22. Punya Shaka

156 21 3
                                    

"Mimpi ya mimpi! Mau lo raih sampai berdarah-darah pun kalau Tuhan gak berkehendak ya gak akan bisa digapai."
-Rossi-

Happy Reading 🕊️🐾

•••

Jam menunjukkan pukul 06.00, sedikit sinar matahari telah menerobos celah-celah yang berada di kamar cowok kelas 12 itu. Setelah menunaikan shalat Subuh berjamaah di masjid samping rumah, Shaka tertidur pulas karena semalam ia begadang dan bermain di Apartemen Rossi untuk menghilangkan stres.

Padahal, tidur sehabis Subuh adalah suatu hal yang sedari dulu Shaka hindari. Allah membenci orang yang tidur sehabis Subuh. Ingat, hanya membenci bukan melarang. Berarti hukum tidur sehabis Subuh adalah Makruh, bukan? Perlu diketahui jika Makruh adalah hukum sesuatu di mana hal itu boleh dilakukan, tapi sebisa mungkin dihindari.

Shaka sudah sering begadang bahkan sampai pagi, tapi tak pernah sampai ketiduran lagi sehabis Subuh. Mungkin efek stres yang berlebihan membuat cowok itu gampang tidak sadar dan susah mengendalikan diri.

Alarm dari ponsel Shaka berbunyi membuat laki-laki yang mengenakan kaos putih pendek dan celana pendek hitam itu terlonjak kaget dan segera mematikannya. Segera bangkit duduk, mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya ada.

Mata cowok itu tiba-tiba menatap jendela kamar yang ternyata sudah terbuka lebar karena tadi Subuh sempat dibukanya untuk melihat rumah Nathalia. Rutinitas sehari-harinya sebelum berangkat atau sesudah ke Masjid adalah memandangi rumah Nathalia. Entahlah, Shaka suka saja seperti itu.

Setelah 30 menit bersiap-siap, Shaka menuruni anak tangga dengan tas ransel hitam terlampir di pundak kanannya. Dua buah Aerphone menyumpal ke dua telinganya. Lantunan lagu berjudul 'Happier' dari 'Olivia Rodrigo' sanggup membuat Fino tak mendengar siapa pun yang memanggilnya.

Di meja makan hanya ada Papa Lino dan Bi Romlah yang sedang menyiapkan makanan. Biasanya, semua berkumpul di sana. Mulai dari Shaka, Nina, Mama Rina dan Papa Lino. Karena kejadian kemarin, akhirnya semua berubah. Ke dua orang tua Shaka pun tak membicarakan hal itu dengan Shaka meski sebenarnya Shaka sudah mendengar semuanya.

Shaka benci cara mereka menyayangi. Shaka benci cara mereka memberi cinta.

"Shaka, sini, Nak! Ayo sarapan dulu?" ajak Papa Lino di meja makan sana.

Samar-samar Shaka mendengar, tapi cowok itu memilih tak menggubrisnya dan segera pergi keluar. Beberapa detik kemudian, Nina turun dari tangga dengan membawa banyak buku di tangannya, dan tas berukuran sedang yang digendongnya di kedua bahu.

"Nina, sarapan dulu?" tawar Papa Lino dengan lembut. Membuat Nina berhenti sejenak sebelum melanjutkan langkahnya keluar.

"Nina buru-buru. Pergi dulu, Pah," ucap Nina langsung melenggang pergi dari hadapan Papanya.

Sikap Nina patut dimaklumi karena sudah tahu permasalahannya dengan sang istri, tapi Shaka aneh sekali, bukannya Lino dan Rina sepakat untuk tidak memberi tahu Shaka dulu demi kebaikannya? Mengapa sifatnya dingin sekali, tak seperti biasanya.

Setiap pagi, Shaka selalu tertawa di meja makan. Membicarakan apa pun yang terjadi di sekolahnya, menceritakan ini itu.

Papa Lino hanya bisa menghela nafas pelan kemudian menggeleng tidak mengerti dengan Shaka, sang putra.

ARSHAKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang