37. Kehilangan

111 15 0
                                    

"Pertemuan dan perpisahan adalah bumbu dari sebuah kehidupan."
-Nathalia-

Happy Reading 🕊️🐾

Cowok berpenampilan tidak karu-karuan itu kini tengah berlari sekuat tenaga menuju ruang ICU. Sekujur tubuhnya basah karena hujan, sampai air mata yang ditumpahkannya pun tersamarkan.

Sampai di depan ICU, nampak dua orang lansia dengan satu remaja laki-laki dan satu gadis tengah menangis sesenggukan, terlihat jika mereka tengah menunggu seseorang datang. Kaki milik Shaka seolah lemas tak bertenaga ketika semua terlihat menangis di hadapannya.

"Mama... Mama gimana? Gimana keadaan Mama?" Dengan suara parau, cowok itu bertanya keadaan Mama Rina kepada empat orang di depannya.

Isakan tangis tak lagi bisa dihindari, selama dua jam Shaka tempuh untuk pergi ke Surabaya dengan mengendarai motornya, ia mendapat kabar bahwa Mama Rina kritis karena kecelakaan parah yang terjadi tiga hari lalu. Shaka sudah melakukan kesalahan fatal yang tak bisa dimaafkan.

"Sini, Nak..." Dengan menahan tangis, wanita lansia yang diketahui adalah Nenek Shaka itu memeluknya dari samping. "Habis ini tinggal sama Nenek, ya?"

Shaka menggeleng keras, tak tahu apa yang sedang dimaksud oleh Neneknya ini. "Ngapain? Aku mau tinggal sama Mama, kenapa harus tinggal sama Nenek?"

"Mama kamu udah gak ada, Nak. Sebelum kamu sampai di sini, Mamamu udah gak ada!" tekan Lasti, Nenek Shaka dengan suara bergetar.

Mata yang semula menyipit menangis itu kini membulat. Ia langsung bangkit dan bergegas membuka pintu ICU, tepat saat itu juga para perawat mendorong sebuah brangkar berisi seseorang yang telah tertutup kain putih di sekujur badannya.

"Berhenti!" Shaka menghentikan pergerakan para perawat mendorong brangkar keluar dari ICU.

Dengan mata memerah, wajah kusam dan kaki bergetar, Shaka mencoba kuat dari kerapuhan ini dan mulai membuka kain putih yang menutupi wajah yang ia kira itu adalah Mamanya.

Bagai petir menyambar, laki-laki itu sontak ambruk tak berdaya kala mayat yang dihadapannya tidak lain adalah Mamanya sendiri, orang paling ia sayangi melebihi apa pun di dunia ini.

"Ma, Mama bangun, Ma!" Rintihan tak tertahan pun keluar dari bibirnya setelah kain putih yang menutupi wajah sang mayat terbuka.

"Aku belum bisa ngebahagiain Mama, belum sukses seperti yang Mama mau. Aku belum jadi anak yang berbakti, aku juga belum sempat minta maaf sama Mama. Kenapa udah pergi duluan? Udah gak mau bicara sama aku lagi?"

Shaka memeluk jasad sang Mama dengan semua uneg-unegnya. Remaja laki-laki yang diketahui bernama Kelvin itu mencoba menenangkan Kakak Sepupunya supaya lebih kuat dan tegar dalam menghadapi ini semua.

Shaka benar-benar dilanda Shock berat, setelah lama ia tak bertemu Mamanya dan kini ia hanya dipertemukan dengan jasadnya saja, nyawanya sudah tiada. Shaka sudah tak lagi bisa mengajaknya berbicara, bercerita atau pun bertengkar kecil dengannya.

Kini sosok putra dari keluarga Varelino itu hanya bisa menangis menatap badan yang sudah terbujur kaku, pucat tak bernyawa. Mengapa Tuhan mengambil orang tersayangnya secepat ini? Apa Tuhan kecewa atau bahkan marah?

"Maafin Shaka, Ma. Shaka telat temuin Mama."

Flashback 3 hari lalu.

ARSHAKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang