Kenangan saja bisa hilang seiring dengan berjalannya waktu, berarti bisa jadi perasaan juga akan menghilang seiring dengan tidak adanya pertemuan antara aku dan kamu?
Ayra.
// About Readiness //
"Ternyata love story kita terlalu ribet, ya."
Perkataan Gus Yusuf semalam masih terngiang-ngiang di kepala Ayra sampai saat ini. Dia masih terus memikirkan apa maksud dari kalimat yang Gus Yusuf katakan semalam.
"Love story kita terlalu ribet ...," gumam Ayra seraya memperhatikan langit cerah melalu jendela kamar Kayla. "Gus Yusuf bilang gitu pas dia tahu kalau aku suka sama Kak Akhtar ... atau jangan-jangan Gus Yusuf suka sama aku, tapi akunya suka sama Kak Akhtar, itu kenapa dia bilang, kalau cerita cinta kita terlalu ribet?"
"Aaaaaa ... tahu ah! Pusing aku. Lagian aku juga nggak mau kegeeran. Mana mungkin Gus Yusuf suka sama aku, orang kita aja baru ketemu baru-baru ini," gumam Ayra gemas lantaran pikirannya yang sudah tidak waras karena berpikir jika Gus Yusuf menyukainya.
"Daripada mikirin yang nggak-nggak, lebih baik aku packing," ujarnya lagi, lalu beranjak dari kasur menuju lemari di mana pakaiannya tersimpan.
Hari ini adalah hari terakhir Ayra di pesantren. Karena lusa, dia sudah kembali bersekolah lagi, karena kakak kelasnya sudah selesai melakukan ujian. Dia juga sudah tidak akan ikut program lagi, karena program terakhir yang dia ikuti berlangsung pagi tadi sekitar pukul tujuh lewat.
Usai memasukkan semua barangnya ke dalam ransel, Ayra langsung keluar kamar untuk menuju asrama santriwati untuk berpamitan. Takutnya jika menunda, jemputannya sudah datang dan dia sudah tidak sempat lagi untuk pamitan kepada semua teman-teman barunya selama di pesantren.
"Mau ke mana, Ayra?" Ayra sontak menoleh ke arah ruang tamu, di sana tampak Nyai Aminah sedang duduk sembari memegang kitab yang sering Ayra lihat dibaca oleh Kayla.
"Mau ke asrama santriwati dulu, Nyai. Aku mau pamitan, mumpung jemputan aku belum dateng," jawab Ayra setelah tiba di hadapan Nyai Aminah.
"Oh ya sudah. Nanti kalau kamu lihat Jihan, tolong panggil ke sini, ya," ujar Nyai Aminah dengan lembut seraya tersenyum.
"Iya, Nyai. Insya Allah. Ya sudah kalau begitu saya ke asrama dulu, ya. Assalamualaikum." Ayra mengambil tangan Nyai Aminah untuk disalaminya kemudian setelah mendapat jawaban salam, Ayra pun bergegas pergi.
// About Readiness //
"Mbak, lihat Mbak Jihan nggak?" tanya Ayra pada salah satu santriwati yang sering dia lihat berjalan dengan Jihan.
"Mbak Jihan lagi ke koperasi, Mbak. Sebentar lagi juga dia dateng. Kenapa memangnya?" jawab gadis berjilbab maroon itu.
"Aku mau nyampein amanah dari Nyai Aminah, Mbak," jawab Ayra seraya tersenyum dan kemudian mendapat anggukan paham dari gadis yang ditanyainya tadi.
Ayra berpamitan setelah mengucapkan terima kasih. Gadis itu menghampiri sebuah bangku panjang yang ada di depan kamar Jihan dengan gadis yang ditanyainya tadi. Setelah mendudukkan dirinya, bertepatan dengan itu Jihan juga baru saja tiba dan langsung menghampiri Ayra ketika melihat gadis bermata bulat itu sedang duduk di depan kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Readiness
ДуховныеSpiritual-fiksiremaja "Maaf, aku nggak bisa kayak Sayidah Fatimah yang bisa tahan dengan cinta diam-diamnya kepada Ali bin Abi Thalib. Aku juga tidak seberani Bunda Khadijah yang melamar Rasulullah lebih dulu ... yang kubisa hanya menjadi seperti Zu...