9. Apa ini kebahagiaan?

4.1K 186 11
                                    


Di dalam kamar bernuansa abu-abu, terlihat gadis kecil yang tertidur mengenaskan, dengan keadaan naked membuat siapa saja meringis kasihan karna luka di tubuh dan memar yang begitu mengerikan. Bercak merah di leher hingga dada begitu banyak.

Sila mengeratkan selimutnya yang membungkus badan mungilnya, menatap kedepan dengan kosong, ia sudah kotor, masa depannya hancur, apa yang harus ia pertahankan?

Sila menarik rambutnya dengan kedua tangan lalu teriak bagai kesetanan. "ARGGHH!! KENAPA, TUHAN? KENAPA HARUS AKU?!!" Sila membenturkan kepalanya ke tembok berkali kali. Ia meracau tidak jelas lalu memukul-mukul tembok kencang, menyalurkan rasa sakit yang luar biasa.

Sila terisak hebat, dadanya sakit, kepalanya berdarah, ia kacau dengan darah di sisi kepalanya lalu mengalir menuju telinga. "Bawa aku pergi Tuhan," pinta Sila lirih. Ia menyerah, semuanya begitu rumit dan susah untuk di lewati.

Sila terlalu kecil untuk bangkit dan melewati semua dengan sendiri. Sila, gadis ini butuh seorang untuk menolongnya lalu pergi dan bahagia di dunia ini, atau ia butuh seseorang untuk membunuhnya hari ini lalu tenang di sana dengan gelap yang setia menemani, didalam lorong yang tak berujung dan di peluk oleh sepi.

Sila memegang rantai yang masih melingkari lehernya dengan gemetar, dengan mata yang berkaca-kaca Sila menarik rantai itu kencang membiarkannya tercekik. Ia ingin mati saat ini juga.

satu menit membuat dirinya tercekik, Sila melepaskannya karna sungguh sakit, ia memukul-mukul kepalanya kencang. "AAARRRRGGGHH!" Sila meraung kencang.

Laskar yang memang sedari tadi sudah tidak ada di kamar, membuat Sila bebas untuk berteriak sesuka hati. Sila menatap keluar jendela, keadaan siang hari ini di luar begitu cerah, apa setidak penting itu sakit hatinya yang di buat oleh takdir? Hingga dunia yang masih cerah seakan tidak tau apa-apa!

Sila benar-benar menyerah!

- Sequoia -

Siang ini, di kediaman milik Laskar, Arkan dan Georgi datang dengan wajah Arkan yang terlihat lebih bahagia, dan Georgi yang terlihat begitu murung. Arkan memegang sebuah berkas yang begitu penting dengan jalan yang begitu santai.

Georgi duduk sedikit jauh dari Arkan, sungguh malam itu begitu terbayang membuatnya sedikit ketakutan berdekatan dengan Arkan. Georgi melirik Arkan yang membaca berkas itu dengan santai.

Sadar di perhatikan, Arkan mengangkat wajahnya melirik Georgi lalu mengedipkan matanya nakal, ia tersenyum mesum. Rasanya Georgi ingin muntah di wajah Moci Jelek itu sekarang juga.

Arkan terkekeh nakal, ia menjilat bibir bawahnya lalu menggigit dan menutup mata, dengan menyandar di sopa. See? Arkan sungguh ... ah sangat susah untuk di deskripsikan. Intinya Georgi begitu membenci Arkan! Sekali lagi, sangat benci!

Dari arah kanan datang Renzo dengan wajah bantal, dan pakaian semalam yang belum di ganti, di susul Laskar dari belakang dengan berjalan santai, seakan tidak terjadi apa-apa.

"Ada hal penting apa?" Tanya Renzo lalu menguap malas, rasanya tidur semalam begitu kurang, mungkin efek alkohol semalam.

Laskar mengambil berkas yang di pegang Arkan. Lalu membacanya dengan alis yang mengerut. "What it is?"

Arkan tersenyum lebar. "Ini identitas pelaku yang sudah menjual tentang Si Cantik," jawab Arkan.

"Bukan itu, lo dapat dari mana?"

ENERVATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang