TWENTY FOUR

4.2K 322 5
                                    

Hay??

Aku up lagi!!

Makasih udah baca dan nungguin cerita aku yang satu ini🥺

Happy Reading 💗

22. Zeus Sweet.

Setelah habis menempuh perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya mereka pun sampai ditempat tujuan. Selene terbangun karna Zeus yang menepuk-nepuk pelan pipinya. Cewek itu, sepanjang jalan tidur dipelukan Zeus. Zeus enggak papa, yang penting Selene enggak mabuk.

"Bangun dulu Ayang." ucap Zeus saat mata Selene sudah mulai terbuka. "Enggak boleh dikucek." Zeus mencegah Selene yang akan mengucek matanya.

"Turun dulu yuk? Yang lain udah turun soalnya." Zeus bangkit dan mengulurkan tangan kearah Selene. Selene menyambutnya dengan senang hati.

Semua orang memang sudah turun duluan. Hanya tersisa Zeus dan Selene saja di bis.

Zeus dan Selene langsung menempatkan diri didekat yang lain. Zeus memeluk Selene dari samping, cewek itu masih ngantuk, Zeus takut Selene jatuh. Ia tidak peduli dengan berbagai tatapan didepannya, toh juga bukan urusan Zeus.

Levi dengan Jamal yang dipelukannya itu datang setelah tadi membuat susu khusus untuk hewan mamalia itu. Bicara tentang Jamal, Jamal itu bisa dibilang masih bayi. Umurnya pun belum genap dua tahun. Levi menemukan Jamal dijalanan saat monyet itu dibuang kawanannya sendiri karna beda warna. Levi tidak tega, makanya ia asuh Jamal. Levi mengasuhnya seperti anak sendiri.

"Udah bikin tenda belum?" tanyanya saat sudah didepan mereka.

"Udah, tuh." Nebula menujuk tenda besar yang sudah dibangun. Iya, mereka memang langsung mendirikan tenda saat sudah sampai tujuan. Alasannya biar cepet bisa istirahat. Terbukti, Salju, Matahari, dan Rose yang langsung tidur ditenda karena kelelahan.

"Iya, nanti gue kabarin." Bumi menoleh kearah Levi setelah ia bicara dengan salah satu anak Vanderos, "Lah, si Jamal tidur?"

Levi menunduk melihat kearah Jamal, "ho'oh, tidur."

"Kamu ke tenda aja istirahat. Masih ngantuk kan?" Zeus merapikan anak rambut Selene yang berantakan.

Selene mengangguk, lalu ia pamit kearah Zeus dan lanjut masuk ke tenda untuk kembali tidur.

"Kandangin elah si Jamal Lep." Demon berujar dari samping. Cowok jakung itu bergidik ngeri saat melihat Nebula yang mengelus-elus Jamal. Si Jamal pun malah keasikan, monyet itu bahkan menarik tangan Nebula lagi saat cewek itu sudah tidak mengelus dirinya.

"Tau aja sama yang cantik lo Nyet." sinis Levi lirih.

"Monkey nya lucu ya." Nebula gemas dengan Jamal.

"Namanya siapa sih?"

"Jamal." sahut Demon menjawab pertanyaan Nebula.

"Cowok?" pekiknya kaget. "Kok dipakein pita?" herannya.

Bahu Demon terangkat, "yo ndak tau, kok tanya saya. Noh, babu nya. Tanya sendiri." Mata cowok itu menujuk Levi.

"Biar cantik aja sih." Levi mengaruk tengkuknya kikuk.

"Tapi nih monyet cowok Lep." bantah Bumi yang baru datang dengan segelas es teh dari arah dapur.

Mata Levi menatap Bumi sinis, "ya kenapa sih? Orang ini anak gue juga, kenapa lo semua jadi sewot gini?" Tangannya mengelus kepala Jamal.

Bumi berdecak, ia malas adu argumen dengan Levi, jadi pilihan yang tepat adalah pergi. Kali ini ia akan menemui Matahari saja, lebih enak manja-manjaan sama sepupu daripada harus debat dengan Levi, itu pikiran Bumi.

ALZEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang