25. Flashback

144 22 0
                                    

"Kuat cuma kata. Nyatanya, menjadi kuat tak semudah menarik kawat dari sebuah perekat."
-Arshaka-

Happy Reading 🕊️🐾

•••

Nathalia kembali dengan 2 gelas cup yang berisi Teh Hijau hangat dengan sebuah pil di genggaman jarinya. Shaka dan Nathalia masih belum beranjak pergi meski waktu telah menunjukkan pukul 18.00. Shaka yang terlihat mabuk kepayang karena putaran maut wahana tadi. Sesekali isi perutnya naik ke jantung, membuat cowok itu merasa mual seperti perempuan yang sedang hamil muda.

"Ka, ini tehnya." Nathalia memberikan cup teh di tangan kanannya pada Shaka.

Shaka membuka mata saat suara nyaring itu terdengar menembus telinganya. "Makasih." Shaka berucap seperti itu setelah menerima tehnya.

"Minum ini juga." Nathalia memberi sebutir pil ke hadapan Shaka. Shaka menatap intens pil tersebut dengan tatapan mengintimidasi. Pil apa yang diberikan Nathalia? Memang ada Apotek di pasar malam?

"Pil apa? Lo mau apain gue?" Pertanyaan itu lantas diberi getokan maut dari Nathalia karena kesal.

"Ini pil pereda mual yang tersedia khusus buat orang yang gak kuat sama wahana penguji nyali kayak gitu!" Nathalia berdecak kesal. Nathalia sudah peduli dan ingin merawat Shaka agar tidak mual terus, malah dituduh yang tidak-tidak.

Shaka menghela nafas pelan, kemudian merebut pil itu dengan cekatan. Ia segera memasukkannya ke dalam mulut tanpa basa-basi, di susul teh hijau yang seharusnya adalah air putih. Meminum obat sebaiknya dengan air putih, tapi Nathalia memberi teh hijau, baiklah Shaka turuti.

Nathalia mendaratkan badannya di samping Shaka. Gadis itu terdiam sambil meminum teh hijau yang masih hangat, karena baru dibuat oleh sang penjual.

"Gak nyangka, nyali gue ciut juga, ya?" Shaka merutuki nasibnya. Ia kalah dengan Nathalia yang bisa dibilang sangat pemberani.

Nathalia menoleh ke arah Shaka. "Wajar, karena Lo gak pernah mau mencoba hal yang lo takuti," ujar Nathalia sembari menyesap teh hangat yang mulai mendingin seiring berjalannya waktu.

Shaka mengangguk, membenarkan. Shaka memang begitu. Jika hal itu membuat Shaka takut, Shaka tidak akan pernah melangkah maju untuk sekedar mencobanya, merasakan bagaimana sensasinya.

Shaka bergeming. "Iya, Lo bener, Nath. Gue cuma gak mau timbulin trauma baru lagi. Understand?" Shaka hanya terkekeh pelan. Nada bicara cowok itu kini mulai berubah agak serius. Biasanya, Shaka akan selalu bercanda di sela-selanya. Tidak dengan saat ini.

Nathalia merasakan hawa dingin dan perubahan sesuatu pada Shaka. Hal itu terdengar aneh dan tak bisa dipercaya. Nathalia hanya percaya Shaka yang suka bercanda, pecicilan dan selalu memancing keributan.

"Apa trauma 2 tahun lalu masih ada di dalam diri Lo?" tanya Nathalia, tentu dengan mata menatap wajah Shaka yang kini mulai meredup dan tenang karena rasa misalnya yang mulai menghilang.

Shaka mengangguk. "Iya. Itu masih jadi mimpi buruk buat gue. Asal Lo tau, gimana berjuangnya gue buat bisa kembali ke titik ini. Bener-bener gak mudah, Nath." Shaka mengatakan itu dengan mata meredup, menatap Nathalia dalam.

Nathalia merasa topik yang dibicarakan sudah melenceng jauh. Ini adalah topik sensitif bagi Shaka, tapi bodohnya Nathalia menanyakan hal itu. Tapi tak bisa dipungkiri jika Nathalia penasaran akan Shaka dan Zion di masa lalu. Ia hanya ingin membuktikan pada El bahwa Shaka bukanlah orang yang sengaja membunuh Kak Zion.

ARSHAKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang