Kaka menatap Clara tajam. Ia menggertakkan giginya menahan emosi. Ingin rasanya ia menghancurkan perempuan yang ada di hadapannya saat ini.
"Kalian gak punya rasa malu ya?" penghinaan yang dilontarkan Kaka tidak tanggung-tanggung. Ia sudah merasa muak dengan kedua orang tersebut.
"Gue cuma mau ngambil apa yang seharusnya gue miliki" Ucap Clara tanpa memperdulikan hinaan Kaka.
"Tapi lo juga jangan lupa kalo lo udah ngambil sesuatu yang paling berharga dari dia."
"Itu Takdir, lagian gue juga gak bisa berbuat apa-apa waktu itu"
Kaka mengepalkan tangannya. Entah mengapa ia juga merasa setuju dengan perkataan Clara, namun bukan berarti tindakan Clara selama ini bisa dibenarkan.
"Lo kasih tau ke dia buat jauhin Beby"
Clara tersenyum penuh arti, ada sekilas perasaan sendu yang terlihat di balik senyumannya.
"Gue gak bisa ngatur dia, lo aja yang bilang sendiri."
"Cih.." ucap Kaka yang sudah muak berbicara dengan Clara.
"Jangan berbuat macam-macam Clara, kali ini gue gak akan mentolerin perbuatan lo lagi"
Kaka berlalu pergi meninggalkan Clara yang memandang punggung Kaka menjauh
"Gue kan udah bilang kalo gue cuma mau ngambil punya gue lagi. Kalo dia gak bisa ngasih secara sukarela maka gue bakalan berbuat kasar dan lo gak akan bisa berbuat apa-apa" ucap Clara sambil menatap punggung Kaka. Ada rasa dingin yang tersirat dalam pandangan Clara.
"By... tungguin abang dong..."
Clara menoleh dan melihat Gara yang merengek sambil mengejar Beby berusaha untuk merangkul pundak Beby yang di hempaskan Beby berkali-kali.
"WOI AGAR-AGAR JANGAN GANGGUIN TUNANGAN GUE"
Terlihat juga Dion yang menyusul mengejar Beby dan Gara yang berlari-lari kecil menuju kantin.
Clara mengepalkan tangannya. Ia benci Beby yang mencuri semua miliknya. Ia benci Beby yang mencuri kebebasannya. Ia ingin melenyapkan Beby dari dunia ini. Namun kenapa? Kenapa selalu ada orang yang akan turun dan melindungi Beby. Seharusnya itu dia. Dia yang seharusnya ada di posisi Beby sekarang. Memiliki ayah yang sangat menyayangi Beby, abang yang selalu mencari perhatian Beby, tunangan keren dan menjanjikan, dan Kaka yang selalu ada untuk Beby. Bahkan Orang itu yang seharusnya meindungi dan menyayangi Clara bahkan juga memberikan perhatian lebih kepada Beby. Lalu siapa yang ada di sampingnya sekarang? Ia merasa seluruh dunia berusaha menentangnnya saat ini.
"Kaka..." teriak Beby memanggil orang yang sedari tadi ia cari-cari. Beby berlari kecil dan memeluk lengan Kaka dengan manjanya.
Kaka tersenyum melihat tingkah manja Beby, ia mengelus rambut pendek Beby hingga berantakan. Tanpa ia sadari tangan kekar menghentikan kegiatan Kaka. Ia menoleh dan mendapati Dion yang memasang mode bertahan kepada Kaka.
Dion menghempaskan tangan Kaka dari Beby dan mendorong Kaka supaya duduk menjauh. Dengan secepat kilat Dion duduk di antara Kaka dan Beby. Dion memasang wajah seram ke Kaka dan menoleh ke arah Beby sambil tersenyum manis.
Beby memandang Dion kesal, namun tidak mengatakan apa-apa karena ia malas meladeni Dion sekarang. " By jangan cuekin aku dong" ucap Dion sambil memandang Beby sedih yang terlihat dilebih-lebihkan seolah-olah yang mencuekin Dion bukan hanya Beby namun seluruh dunia.
"By..." kali ini Dion merengek seperti anak kecil yang membuat Kaka dan orang-orang di sekitar yang mendengar Dion merinding.
"Gila tuh si Dion, masa ngomongnnya gitu?"
"Biasa udah ketularan si Gara dia"
"Karma tuh, kemarin sok-sokan cuekin beby sekarang jadinya bucin"
"Pokoknya gue setujunya Beby sama Kaka bukan Dion"
"Tapi Dionkan tunangan Beby"
"Biarin, Pokoknya Gue tim Kaka"
"Gue tim Dionsih"
"Kenapa harus satu kalo bisa dua?"
Banyak siswa yang asik berdebat antara Dion dan Kaka sedangkan yang diomongin malah asik cari perhatian Beby.
"By, mau makan apa biar aku beliin yah?" Ucap Dion dengan nada manja dan kekanak-kanakan. Kaka bahkan memeluk diri sendiri merinding karena tingkah Dion saat ini.
Dion cuek saja, dia sudah melihat bagaimana Gara yang bertingkah manja dan kekanak-kanakan ke beby dan cara ini cukup berhasil menurutnya. Meski Beby gengsi mengakuinya ia bisa melihat Beby akan bersikap lebih lembut dan tanpa sadar menuruti permintaan Gara kalau bertingkah seperti itu. Karena itu Dion pun berencana mengikuti strategi yang di jalankan Gara.
Dion memasang wajah sendu karena tidak mendapat tanggapan dari Beby. Ia diam dan menundukkan kepalanya seperti anak anjing yang dihukum tuannya. Beby yang melihat tingkah Dion tidak tahan lagi. Ia menghela nafas dan menuil pundak Dion dengan jari telunjuknya, "Hei, Gue mau bakso. Lo gak mau beliin" Ucapnya pada Dion dengan nada yang sedikit bersalah.
Dion yang mendengar ucapan Beby mengangkat kepalanya dan tersenyum manis ke Beby, " Oke By kamu tunggu dulu ya biar aku beliin sekarang" ucapnya sambil beranjak pergi. Namun sebelum itu, Dion menoleh ke arah Kakak dan tersenyum penuh kemenangan.
Kaka yang melihat kejadian itu syok dan memandang Beby heran. Ia baru tau sisi Beby yang ini.
"Kenapa?" tanya Beby merasa tidak nyaman dengan pandangan Kaka
"Ternyata selera kamu kayak gitu ya?" ucap Kaka penuh arti sambil tersenyum tipis.
Beby yang tidak mengerti maksud Kaka megerutkan dahi, "Hah?". sedangkan Kaka hanya tersenyum nakal. "Kamu kecil-kecil ternyata dominan juga ya?" Ucap Kaka dengan suara yang semakin menggoda.
Beby yang tidak mengerti arah pembicaraan Kaka hanya mengankat bahu. Ia malas memikirkan maksud dan tujuan pertanyaan Kaka, terserah saja apa pikiran Kaka.
Tanpa ia sadari, kesalahpahaman yang kecil ini bakalan menjadi mimpi buruk buat kesehatan jiwa Beby nanti.
Hy semua...
udah lama gak update
sebenarnya author lagi stuck nih dan ada rencana gak ngelanjutin
cuma karena kemarin ada yang nanyain jadi lanjut deh...
maklum yah penulis baru soalnya
Jangan lupa vote dan comment ya...
Salam hangat dari author
KAMU SEDANG MEMBACA
Beby kecil Yang Lebih Menyukai Uang Dari Pada Cogan
FantasyIni tentang kisah gue yang bertransmigrasi seperti di novel-novel gitu. Gue berpindah ke tubuh gadis mungil dengan kulit putih pucat. Dan seperti cerita pada umumnya, ini cewek nih ternyata cewek antagonis yang udah dijodohin sama orang tuanya tap...