19. It's about Lorenzo

3.3K 139 39
                                    

BACA NOTE!!

Gue minta maaf, mungkin ada yang bingung, Venus apa Vegas, anjir haha waktu itu gue gada ide nama lagi gitu, pas bngt disitu gue habis nonton kinnporsche. Sedang tergila-gila sama karakter Vegas, gue plesetin jadi Venus, eh karna terbayang-bayang malah disini gue jadi nulis nama Vegas.

Mungkin waktu itu ada di chptr 17, minta maap bangettt, ok? Karna posisinya gue males revisi jadi gue ingetin dari sekarang! Jika ada lagi di chptr selanjutnya nama "Vegas" itu Venus ya. Inget! Karna nanti Venus itu bakal ikut konflik.

Kapan-kapan mungkin gue revisi.

Satu lagi! Takut di chptr selanjutnya ada hate komen ttg cerita ini, karna gue sadar ada sebagian yg sama cerita ini sama pilm itu, gue jamin akan ada komen kaya gini :

Ini ceritanya ko mirip kinnporsche?
Ceritanya kaya vegas ngejadiin pete hewan peliharaan?
Ini ngikut Kinnporsche ya?


Lo liat tgl dibuatnya ni cerita didesk, dan liat kapan scene Vegas jadiin pete hewannya! Beneran anjir ini kebetulan bngt, bisa sama!

Gue jamin deh para fujo pasti ngerasa, atau org yg udah nonton pilm itu. Makannya dari sekarang gue klarifikasi. Krna gue tipikal org males debat yang ga guna, apalagi jadi pembincangan ank wp. Kecuali kalau gue dapet untung, wgwg.

Happy reading.

-

Lorenzo memasukan tangannya disaku celana, melihat sekeliling dengan pandangan berbeda. Lelaki itu mendekat sebuah biola terlihat begitu indah, tapi terletak begitu mengerikan. Dia mengusap-usap sisi biola yang terasa dingin.

"Ngapain lo, disini?"

Renzo tercekat, tangannya berhenti bergerak. Dia menipiskan bibirnya. Suara itu terdengar lagi. "Masih hidup lo?"

Renzo menggeram pelan. Matanya memerah, badannya terasa linglung tiba-tiba. "Bunuh gue."

Orang itu datang, berjalan pelan dari arah depan dengan lorong yang terlihat gelap. Setelah sampai, Lorenzo tiba-tiba terbahak kencang, merasa seperti ada yang terlihat lucu.

"Lo --" orang itu tercekat, bau aneh tercium dari arah Lorenzo. Bau nya seperti, "pecandu obat-obatan." Cowok itu menatap dingin.

Lorenzo menepuk bahu lelaki didepannya. "Lo mau juga?" Dia mengangkat bungkus yang terdapat obat terlarang. Ini cara Lorenzo terlihat begitu tenang, jauh dari Lorenzo yang sesungguhnya.

Lelaki didepannya mencekik Lorenzo. Matanya terdapat kilatan amarah, juga sedikit tersirat ke khawatiran. "Gue menunggu lo mati. Tidak ada permintaan lain selain itu."

"KALAU BEGITU BUNUH GUE, ELVIO! HAHAHA!" Lorenzo terbahak kencang.

Elvio menatap adiknya dingin. Nafasnya memburu, betapa bencinya ia pada Lorenzo. "Ngapain lo balik ke rumah ini bajingan?!"

"Gue ke sini bukan mau ngeliat muka pahit lo itu, Vio. Gue mau liat adik gue!" Lorenzo berontak dari cekalan kuat Elvio.

"SADAR SIALAN, DIA HILANG! ITU SEMUA KARNA KEGOBLOKAN LO ANJING!" Cekalan Elvio melemah, dadanya terasa sesak. "Gue menyesal karna percaya sama lo. Lo ... bajingan Chio, lo adik yang ga berguna. Lo ngga perlu pulang kesini, lo dibuang dari keluarga ini!"

Lorenzo terdiam, dia menunduk menahan sesak luar biasa. Lalu terkekeh lirih. "Gue emang anak buangan, gue kesini hanya akan mengambil milik gue." Lorenzo memiliki candu pada adik perempuannya, hingga gadis itu hilang Lorenzo mengganti candunya dengan rokok lalu alkohol, tapi itu terasa kurang. Hingga enam tahun belakangan ini Lorenzo meminum obat-obatan terlarang, candunya terganti dengan narkoba itu.

Inilah. Definisi, candu seperti narkoba. Maka hilang, diganti dengan narkoba sesungguhnya.

Elvio menatap Lorenzo nyalang. Bugh! Dia memukul Lorenzo tanpa belas kasihan. Lelaki itu mundur, lalu mendapat tendangan kencang yang membuatnya terpental satu meter, terbanting pada pintu.

Bugh!

Lorenzo terbatuk, dia memuntahkan darah, merah pekat. Suasana disini begitu tegang. Ruangan yang remang-remang dengan keadaan Lorenzo yang linglung hanya bisa terkekeh kecil. Sial! Tiba-tiba dia ingin membawa Sila dan mendekapnya, menjadikan miliknya.

Tapi Lorenzo terlalu bisa mencari aman. Terlalu candu pada adik perempuannya, melihat Sila seperti melihat adiknya. Keadaannya begitu sama, sama-sama mengenaskan. Lorenzo menyukai gadis dengan keadaan menyedihkan seperti itu, terlihat begitu keren.

Lorenzo itu selalu terlihat tenang, terlihat santai walau keadaan menegangkan. Tapi satu waktu bisa tiba-tiba marah, dan terlihat sensian. Ini semua efek dari obat-obatan terlarang yang ia konsumsi hampir setiap hari. Terkadang ia begitu linglung, tertawa dan menangis tiba-tiba hingga ada yang mengira dia pengidap PBA.

Bagi orang yang mengetahui semua tentang lelaki itu, tau apa yang membuat Lorenzo begitu sangat tenang, tertawa tanpa beban, tersenyum seperti tak bersalah. Lelaki yang memiliki beban begitu banyak, hingga memutuskan meninggalkan beban itu dan merusak dirinya, hingga rusak parah. Setelah itu, dia tersenyum senang.

Lorenzo keluar dari kamar adik perempuannya yang dipakai oleh Elvio, yang tidak jauh memiliki obsesi pada adiknya. Lorenzo berjalan tenang, tak ada reaksi merasa kesakitan karna tendangan dari kakanya. Wajahnya menampilkan senyum tipis, kembali terlihat tenang.

Dibawah sana, ia melihat ke dua orang tuanya yang terlihat begitu romantis. Lelaki itu duduk di antara mereka. "Hey!" Lorenzo tersenyum manis.

Ayahnya terkekeh seram. "Ingin menyoba?" Dia mengangkat daging yang ia potong bersama istrinya. Daging manusia.

Ibu Lorenzo balas menatap senyum, memakan daging itu mentah-mentah. "Kamu ingin menyerahkan diri pada kami?" Tanya ibu Lorenzo dengan senyum mengerikan.

Lorenzo masih bersikap tenang, menyandar di kursi melihat keromantisan orang tuanya. tak heran mereka berdua kanibalisme, dirinya pecandu narkoba, dan kakanya bandar narkoba. Indah sekali bukan? Betapa hancurnya keluarga Kastara. Entah apa komentar netizen ketika tahu pengusaha sukses ini seorang kanibal.

Lorenzo mendekat. Menopang dagunya menggunakan kedua tangan. Melihat meja yang berisi banyak makanan, mayoritas daging. "Gue mau ...." Lorenzo menatap Ibunya. Lalu terseyum polos.

"Daging Elvio." Lorenzo berdiri, berniat pergi karna melihat tatapan membunuh ayahnya sedari tadi. Pria berumur itu memang sudah mengeluarkan Lorenzo dari sini, dari kartu keluarga sekalipun, sepuluh tahun yang lalu. "Gue tunggu pesanannya." Lelaki itu mengedipkan matanya lalu terbahak layaknya orang gila.

Semua berubah karna sepuluh tahun yang lalu, keluarga yang tadinya terlihat tak normal, semakin menjadi-jadi. Pernah juga mereka melakukan perang saudara, saling membunuh lalu kemudian saling diam seakan tak kenal. Keluarga mereka terlalu rumit, dan sulit.

Tbc

Nah kan yang Renzo selesai, jadi ini renzo dan kel nya. Mau yang moci, eyo, apa yg mna?

Btw kelanjutan chap 18, di chap slnjutnya.

Mau ngomong apa sama lorenzo?

Kangen liat kebrutalan Laskar ngga?

Btw kasih saran cast untuk Viola dan zee dong;)

KOMEN NEXT DISINIII!!!

Senin 11 Juli 2022

ENERVATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang