TWENTY ONE

4.7K 363 6
                                    

Hay?!!

Aku up lagi!!

Semoga suka, seperti biasa kawan, kalo ada typo tolong tandai!

Happy Reading 💖

21. Zeus Nangis.

Langkah kaki dengan bulu itu terayun pelan menuruni tangga, tangan kekarnya terangkat mengucek mata yang sudah bercucuran air mata. Zeus memindai setiap tempat, dari kanan ke kiri, ia lalu mendengus kesal diiringi sedotan ingus yang memaksa ingin keluar dari hidungnya saat orang yang ia cari tidak ketemu.

Wajah bareface dengan rambut acak-acakan, lengkap ditambah kaos pendek juga celana boxer. Bulu kaki Zeus sekarang terpampang sempurna. Lebat dan panjang. Biasa, bulu laki-laki lebih panjang daripada perempuan.

Lagi-lagi Zeus mendengus kesal saat ia sudah mencari apa yang ia cari tapi tidak juga ketemu, "Selene mana hiks ..." Tanpa bisa dicegah, air matanya turun membasahi pipinya kembali.

Selepas pulang dari sekolah. Zeus dan Selene langsung pulang ke Mansion tanpa mampir kemana-mana dahulu. Zeus yang lelah karena jam terakhir nya di ulti pelajaran Matematika pun langsung teler saat sudah merebahkan diri di kasur. Ingin langsung tidur, tapi tidak jadi karena Selene memaksa nya agar ganti baju lebih dulu. Alhasil, Zeus pun menurut walaupun ogah-ogahan, selepas itu ia langsung kembali telepar di kasur dan berlanjut tidur tengkurap dikasur dengan kepala yang mendekam dibantal.

Dan, hingga kini ia tidak menemukan keberadaan Selene-nya. Zeus kan kangen. Ia ingin memeluk erat tubuh ramping Selene yang nyaman saat ia peluk.

Zeus mengaruk perutnya gatal, garukannya sampai membuat bajunya tersikap keatas, "kemana hiks ..." air mata Zeus kembali turun seiring ia jalan menyusuri rumah.

"Selene ..." gumam Zeus dengan sedotan ingusnya. Ia mengosok hidung saat dirasa gatal, sampai hidung yang sudah merah itu tambah merah. Kalo seperti ini, Zeus sudah seperti anak kecil saja yang kalo ingusan diusap ke baju.

Tidak usah heran dengan para pelayan disini yang tidak kaget lagi dengan hal-hal yang semacam ini. Sudah biasa terjadi, hampir setiap hari. Iya, hampir setiap hari, Mansion Zeus dan Selene ini hanya diisi dengan suara isak tangis Zeus yang mencari dimana Selene.

"Aden, cari Non Selene?"

Zeus membalik badan saat seseorang berbicara kepadanya. Sebelum balik, ia sempatkan untuk menghapus jejak air matanya lebih dahulu. Walaupun para pelayannya sudah biasa melihat ia menangis, tapi kalo bertemu langsung Zeus tetap saja malu! Ingat, Zeus ini juga manusia!

"Iya, Selene mana Bi?" balas Zeus bertanya.

Bi Jien, kepala pelayan disini, beliau sudah lama mengabdi di keluarga ini. Lebih dari setengah hidupnya ia habiskan disini. Dan, beliau juga yang tertua diantara para maid lainnya. Oleh sebab itu, para maid pun menghormati beliau. Selain sebagai kepala pelayan, beliau juga sudah tua.

"Non Selene tadi bilang sama Bibi, mau ke supermarket gitu Den." ucap Bi Jien sambil menatap Zeus.

Mata Zeus membola, "kok nggak ijin Zeus?" pekiknya kaget.

Bi Jien tersenyum maklum, "Non Selene bilang, Aden tidurnya nyenyak. Enggak enak mau dibangun."

Memang begitu. Saat itu, Selene ingin pamit ke Zeus, tapi melihat suaminya yang tertidur nyenyak, Selene mengurungkan niatnya. Ia pun meminta agar nanti kalo Zeus bangun, ia sedang pergi ke Supermarket.

"Udah daritadi Bi?" tanya Zeus meraih tisu yang disodorkan salah satu Maid. "Makasih." ujarnya. Ia arahkan tisu itu ke hidungnya, lalu Zeus mendorong keluar ingusnya sampai tidak tersisa didalam hidung mancung bak perosotan itu. 

ALZEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang