Curiga

1.9K 192 9
                                    

"Pah..." Beby mendekat ke arah Papa Brandon, iya menyentuh sedikit lengan kemeja papa Brandon. Sebenarnya Beby bingung melihat tingkah Papa Brandon dari kemarin, seolah-olah Ia mencoba untuk menjaga jarak dengan Beby. 

Papa Brandon tersenyum, namun Beby sama sekali tidak merasakan kehangatan dibalik senyum Papa Brandon. Ada sedikit kekhawatiran di hati Beby. 

"Papa ada urusan sebentar" Ucap Papa Brandon singkat sambil meninggalkan Beby. Ia melirik handphonenya lalu mengambil kunci mobil.

Beby terdiam, Ia meremas kemejanya dengan erat. Ia khawatir sekarang. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berlari kecil. 

TOK TOK TOK 

tanpa sadar Beby mengetuk pintu kamar Bara dengan sangat kencang. 

TOK TOK TOK

lagi masih belum ada jawaban dari Bang Bara.

Beby panik, dari kemarin ia tidak melihat bang Bara. Ia takut kekhawatirannya sekarang bakalan kenyataan. 

Beby berlari lagi ke arah kamar Gara,  

TOK TOK TOK

TOK TOK TOK

TOK TOK TOK

Beby mengetuk pintu kamar Gara berkali-kali. Ia ingin memastikan nasibnya di dunia ini. 

Pintu kamar terbuka dan terlihat Gara dengan rambut yang sedikit berantakan. Beby menebak kalau Gara baru saja bangun. 

"AU...Beby kenapa ngetok pintu kamar abang kenceng banget?"

Beby mengamati Gara

Normal, Gara masih bersikap seperti biasa ke Beby

"Hm...Abang tau gak bang Bara kemana?" tanya Beby dengan hati-hati. 

"Gak tau By, dari kemarin Abang Bara udah sibuk kayaknya dia dapat tugas dari Papa dah" ucap Gara sambil menggaruk perutnya.  

"Tugas apa ya Bang?"

"Entah, masih ada lagi gak abang ngantuk nih kemarin begadang nonton bola"

Beby menggeleng. Ia langsung kabur meninggalkan Gara. Ia harus mencari tau kecurigaanya. Jangan sampai Papa Brandon tau rahasianya yang sebenarnya. 


Sementara itu...

"Pah..."  Bara beranjak dan mendatangi Papa Brandon.

"Gimana? kamu udah dapat bukti?"

Bara menggeleng, "Om Theo gak mau ngasih buktinya Pah"

BRAK...

Papa Brandon menggebrak meja. Ia menarik napas dalam mencoba menenangkan diri.

"Kurang Ajar si Theo. Dia memang tidak tau diri. Semua ini karena sikapnya yang pembangkang dari dulu dan sok jagoan."

Bara terdiam, ia sebenarnya sedikit ragu dengan pilihan mereka. 

"Tapi Om Theo janji bakalan balik lagi ke Korea setelah ketemu sama Beby"

"Gak ada ketemu sama Beby memangnya dia masih punya muka buat nemuin Beby", Papa Brandon mendengus. Ia sudah muak dengan tingkah Theo yang semaunya. seharusnya Theo tidak usah kembali ke Indonesia. 

"Kita emang harus laporin Clara ya Pah? Dia kan juga keluarga kita?" ucap Bara sedikit ragu-ragu. Ia merasa kalau hal seperti ini tidak perlu apalagi sampai melaporkan Clara ke polisi dan kalaupun Clara di laporkan ke Polisi hukumannya tidaklah seberapa. Apalagi Clara masih sepupu mereka. 

Papa Brandon memandang Bara tajam. "Ini bukan masalah dia keluarga kita atau gak. Tapi ini masalah keselamatan Beby. Kamu gak lihat si Clara itu sudah rada gila. Kalau dia nyakitin Beby gimana? Yang kemarin kita beruntung Beby gak kenapa-napa" 

"Tapikan bisa diomongin baik-baik Pah, dan Om Theo juga udah janji bakalan balik ke Korea lagi" Ucap Bara masih berusaha bernegosiasi. Ia masih ingin mengambil jalan damai. 

"Bara ingat, kita itu berhutang besar ke Beby. Hutang yang gak akan bisa kita lunasin. Satu-satunya yang bisa kita lakuin adalah melindungi Beby. Papa sayang sama Beby kamu jugakan?"

Bara terdiam terdapat keraguan pada tatapan Bara.

Sekali lagi Papa Brandon menghembuskan nafasnya kasar, ia bingung dengan anak pertamanya sekarang. Biasanya kalau urusan Beby ia tidak tanggung-tanggung. Sekarang ia malah ragu hanya karena masalah sepupunya.

"Sudah kamu lanjutkan penyelidikannya dan jangan lupa kirim orang buat lindungin Beby dari jauh"

"Ok Pah" Ucap Bara menurut saja. 

Papa Brandon pergi meninggalkan Bara ia ingin beristirahat. Akhir-akhir ini ia tidak bisa tenang karena memikirkan tingkah Clara. Ia ingin pulang dan istirahat.

Beby kecil Yang Lebih Menyukai Uang Dari Pada CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang