TWENTY NINE

4K 353 12
                                    

Up lagi nih!!!

Seperti biasa, kalo ada typo tolong tandai!!

Happy Reading and Enjoy 💞

29. Akhirnya.

"Sayang, aku pergi dulu ya." Zeus berucap sambil memakai jam tangan. Tak lupa, ia menyambar jaket jeans berlambang Vanderos yang tersampir dikasur.

Cowok itu jalan menghampiri Selene yang duduk tegap disisi kasur. "Aku pergi, kalo ada apa-apa telfon aku oke?" Selene mengangguk mengiyakan.

"Cium dulu sini." Zeus mendekatkan wajahnya. Ia cium kening, pelipis, mata, hidup, kedua pipi dan terakhir bibir Selene. Khusus yang paling akhir, Zeus lama-lamakan bibirnya disana.

Ia melepas ciuman itu sampai berbunyi 'muach', "Aku aslinya pengen dirumah aja."

Selene menarik Zeus agar duduk didekatnya, "Kan kamu bilangnya ini penting, masa mau ditinggal. Kasian yang lain." Zeus tadi bercerita kalo ada urusan penting di Markas yang perlu dibahas. Selene tidak tau apa itu, toh juga bukan hak nya cari tau.

"Aku masih pengen peluk kamu." Harum musk langsung tercium dihidung Selene saat Zeus menariknya kedalam pelukan.

"Kamu ganti parfum?" Tanya Selene heran. Hidungnya mencoba mencium harum baju Zeus.

Zeus mengangguk, "Iya, enak nggak baunya?" Tanya balik Zeus kepada Selene.

Selene menganggukkan kepalanya tanda setuju, "Enak, tapi masih enakan yang lama." Jujur Selene. Harum parfum Zeus yang lama itu paling Selene suka. Terkadang ia pun memakai parfum itu, bahkan parfum-parfum miliknya yang dibelikan Zeus tidak ia pakai saking dirinya suka dengan parfum Zeus.

Selene memang begitu, sekali suka ia tidak akan bisa berpaling.

"Kamu suka parfum aku dulu?"

"He em, tapi yang ini juga enak kok." Selene tersenyum sampai giginya terlihat. Itu terlihat mengemaskan dimata Zeus. Ia tarik pipi Selene, lalu ia gigit pipi itu sampai membuat sang empu menjerit kesal dan sakit.

"Aaaaaa Zeusssss ..." Selene mencoba mendorong kepala Zeus agar tidak lagi menggigit pipinya itu. Kan nanti bisa tambah melar.

"Gemes aku tuh." Setelah digigit, Zeus usap bekas gigitannya itu. Tak lupa, ia sematkan kecupan-kecupan mesra sambil terkekeh melihat Selene yang cemberut kepadanya.

"Sana berangkat, udah ditunggu." Kesal Selene. "Sakit." Lirihnya.

Zeus usap pipi gembul itu, "Maaf, abisnya aku gemes. Goyang-goyang, tuing-tuing gitu pas kamu ngomong." Zeus tertawa setelah bicara seperti itu.

"Tuing-tuing kaya gini." Zeus memperagakan pipinya yang ia gerakkan keatas bawah mencoba menirukan gerakan pipi Selene ketika bicara.

Selene tambah manyun, ia dorong tubuh Zeus, "Udah sana ihhhh ..."

Zeus justru makin mepet, "Maafin dulu dong."

Selene kesal, selalu seperti ini. Zeus itu suka banget gigit pipinya sampai berbekas. Tidak sakit sih memang, tapi ya tetap saja Selene kesal, "Iya, udah sana. Nanti ditungguin."

"Aku pergi ya, maaf. Senyum dulu dong cantik. Masa orang cantik cemberut sih." Goda Zeus mengangkat kedua alisnya naik turun.

"Ayooo ihhh senyum dulu." Lah, kok sekarang Zeus yang ngerengek?

"Senyum, senyum, senyum." Zeus berucap, "Senyum kaya gini." Zeus menarik kedua sudut bibir Selene sampai membentuk senyum cantik dimata Zeus.

"Nah ginikan cantik, cantiknya aku. Ihhh suka deh kalo kamu senyum." Zeus gemas, ia lampiaskan rasa gemasnya dengan menggenggam kedua tangannya didepan. Jangan sampai ia kecolongan mengigit pipi Selene lagi, bisa berabe entar kalo dirinya tidak diperbolehkan tidur dikamar.

ALZEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang