39 ; Keluarga bahagia

7.9K 1.3K 272
                                    

Jangan lupa vote + komennya yak:)!

SELAMAT MEMBACA 📖!

***

Seyla terus bergerak-gerak mencari posisi yang nyaman di atas tempat tidurnya. Perut besarnya membuat ia tak leluasa untuk tidur seenaknya.

Zaviar yang tertidur di sampingnya pun ikut terusik. Matanya perlahan terbuka sempurna dan menatap Seyla yang berada di sisinya.

Pria itu menegakkan posisinya seraya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 1 dini hari.

"Sayang, kenapa?" Zaviar bertanya lembut.

Seyla menghentikan acara berguling-gulingnya dan beralih menatap Zaviar. "Susah tidur," rengeknya. Tubuhnya terasa lelah, tapi semalaman ia hanya bisa tidur nyenyak beberapa jam saja.

"Maaf, aku jadi ganggu tidur kamu," ujar Seyla penuh sesal. Padahal ia tahu jika Zaviar dari tadi pagi sampai malam bolak-balik kantor dan pengadilan. Pasti pria itu kelelahan.

"Gak pa-pa. Sini tidurnya! Biar aku elus-elus perutnya," Zaviar menepuk spot kosong di sisinya setelah menyandarkan tubuhnya di headboard kasur.

Seyla menurut. Dengan bantuan Zaviar, akhirnya wanita itu menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.

"Seharian bolak-balik kantor emang gak capek?" tanya Seyla. Ia memainkan lengan kekar Zaviar yang sedang menganggur. Seyla merasa sedikit nyaman setelah pria itu mengelus lembut perutnya.

"Gak ada kata capek buat kamu. Aku cari uang biar kebutuhan kamu sama Alana tercukupi," balas Zaviar.

"Tapi kan ... aku punya pemasukan dari butik. Kamu berhenti kerja aja ya?" ujar Seyla.

"Nggak, sayang. Kalau aku capek pasti istirahat kok,"

"Oh iya, Mas. Keenan gimana?" tanya Seyla penasaran. Ia belum sempat menanyakan kabar pria itu.

"Keenan di jatuhi hukuman dua tahun. Itu udah mutlak. Tapi kamu tenang aja, setelah Keenan bebas, dia gak akan bisa masuk lagi ke Indonesia," jelas Zaviar.

Seyla hanya mengangguk.

Ia tersentak saat mendapat tendangan kuat dari anaknya. Zaviar juga merasakannya dengan jelas.

Keduanya saling menatap seraya tersenyum tipis. "Kayaknya baby gak sabar mau keluar," kekeh Zaviar seraya mengelus tonjolan kecil bekas tendangan anaknya.

"Setelah ini ... mau nambah?" tanya Seyla.

"Udah cukup. Aku gak tega liat kamu kesusahan bawa perut besar kayak gini. Belum lagi pas melahirkan nanti," Zaviar sangat mengingat dengan jelas bagaimana dulu saat Seyla berjuang melahirkan Alana.

"Tapi kan itu kewajiban aku sebagai seorang istri dan ibu," sahut Seyla.

"Emang kenapa? Kamu mau nambah? Ini aja belum keluar,"

"Ish! Aku cuma nanya aja. Emang gak boleh?" sewot wanita itu.

"Ya—"

"MOMMY! DADDY!"

Ucapan Zaviar terhenti saat mendengar teriakan Alana dari luar kamar mereka.

ZAVIAR and HIS STRUGGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang