pasti tidak mudah, kita akan melewatkan banyak masalah." Laskar menutup matanya lalu menyandar saat tiba-tiba sakit menyerang kepalanya. Ia kelelahan.
Saat menutup mata, bayangan Sila mendatanginya, dengan pikiran yang terus bercabang. Laskar tersenyum aneh, ia mendapatkan satu kemudahan.
Sila, are you ok?
Laskar tertawa mengundang tatapan horor dari sembilan orang yang ada di ruangan ini.
Sakit kepalanya membuat ia gila.
Tbc
Tokoh di sini gada yang normal, karna gue suka yang berbeda.
Inget berbeda itu keren.
Sebenarnya gue lebih suka komen bnyk, tapi vote juga perlu, jadi jan lupa vote, ok?
Bisa ga komen lebih banyak dari part sebelumnya? Kalau bisa, gue duoble up. Kalau tidak ya, harus nunggu kaya kemarin-kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE
Teen Fiction17+ kebijakkan pembaca di sarankan. - Gadis ini dijadikan hewan peliharaan, disamakan dengan boneka, disiksa tanpa belaskasihan, diperlakukan jauh dari kata manusia. Sila, yang tidak tahu asal-usulnya dari mana, tidak tahu siapa dirinya, tidak tahu...