🍄24. Terkurung 🍄

1.1K 96 23
                                    

Di dalam ruangan Saga, Reres duduk di sofa seraya membaca artikel dari ponsel miliknya. Sahabatnya itu benar-benar tak mengijinkan ia untuk keluar ruangan. Tentu saja hal ini membuat Reres merasa terpenjara. Dan itu membuat gadis bertubuh gemuk itu merasa kesal dengan perlakuan atasannya.

Sejak tadi, Saga sesekali melirik kepada Reres memastikan bahwa Gadis itu tak akan keluar dari ruangan dan tak terlalu jauh dari jarak pandangnya.

"Lo mau makan sesuatu?" Saga menawarkan.

"Tidak Pak," sahut Reres.

"Terus mau apa? Biar nggak bosen?" Saga bertanya lagi penuh perhatian. Ia tak ingin Reres merasa bosan sehingga nanti memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.

"Saya mau keluar dari ruangan ini," jawab gadis itu cepat. Rasanya benar-benar menyebalkan sejak tadi hanya diam dan duduk sambil membaca baca artikel.

Mendengar penuturan dari Reres, membuat Saga memilih untuk tak peduli. Ia kembali membuka-buka dokumen yang kini berada di atas mejanya. Tak akan ia biarkan Reres bertemu dengan Haris. Karena selama ini mereka berdua pasti sudah banyak berinteraksi. Dan ia tak mau jika Reres semakin dekat dengan Haris.

Gadis itu kemudian bangkit dari tempat duduknya ia berdiri dan berniat untuk berjalan ke luar, langkahnya terhenti saat Saga memanggil namanya.

"Res, mau ke mana?" Saga bertanya tanpa menatap ke arah Reres.

"Keluar."

"Kan gua bilang lo nggak boleh keluar," ujar Saga menekankan.

"Gue kebelet pipis. Masa gue pipis di ruangan ini?" Reres bertanya kesal dengan sikap Saga padanya yang semakin keterlaluan.

Saga menatap ke arah Reres coba mencari tau apakah yang Reres katakan benar? Atau hanya sebuah alasan agar bisa ke luar dari ruangan. Yang dilakukan Reres adalah menatap sahabatnya, sambil merapatkan kakinya. Menjelaskan bahwa ia tak berdusta dengan apa yang ia katakan tadi.

"Jangan lama-lama, langsung ke ruangan lagi. Gue juga minta buatin kopi." Saga mempersilahkan lalu kembali dengan pekerjaannya.

Reres anggukan kepala, kemudian dengan cepat berjalan ke luar ruangan dengan senyuman kebebasan seolah dirinya adalah tawan yang baru saja melepaskan diri setelah disekap. Saga bisa melihat itu, sejak tadi dirinya memang tak melepaskan perhatian dari Reres. Ia benar-benar merasa gila dan tak bisa lagi mengenal dirinya. Jatuh cinta pada sahabatnya? Hal yang sejak kecil tak pernah terlintas dalam otaknya. Sementara kini hatinya merespon hal yang sebaliknya.

Saat melihat pintu terbuka Haris tersenyum, ia menatap ke arah Reres yang juga tersenyum. Setelah pintu tertutup. Reres melambaikan tangannya kemudian segera berjalan cepat ke toilet.

"Aku ke toilet dulu Mas," ucap gadis itu sambil lalu.

Haris anggukan kepala meski Reres tak melihatnya. ia senang karena bisa melihat gadis yang ia sukai. Sejak tadi ia cemas, takut juga Saga mengerjainya dengan berbagai pekerjaan yang berat.

Telepon haris berdering, ia segera menerima panggilan dari telepon di atas mejanya. panggilan dari ruang kerja Saga.

"Iya Pak Saga?"

"Ke ruangan saya, sekalian bawa jadwal temu, saya juga mau tanya dokumen dari PT UI."

"Baik Pak," sahut Haris.

Setelah panggilan dimatikan, Haris segera mengambil buku catatan miliknya dan segera berjalan untuk masuk ke ruangan sang atasan. Haris mengetuk pintu sebelum ia masuk, ketika Saga mempersilahkan masuk, Haris segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam.

Oh My CEO (END)💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang