🍄41. akur🍄

671 75 12
                                    

Pagi-pagi Reres sudah terbangun sedikit mual, tapi bisa ia atasi dengan mengemut permen mint. Beruntung si kembar dalam perutnya mudah ditaklukkan. Tak ingin merepotkan sang ibu sepertinya. Setelahnya seperti biasa ia melakukan kegiatannya. Pertama mengecek ruang laundry, selalu ada pakaian yang harus dibawa sebelum ia melangkah menuju kamar Saga. Sesekali menghela napas, sambil melangkahkan kakinya dengan perlahan. Lalu segera merubah raut wajah ketika berjalan masuk ke dalam. Saga masih terlelap, sepertinya masih mengantuk karena mereka begadang dan mengobrol hingga malam hari.

Reres membiarkan sejenak, ia sibuk merapikan pakaian ke lemari. Hari ini senyum Reres sedikit luntur. Setelah selesai merapikan pakaian, menyiapkan pakaian dalam dan meletakan ke kamar mandi, menyiapkan sikat gigi.  Ia segera membangunkan Saga. Gadis itu berjalan mendekati Saga, kemudian mematikan lampu kamar dan membuka jendela saat langit belum terang sepenuhnya karena matahari belum muncul di peraduan.

Reres duduk di tepi tempat tidur tepat di samping Saga.  Ia menurunkan sedikit selimut yang menutupi Saga. "Ga bangun yuk," pinta gadis itu.

Tak ada jawaban yang diberikan oleh Saga. Pria itu masih terlelap di dalam mimpinya. Reres kemudian membelai kepala Saga. Senyum lolos di bibir Saga saat sentuhan lembut diberikan oleh Reres.

"Tuh kan lo ngerjain gue," ucap Reres.

Saga kemudian mengintip dari sebelah matanya. Masih sulit terbuka karena terlalu mengantuk. "Morning," sapanya.

"Selamat pagi Pak Saga," sapa Reres.

Keduanya saling tatap, dan Saga kalah karena ia mengalihkan perhatian dan jadi malu sendiri. Gila jika ia pikirkan lagi. Bagaimana bisa seorang yang menurutnya jauh dari kriteria bisa begitu mempesona di hadapannya? Kini ia tau istilah yang mengatakan, kalau cinta akan merontokkan segala tipe yang selama ini jadi patokan. Buktinya, Saga jatuh cinta pada Reres. Gadis yang sama sekali jelas bukan tipenya yang selalu ia tolak keberadaannya di dalam hati.

Rasanya seperti ini, dalam pikiran Saga tau dan terus mengatakan Reres tak ideal. Sementara hatinya mengatakan Reres cantik, luar biasa, mau Reres, pingin peluk Reres, cium Reres, semua Reres dan Reres lagi. Kalau tak ada Reres dalam sudut pandangannya, hatinya akan bertanya kemana? Lalu otaknya segera mengarahkan matanya mencari, lalu perasaannya jadi berpikir aneh-aneh.

"Ayo bangun, mandi terus berangkat kerja." Reres mengatakan it6y sambil membuka selimut Saga.

Saga menurut ia segera bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk segera bersiap.

"Dalemannya ambil dulu," Reres mengingatkan.

Seketika senyuman Reres menjadi hilang lagi. Dan ia kembali merapikan tempat tidur Saga. Merapikan semua sepeti bias.

"Ga, ini seprai udah berapa hari ya?!"

"Dua minggu!" seru Saga dari dalam kamar mandi.

"Kok enggak bilang?" tanya Reres lagi.

Tak ada jawaban dari Saga. Reres segera mengganti seprai itu. Saga memiliki kulit yang sedikit sensitif, jadi Nindi meminta untuk sprei Saga lebih sering diganti. Kurang lebih seminggu sekali. Setelahnya Reres meletakan seprai kotor ke bak. Tepat saat itu Saga berjalan ke luar kamar hanya dengan handuk yang menutupi bagian tubuh bawahnya.

Reres melirik ke arah Saga. "Lo tau kan? Di sebelah kotak handuk gue udah sediain handuk kimono?"

Saga mengangguk, lalu menjawab. "Sengaja, siapa tau Reres pingin."

"Pingin apa?" tanya Reres bingung sambil menatap Saga yang tersenyum jahil.

"Pingin lihat gue telanjang lah," jawab Saga cuek sambil melangkahkan kakinya menuju kursi untuk dikeringkan rambutnya.

Oh My CEO (END)💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang