17. Koma

3.9K 196 44
                                    

"Apa yang lo tau tentang Venus?" Tanya Georgi dengan mencekik gadis hasil pelelangan mereka kemarin. Gadis itu menangis menahan sakit, dan Georgi yang menggeram kesal.

Viola Kinara, gadis itu hanya menangis pasrah saat melihat ujung pistol yang menempel di keningnya. Tidak bisakah Georgi lebih lembut sedikit?

"Eyo tenang, jawabannya ada di dia, ingat?" Renzo menarik pistol itu lalu menyembunyikan di balik jasnya.

Georgi memutar bola matanya malas. "Siapa yang nyuruh lo nangis, bitch?"

Renzo menipiskan bibirnya, Georgi sungguh keras kepala. "Ikut gue." Renzo menarik Georgi pergi meninggalkan Arkan, Zee dan Viola yang masih menangis. "Lo akan menghancurkan segalanya karna alergi lo terhadap gadis cengeng."

Arkan menatap kepergian Georgi dan Renzo. Lalu ia melihat Zee yang mendekat Viola, gadis itu memeluk Viola memberi ketenangan.

"Jangan menangis. Georgi memang begitu, dia alergi gadis cengeng. Dan ... ucapannya memang sepedas itu," kata Zee dengan kata terakhir yang dipelankan.

"Tapi tidak apa-apa, ada aku, dan satu lagi, Sila. Tapi aku tidak tau Sila dimana sekarang." Zee menyimpan jari telunjuknya di dagu, seakan memikirkan sesuatu.

Viola hanya tersenyum tipis. "Nasila, yang dijadikan hewan oleh Laskar?" Kata Viola pelan, karna dia menyadari bahwa para pengawal tengah memperhatikan mereka. "Gue tau dari Venus."

Viola melotot kaget. "Jadi ka--"

"Ke kamar." Arkan menatap Zee dingin. Dia berjalan pelan dan menarik Zee kasar menyuruh masuk ke dalam kamar. Zee hanya menurut, sembari melihat kebelakang seakan berkata. "Hati-hati, dan tolong."

Arkan menatap Viola dingin. Lalu ia menyalakan HP nya, menelpon Laskar menelpon Laskar.

"Dimana?" Kata Arkan to the point.

"Kamar."

"Sialan! Lo masih ada urusan di Sequoia, ingat?" Arkan menggeram marah. "Jangan melupakan sesuatu dengan melakukan yang lain, bodoh!"

Di sana, Laskar memutar bola matanya malas. "Hewan gue nakal, maybe malam gue kesana setelah memberi hukuman."

"Lo gila? Dia baru bangun dari pingsannya. Tapi tidak apa-apa, itu keren. Jangan lupa, videonya, Renzo pasti suka," Arkan tertawa. Sebelumnya dia marah-marah dan kini tertawa seakan tak terjadi apa-apa.

Telpon terputus. Arkan menatap Viola lembut, lalu mengusap pipinya perihatin. "Sakit ya?"

Viola memberi ekspresi datar, ternyata mereka lebih gila dari pada komplotan Venus. Kadang Viola bingung, mengapa harus dia yang melihat kejadian dan mengetahui rahasia Venus? Sekarang ia jadi incaran para Mafia termasuk Sequoia. Viola hanya gadis SMA yang sebentar lagi lulus, tapi mengapa nasib buruk dan sialan ini menimpa padanya?

Sekarang Viola merasa sakit bagian perutnya, saat ia memberontak, dia di tikam pisau oleh Georgi. Viola bisa bela diri, dia gadis kuat, tapi soal begini bagaimanapun tak ada yang tidak meringis dan menangis kesakitan.

Satu lagi, ingatkan dia memiliki dendam besar pada Georgi. "Awas lo, bajingan! Gue tandain muka lo!"

Viola mendorong Arkan kasar. "Gausah deket-deket, lo bau!"

Arkan terdiam, lalu terkekeh. Gadis ini ternyata menantang. "Keren, lo kasar. Gue suka."

Viola bergidik ngeri. "Yaampun, kesalahan apa yang buat gue ketemu para orang gila?"

- Sequoa -

Laskar menarik kasar Sila yang baru beberapa jam bangun dari pingsannya, menuju balkon. Tepat di bawah balkon terdapat kolam sedalam 5 meter. Sebelumnya kolam itu di gunakan olehnya dan teman-teman semasa kuliah.

Laskar mendorong Sila hingga gadis itu menubruk pagar pembatas, sebatas perut. Sila menatap kebawah, yang terlihat air kolam begitu dalam. Dari belakang lelaki itu memeluk pinggang Sila, lalu menyimpan dagunya di pundak wanita kecil itu.

"Lo tau? Apa yang lebih menyakitkan saat berdekatan dengan gue?" Laskar berbisik pelan, nadanya begitu terdengar seperti geraman kecil.

Sila menggeleng pelan.

"Terjun, yang membuat lo merasa di ambang kematian, bitch." Setelah itu, Sila merasa mengapung, sesaat semua seakan berhenti sekejap. Setelah sadar  ia merasa kepalanya membentur pagar dengan kencang. Laskar mendorongnya ke bawah.

Sila memejamkan matanya. Menahan sesak yang luar biasa. Wanita itu merasakan sakit karna benturkan keras hingga mengalami pendarahan,  kepalannya yang membentur sisi tembok kolam. Lalu badannya memasuki kolam. Tubuhnya terasa memantul.

BYURR!!

Air kolam itu sedikit demi sedikit berubah menjadi genangan darah. Di dalam sana sebelum hilang kesadaran, Sila bergumam tanpa suara. "Hilangkan aku selamanya, Tuhan. Aku lelah, dan aku ... menyerah."

Setelah itu, semuanya gelap. Sila membawa pergi rasa sakit di dalam kegelapan, segelap dasar samudra. Disana, air mata tak kan keluar, rasa sakit tidak akan terasa. Jika ia memilih, dirinya akan lebih suka di sana, dari pada sini. Sila ingin pergi. Semoga, doa yang ini terkabul, tanpa harus menunggu.

Di atas sana, Laskar hanya menampilkan wajah dinginnya. Laskar tidak suka dibantah, tidak suka dilawan, menurutnya itu sesuai dengan apa yang Sila lakukan. Setelah itu Laskar pergi begitu saja, menutup balkon membiarkan kolam berubah menjadi genangan darah.

"He's very crazy," gumam seseorang di bawah sana dengan tatapan yang dingin, menyorot tajam. Lalu menolong Sila dan membawanya ke rumah sakit.

- Sequoia -

Viola, Arkan, Renzo dan Zee, membawa Sila ke rumah sakit. Kini mereka menunggu hasilnya di tempat tunggu.

Sebelumnya Arkan dan Renzo akan menemui Laskar untuk mengatakan bahwa Liam ditemukan setelah terakhir di tempat pelelangan dan kabur tanpa jejak. Tapi Viola yang memaksa ingin ikut, dan mengancam tidak akan memberi tahu tentang Venus walau ia di eksekusi mati. Mau tidak mau Arkan mengajak Viola. Dan Zee yang memang ekornya Arkan.

Lalu Viola dan Zee melihat kejadian dimana Laskar mendorong Sila ke kolam. Zee heboh dan menangis histeris. Renzo yang tau langsung menyelamatkan Sila, dan mengundur pertemuannya dengan Laskar.

Viola bangkit setelah melihat Dokter keluar dari ruangan Sila. Wajahnya sulit di tebak, membuat Viola dan Zee khawatir.

"Gimana keadaannya, Dok?" Zee cepat.

"Kalian keluarganya?"

"Kita, mereka berdua penjahat kelamin," kata Viola lantang, dari suaranya tidak ada nada takut dan gugup. Gadis ini begitu berani dan bernyali besar.

Dokter itu meringis mendengar ucapan Viola yang terbilang berani. "Pasien mengalami pendarahan di kepalanya karna benturan keras, sehingga menyebabkan kerusakan otak." Dokter itu menghela nafas berat. "Dia koma."

Renzo menggeram marah. Lelaki itu berusaha sekuat mungkin untuk tidak marah disini. "Sialan."

Tbc

Ini kan yang kalian inginkan? Sini komen lo yang pengen Sila koma, jan siders gue santet lo:)

Itu belum seberapa sakit yang Sila rasakan, itu masih kurang, ya menurut gue, mnurut kalian gmn?

Bwayy

Senin 4 Juli 2022

ENERVATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang