12. Kehidupan baru

3.6K 173 77
                                    

Gue lbih suka di panggil Riri, jngn author ok?

Lagi" gue ingkar janji, okey gue minta maap. Mungkin di antara kalian kecewa. Jadi gue ga inget waktu itu hari sabtu, dan besoknya minggu.

Jadi kalau minggu gue free nulis, soalnya banyak yg gue lakuin di hari minggu, terutama healing sama tmn" tidur dan main hp, paling nomor satu sih NONTON tanpa mikirin beban apapun, hari minggu itu hari istirahat. Oke itu brlebihan, mon maap gue alay.

Mungkin ada yg sma kan?

Tolong maklumi ya?

Kalau gue up minggu berarti itu bonus!

-

"Baper sama laki-laki boleh ga sih?"

"Ngga, jika laki orang."

Arkan tertawa mendengar jawaban Renzo. Kini hubungan Arkan dan Georgi tidak sepanas tadi, karna Arkan melupakan itu semua saat emosinya sudah stabil. Renzo yang sadar hanya terkekeh kecil.

Georgi menatap Arkan jutek, ia berdecih tepat di hadapan Arkan, lalu berkata, "itu menggelikan."

Saga tersenyum miring mendengar celetukan menjijikkan yang di lontarkan oleh Arkan. Entah apa yang membuat Saga membenci Arkan, intinya ia ingin membasmi para LGBT yang menurutnya hanya sebuah aib negara.

Arkan yang sadar di perhatikan oleh Saga, balik menatap Saga dengan tatapan yang susah di tebak. Lalu terbit senyum misterius saat sadar apa yang dipikirkan Saga. "Dasar tikus."

Laskar bangkit dari duduknya, mengundang todongan pistol dari beberapa pengawal Saga, Ken, Liam, Regar dan Arran, tidak lupa para pengawal Laskar pun ikut menodong pistol. Kini mereka saling menodong.

Memang ini sudah biasa, bisa di bilang was-was satu sama lain. Walau sudah bekerja sama bukan berarti menjadi teman, nyatanya itu mustahil. Kebanyakkan akan menjadi musuh dalam selimut.

"Gue cabut." Tanpa menunggu jawaban, Laskar langsung keluar dengan bodyguard yang setia mengikuti. Para pengawal sudah tidak saling menodong lagi.

Laskar memasuki mobil dengan kacamata hitam yang membuatnya terlihat lebih keren.

20 menit di perjalanan, kini Laskar sampai di mansion miliknya, sesuatu yang sudah ia siapkan matang-matang dalam pikirannya, mengingat membuat ia tersenyum miring.

Nasila Alinsky Arbaraca.

Bahkan tidak ada yang tau, siapa yang memberi nama gadis itu, dari mana gadis itu berasal, atau siapa gadis itu sebenarnya. Semuanya masih rahasia dalam genggaman Laskar, hanya Laskar yang tau identitas Sila. Sungguh miris, bahkan gadis itu tidak tau siapa dirinya.

Laskar berjalan santai menuju kamar seperti biasa, saat sampai ia akan di perlihatkan gadis kecil yang meringkuk bosan. Terbit senyum miring Laskar yang langsung menarik kasar rantai itu.

Sila yang mendapat tarikan dari rantai, merespon dengan tangan memegang rantai yang melingkar di lehernya, merasa tercekik ia berteriak parau. "Arrghh!! S-sakit," Sila menangis, lagi dan lagi Laskar begitu menyukai ia terluka.

"Sebentar lagi, Sila." Sila tersenyum di sela-sela ia tercekik. Ia memang bodoh, bukan berarti ia tak bisa membalas semuanya kepada Laskar. Hidup harus realita, ada kesakitan maka akan terbit sebuah dendam, ini dunia nyata. Ia bukan gadis lugu dan cengeng yang hanya bisa menerima dengan lapang dada, sungguh itu bodoh.

Laskar mengusap rahang Sila lembut. "Lo mau seperti anjing yang ngikutin gue setiap hari, hm?"

Sila berkedip lugu, lalu ia menunduk, ucapan Laskar begitu kasar hingga menusuk memberi luka lebar, dadanya sesak seketika.

Laskar tersenyum kecil, lalu memaksa Sila mendongak. "Boleh, asal lo layanin gue, malam ini," ucap Laskar berbisik pelan dengan suara yang terdengar begitu seksi. Laskar menjilati daun telinga Sila menggoda.

Sila dengan berani, menatap lensa Laskar dengan tatapan tak biasa, di iris coklat gelapnya tersimpan banyak makna, sesuatu yang ia keluarkan hanya bisa lewat isyarat.

Sila rasa ini waktunya.

- Sequoia -

Sinar matahari menyapa riang gadis yang masih tertidur di ranjang dengan keadaan naked. Sila perlahan membuka matanya, lalu mengerjap pelan, setelah sadar sesaat ia terdiam. Lagi, malam gila itu terulang untuk kedua kalinya.

Kali ini ia tidak merasa sedih atau rasa ingin menangis, kini Sila menahan senyum dan kebahagiaan yang nanti ia tunggu waktunya tiba.

Saat akan merenggang badannya, terasa area sensitif nya begitu sakit. Lelaki itu bermain kasar. Mengingat Laskar, pria itu sedang mandi yang membuat Sila terus menunggu dengan rasa bahagia yang ia tahan.

Belum waktunya, belum waktunya ia tersenyum.

Terlalu asik, tanpa sadar lelaki yang sedang half naked menatap dirinya dingin. Sila sadar, lalu berlari ke kamar mandi, tidak ingin membuat mood sang Tuan buruk yang berakhir rencana awalnya sia-sia.

15 menit Sila selesai mandi dan menggunakan pakaian dengan kantong dan keperluan lainnya saat mengikuti Laskar, ah sepertinya asik, ia bisa menghirup udara segar, mungkin juga ia bisa berbicara setidaknya mengenal orang luar. Oke sekarang Sila tidak bisa menahan senyumnya.

Laskar tersenyum miring, merasa ikut senang melihat Sila begitu bahagia. "Let's go!"

Sila tersenyum begitu manis, ia berjalan di belakang Laskar. Semalam Laskar mengatakan jika Sila bisa menjadi asistennya, tapi statusnya masih sama, hanya hewan peliharaan, maka Laskar akan memperlakukan Sila asistennya, seperti hewan.

Saat sampai di luar, senyum Sila tidak luntur. Untuk kedua kalinya ia menatap langsung semesta, lalu menghirup udara segar dengan begitu rakus. Ia memang sering melihat dunia lewat balkon, tapi ia hanya baru dua kali menginjaknya langsung.

Sila tersenyum berbeda kali ini, ia berharap rencananya tidak akan gagal. "Semoga."

Senyum manisnya ternyata tersimpan banyak makna. Sila gadis yang pasti begitu misterius.

Katakan selamat untuk seorang gadis yang sekarang memiliki kehidupan baru.

Tbc

Komennya lebih dari part sebelumnya bisa ga?

Gue tunggu sampe tembus!

Belum tembus juga, gue up tergantung mood, ok?

Senin 20 Juni 2022

ENERVATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang