20. Kamar

177 20 5
                                    

"Mungkin jalan akhir dari kisah cinta beda agama adalah saling melepaskan?"
-Nathalia-

Happy Reading 🕊️🐾

•••

Shaka memarkirkan motornya di depan rumah Nathalia. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, laki-laki itu akhirnya sampai di rumah Nathalia yang letaknya berhadapan dengan rumahnya.

Shaka sempat mampir sebentar ke Apotek untuk memberi obat Paracetamol alias obat penurun panas. Entahlah, Shaka tidak tahu Nathalia sakit apa, tapi biasanya obat Paracetamol itu obat serba guna, jadi Shaka memilih untuk membelinya. Semoga saja Nathalia baik-baik saja, tadi sore gadis itu masih sehat dan tidak terlihat ada gejala sakit.

Satu lagi, Shaka juga membeli Dimsum kesukaannya dan Ayam Geprek langganannya. Ingin saja Shaka membelikan makanan yang Shaka sukai untuk Nathalia. Kebetulan, Shaka juga belum sempat mengisi perutnya tadi.

Shaka mengetok pintu rumah Nathalia dengan kresek berisi obat-obatan juga makanan di tangan kirinya. Tak ada sahutan dari dalam, nampak sepi dan tak berpenghuni. Shaka lagi-lagi melayangkan ketokan lebih keras, dan lagi-lagi tak ada sahutan dari dalam.

"Nathalia..." panggil Shaka dengan mata menyusuri setiap sudut ruang tamu dari kaca jendela luar.

Sepertinya Nathalia di rumah sendiri dan tertidur di kamarnya, secara Nathalia katanya sakit jadi otomatis dia akan beristirahat di kamar. Shaka buru-buru mencari jendela kamar Nathalia, melewati jalan setapak yang berada di kanan rumah.

Shaka mengetuk sebuah jendela kamar yang diyakininya sebagai jendela milik kamar Nathalia. Semoga saja benar dan Nathalia cepat menampakkan dirinya.

Sampai tiga kali ketokan, akhirnya jendela itu terbuka, menampakkan gadis bermata sembab dengan rambut berantakan. Shaka sempat terdiam melihat keadaan Nathalia yang diluar dugaan.

"Nath, Lo kenapa?" tanya Shaka secara spontan. Manik Shaka menyusuri penampilan Nathalia dari ujung rambut sampai ujung kaki yang terlihat tak baik-baik saja.

Nathalia benar-benar kaget akan kehadiran Shaka di sini. Nathalia tidak menyangka jika telfonnya tadi membuat Shaka bergegas mendatangi rumahnya. Nathalia harus bagaimana? Jika El tahu, masalahnya akan semakin panjang dan Nathalia lagi-lagi akan dituntut untuk menjauh dari Shaka. Hati Nathalia tidak ingin menjauh dari Shaka. Entah itu perasaan apa, intinya Nathalia nyaman dengan Shaka.

Tapi mau tidak mau, Nathalia harus menghindar. Sebelum El tahu ada Shaka di sini, Nathalia harus cepat-cepat mengusir Shaka pergi. Tidak mau terjadi apa-apa dengan Shaka.

"Gue mohon Lo pergi dari sini, Ka," pinta Nathalia dengan parau.

Shaka menggeleng pelan. Nathalia nampak kacau dan habis menangis? Apa yang sebenarnya terjadi kepada Nathalia.

Shaka menyodorkan kresek obat yang di belinya di Apotek tadi ke hadapan Nathalia. "Gue cuma mau kasih obat buat Lo, Nath. Gue gak tau Lo sakit apa, tapi gue beli obat Paracetamol tadi di Apotek. Gue bener-bener khawatir sama Lo," ujar Shaka penuh perhatian. Mungkin Shaka tidak pernah sepeduli ini pada teman perempuannya, ini kedua kalinya setelah Lily.

Nathalia menatap obat itu dengan mata sendu. Sebaik itu Shaka dengan Nathalia, sepeduli itu Shaka pada keadaan Nathalia. Bagaimana Nathalia bisa menganggap Shaka sebagai pembunuh? Pembunuh mana yang memiliki sifat seperti Shaka? Dan siapa yang mempunyai sifat sama seperti Shaka?

ARSHAKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang