🍄28. Berusaha mandiri🍄

798 84 5
                                    

Pagi ini Saga dibangunkan oleh rasa kesal yang ia rasakan sejak semalam. Entah bagaimana lagi caranya untuk meyakinkan Reres tentang perasaannya. Ia meminta Reres untuk menjauhi Haris dan tetap berada di sisinya. Saga mau Reres hanya untuknya. Reres buat Saga jadi posesif, mau ditemani, mau dimiliki. Kesalahan terbesar kini ia sadari, menerima tawaran untuk menghamili Reres adalah keputusan membawanya dalam keadaan ini.

Beranjak dari tempat tidur disaat matahari bahkan belum masuk ke celah jendela kamarnya. Hal itu bagai sebuah keajaiban. Pria berkulit pucat itu biasanya harus dibangunkan dengan sedikit dipaksa oleh Reres sang baby sitter yang kini menempati hatinya.

Lalu Saga dengan segera melangkah menuju kamar mandi, bergegas membersihkan diri. Mau buat Reres kagum, ingin menunjukan kalau dirinya juga bisa mandiri sama seperti Haris.

Sementara itu Reres sudah sibuk membantu di dapur membuat sarapan untuk para pelayan bersama Mbok Mar. Reres sudah rapi dan memang selalu seperti itu setiap paginya. Ia memasak nasi goreng, sarapan andalan para pelayan sebelum berkegiatan.

Reres sadar kalau dirinya yang paling tak banyak bekerja di rumah. Maka ia berinisiatif untuk memasak setiap paginya.

"Neng, Cah Ayu, kemarin katanya kamu disamperin laki-laki? Siapa?" tanya Mbok Mar penasaran.

Reres menoleh menatap pada si Mbok yang sedang membuat telur dadar. "Itu Mas Haris, dia teman kerja aku Mbok."

Mbok tersenyum, rasanya baru kali ini Reres dihampiri laki-laki. Jelas pasti ada sesuatu yang spesial. Itu yang ada di dalam pikiran Mbok. "Pacarmu?"

"Bukan Mbok. Mas Haris itu cuma teman aja. Kita temenan enggak lebih," jawab Reres tak ingin Mbok Mar salah paham.

"Hmm, Mbok yakin dia ada rasa sama kamu."

"Mbok, enggak mungkin. Di kantor itu yang suka sama Mas haris banyak banget dan cantik-cantik." Reres dengan yakin mengatakan itu. Sadar diri ia tak cantik, menurutnya.

"Kamu itu cantik, ayu, baik. Jangan enggak percaya diri gitu." Mbok Mar tak ingin Reres terus saja merasa tak percaya diri dengan kecantikan yang ia miliki.

Reres memeluk Mbok Mar, Ia begitu menyayangi sang Mbok. Merasa wanita itu adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki kini. "Makasih Mbok, kalau enggak ada Mbok enggak ada yang bilang Reres cantik."

"Coba kamu tanya temanmu itu. Haris ya? Dia pasti jawab kamu cantik Neng."

Reres tersenyum, kemudian menuangkan nasi goreng buatannya ke wadah. ia juga memisahkan ke tempat makan lain. tentu saja ia menyisihkan untuk Haris.

"Mbok, Reres bangunin Saga dulu ya," pamit Reres kemudian  ia berjalan ke kamar Saga.

Meskipun jauh di dalam hatinya ia masih merasa kesal dengan kelakuan Saga beberapa hari ke belakang. Namun, ia tetap harus melakukan tugasnya sebagai tanggung jawab pekerjaan.

Sampai di depan kamar Saga, Reres mengetuk pintu. Ia segera masuk karena berpikir kalau Saga masih terlelap. Ia terkejut saat melihat Saga yang tengah duduk di tempat tidur seraya mengeringkan rambutnya.

"Maaf, say--" kata Reres terputus. Mau minta maaf karena terlambat.

"Masuk," sahut Saga, terdengar masih marah.

Reres tau kalau Saga marah. Sama dengan dirinya juga. "Mau dibantu?"

Saga anggukan kepala sambil menghela napas seolah ada beban berat yang ia pikul. Lalu duduk di depan meja rias. Reres segera membantu Saga mengeringkan rambut. Tak ada pembicaraan. Saga enggan berbicara, Reres juga demikian. Dan kini suara pengering rambut yang mendominasi ruangan.

Oh My CEO (END)💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang