Saga masih kesal saat Reres beranjak meningalkannya dalam keadaan tak baik, nafsu dan darahnya sama-sama mendidih. Kepalanya menjadi sakit dan otaknya sejak tadi memaki apa yang dilakukan Reres. Tentu saja hal yang paling menyakitkan bagi dirinya saat ini. Bukan hanya inti dari tubuhnya yang meronta ia juga merasa kehilangan harga dirinya karena terus saja mendapatkan penolakan dari sahabatnya itu.
Pintu diketuk, beberapa kali sampai akhirnya ia menyahut. "Siapa?"
"ini Yuni Den, Nyonya bilang setelah mandi Den Saga diminta ke ruang baca," sahut suara dari luar.
"Hmm!" Saga menjawab dan tampaknya sang pelayan segera meninggalkan kamar itu.
Dengan malas ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi dan menuntaskan hasratnya. Hanya karena reres, ini kedua kalinya ia mengotori tangannya sendiri. Sungguh ini aib baginya. Selama ini tak ada yang menolak Alvian Saga Mahendra. Siapa yang berani menolak ketampanan dan kemampuannya dalam beradu ranjang? Tak ada kecuali Rere, Sahabatnya yang bahkan secara fisik tak ideal dan bukan tipenya.
"Res ba-" Ia terhenti. Lupa kalau tak ada Reres di sana. "Aish sialan!" umpatnya kesal.
Pria itu berjalan ke luar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di bagian bawah tubuhnya. Bergegas berjalan ke lemari pakaian untuk segera mengganti pakaian, ia berdiri menatap susunan pakaian yang rapi berdasarkan wana, lalu sengaja mengacak lemari pakaiannya untuk memberikan pelajaran pada sahabatnya itu. Setelah rapi menggunakan t shirt abu dan celana putih ia berjalan menuju ruang baca seperti apa yang dikatakan tadi. Saga bahkan membiarkan rambutnya tetap basah. Karena biasanya ini adalah tugas Reres untuk mengeringkan rambutnya.
Saga segera berjalan menuju ruang baca menemui sang ibu. Langkahnya sedikit cepat seraya menatap pada sekitar siapa tau ada Reres dan ia bisa memukul bahu, atau mencubit pipi sahabatnya itu. Tak menemukan Reres dimanapun, Saga memilih kembali fokus dengan langkah kakinya. Ia mengetuk pintu setelah sampai di depan ruang baca.
"Masuk," suara sang mami menyahut.
Saga membuka pintu, masuk dan kembali menutup pintu. Ada Nindi di sana yang kini tengah sibuk membaca majalah bisnis. Wanita itu segera meletakkan majalah seteleh Saga kini duduk di hadapannya lalu mulai terlihat serius.
"Hari ini kamu ajak Aira jalan," titah Nindi.
Raut wajah Saga berubah menjadi masam. ia kemudian melipat tangannya di depan dada, menghela napas sebelum menjawab perintah yang Nindi berikan. "Kenapa Saga sih Mi?"
"Ya karena kamu kan yang mami jodohin sama Aira," jawab Nindi.
Saga berdecak. "Aira itu enggak banget M," keluh si pucat.
"Heh sembarangan kamu! Yang enggak banget itu mantan-mantan kamu. Aira cantik, pintar, dan yang jelas bibit bebet bobotnya." Nindi menjadi kesal atas perkataan Saga barusan yang jelas-jelas meremehkan gadis pilihannya.
"Terserah kamu di luar gimana. Mami cuma pilihkan perempuan yang terbaik dari yang baik. Lagian kamu masu sampai kapan kaya gini terus? Dalam hubungan enggak jelas. Pacaran, putus, pacaran, putus, sampai kapan Ga?"
Saga hela napas mengatur emosi atas kekesalan pada sang mami. "Saga mau pergi asal sama Reres."
"Reres udah pergi," jawab Nindi.
"Pergi?"
Nindi anggukkan kepala, kemudian kembali membaca majalan bisnisnya. Dan apa yang dikatakan sang mami buat Saga menatap dengan terkejut.
Sementara saat ini Reres duduk di taman seraya menikmati es cekek yang ia beli dalam perjalanan ke taman. Gadis itu juga membeli cimol untuk ia nikmati sebagai sarapan paginya. Setelah perdebatan dengan Saga tadi ia segera mandi, berganti pakaian dan bergegas meninggalkan rumah Saga setelah dirinya meminta izin pada Nindi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My CEO (END)💜
Lãng mạn🪻 TAMAT DI KARYAKARSA 🪻 Tak percaya pada pernikahan tapi, Restu Kanaya Putri gadis bertubuh tambun itu ingin sekali memiliki anak. Bekerja sebagai penjaga bayi besar Alvian Saga Majendra sahabat yang juga atasannya. Buat ia memberanikan diri untuk...