🍄10. Kalau kamu?🍄

1.6K 133 9
                                    

Pagi hari ke dua di Bali, Reres tengah sibuk mempersiapkan Saga untuk mengikuti pertemuan terakhirnya dengan klien. Meski berada di Bali, Saga tetap diurus oleh Reres. Bukan hanya merapikan penampilan , Reres juga tengah melakukan ritual yang biasa ia lakukan. Karena pertemuan itu akandihadiri beberapa orang sehingga membuat sang CEO harus tenang sebelum melakukan pertemuan.

Saga duduk di tepian tempat tidur saat rambutnya tengah dirapikan. Sesekali hela napas setelah sejak tadi terus saja merasa cemas.

"Lo bisa Saga. Lo enggak boleh merasa kecil. Hmm?" Reres terus saja mengatakan itu.

Saga menatap Reres kemudian menganggukkan kepalanya. Ia memegang tangan Reres lalu meletakkan ke dadanya yang terus saja berdebar cepat. Reres merendahkan tubuhnya lalu kini mensejajarkan wajahnya dengan Saga, membuat pria itu bisa melihat dengan jelas wajah sahabat kecilnya.

"Kenapa masih deg-degan gini?" tanya Reres yang juga merasa cemas. Ia takut jika Saga tak tenang itu akan mengganggu pertemuan hari ini.

"Entah, gue enggak yakin kali ini." Saga hela napas hari ini rasa percaya diri dan keyakinannya melayang entah kemana.

"Bisa, lo enggak boleh merasa kalah dan lemah. Lo udah melakukan ini berkali-kali kali ini akan sama."

"Res ...." Panggil Saga putus asam

"Percaya gue lo bisa," ucap Reres coba meyakinkan.

Saga masih diam tak menjawab bahkan menganggukkan kepala. Entah kali ini mengapa ia jadi begitu tak percaya diri. ia kehilangan keberanian.

"Bisa Ga." Reres menekankan Saga pasti bisa melakukannya.

"Peluk gue," pinta Saga merasa butuh keberanian lebih saat ini.

Reres memeluk Saga, kemudian menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu mencoba memberikan keyakinan pada Saga bahwa ia bisa melakukan pertemuan itu dengan baik. Saga terdiam ia merasa lebih baik setiap kali merasa terlalu cemas hanya dengan pelukan hangat gadis bermata hazel itu.

"Iya gue bisa," kata Saga yakin.

Reres kemudian melepaskan pelukannya dan kembali merapikan rambut Saga yang masih basah. "Nah, gitu dong."

Sementara itu di luar kamar, Vinny duduk seraya menikmati potongan buah sebagai sarapan paginya. Sementara Haris sibuk merapikan dokumen yang akan dibawa Saga saat pertemuan anti. Vinny sesekali melirik Haris yang terlihat serius sekali dengan pekerjaannya.

"Aku suka penasaran sebenarnya apa yang dilakukan Saga setiap kali sama Reres di kamar?" tanya Vinny.

Pertanyaan Vinny sukses membuat Haris yang sejak tadi terlena dengan kegiatannya menoleh dan menatap perempuan cantik itu. Dalam hati, Haris mengerti apa yang dirasakan Vinny. Itu juga hal yang ia tanyakan dulu dalam hatinya yang juga penasaran dengan apa yang Saga dan Reres lakukan di dalam ruangan setiap kali akan melakukan pertemuan. Haris kini telah tau alasannya, hanya saja ia memilih untuk tak menjawab atau memberitahu mengenai kepercayaan Saga mengenai sekte tertentu supaya ia lebih percaya diri.

"Hmm, saya juga kurang tau Mbak," jawab haris.

Vinny anggukan kepala. "Sepertinya hanya mereka yang tau alasannya," ucap Vinny kemudian kembali menyantap sarapan paginya.

Hari ini seperi biasanya sang CEO menemui klien untuk proyek barunya yang juga akan bekerja sama dengan ayah dari Aira. Setelah berbicara dengan Reres semua selalu terasa lebih baik untuk Saga.

Pertemuan yang ia lakukan berlangsung dengan baik dan lancar. pria itu selalu bisa menjelaskan dengan baik dan menarik diikuti dnegan data yang bisa ia pertanggung jawabkan. Saga selalu mencari hal yang detail untuk setiap proyek pembangunan yang akan ia kerjakan. Hal itu membuat ia dinobatkan sebagai salah satu CEO yang paling teliti menurut salah satu majalah bisnis. Tak banyak yang mengetahui, kalau hal itu ia lakukan untuk membantunya menghilangkan kecemasan yang ia rasakan.

Pertemuan hari ini sama seperti sebelumnya, Saga sukses membuat investor percaya dan setuju untuk berinvestasi.

Setelah sibuk seharian menemani Saga, kini Reres dan Haris berada di luar mereka mencari restoran cepat saji dan menikmati santap malam. Sementara Saga bersama Vinny menikmati malam mereka di klub.

Haris masih mengenakan kemeja kerja yang telah ia gulung lengannya kini sedang sibuk menyantap ayam goreng miliknya.

"Tadi lancar semua Mas?' tanya Reres.

"Lancar semua, Pak Saga biasa on points banget. Investor langung deal tanpa banyak tanya," jawab Haris.

Reres anggukan kepala rasanya lega mendengar kalau Saga berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik. "Seneng kalau si bos bisa jalanin dnegan baik."

"Semua karena ritual kalian 'kan? Meski kamu cuma jagain pintu aja." Haris berkata kemudian terkekeh.

Reres tertawa kecut, dalam hati ia merasa bersalah karena telah membohongi rekan kerjanya itu. "Mas, kamu tau enggak sih, di kantor itu 'kan banyak yang naksir kamu?" tanya Reres sambil menikmati es krim miliknya.

Haris menatap dengan bingung, ia kemudian menunjuk dirinya. "Aku?"

"Iya, Mas Haris," jawab gadis itu.

"Siapa yang suka sama aku?" tanya Haris masih sambil asik mengunyah.

"Yang aku tau ada tiga, tapi aku enggak bisa kasih tau siapa. Enggak enak kalau aku kasih tau Mas Haris."

Tentu saja ia tak akan memberitahu karena tak ingin menyebarkan gosip beredar yang ia dengar. lagipula ia tak cukup dekat dengan karyawan lain dan takut juga jika apa yang dengar itu hanya sebuah gosip saja. ya, meski demikian ia tetap membicarakan hal itu pada Haris sebagai bahan pembicaraan keduanya.

Sementara Haris hanya mengangguk. Tak ada yang membuat ia begitu penasaran tentang siapa yang menyukainya di kantor jelas tak terlalu penting. Yang paling ingin ia ketahui adalah ....

"Kalau kamu gimana?" tanya Haris seraya menghentikan kegiatannya dan kini menatap Reres yang tengah sibuk dneg6an es krim di tangannya.

"Aku?" tanya Reres sambil menunjuk dirinya.

Di sudut bibir Reres tercetak noda es krim, Haris bergerak untuk menghapus degan ibu jarinya. Kemudian pria itu menganggukkan kepala. "Iya, kamu. Kalau kamu suka sama aku enggak?"

Reres terpaku cukup terkejut dengan apa yang ditanyakan Haris barusan.

Haris kemudian tertawa melihat Reres yang terdiam. "Oke aku anggap diam kamu jawaban kalau kamu enggak suka sama aku.'

"Eh, enggak gitu Mas."

"Jadi kamu suka sama aku?" tanya Haris antusias ia menatap Reres ynag mengnangguk dengan yakin.

"Iya, aku jelas suka sama Mas Haris sebagai rekan kerja yang baik, pengertian, pinter dan care. Kita itu cocok banget lho buat menghadapi Saga yang emang agak eror," jawab Reres.

"Oke, sebagai rekan kerja." Haris berucap lalu tersenyum saja karena merasa sedikit kecewa dengan jawaban diplomatis yang ia dengar barusan.

Kegiatan Saga di Bali berakhir keesokan paginya. Seperti biasa mereka semua kembali ke Jakarta untuk kembali dnegan rutinitas seperti biasa. Beruntung setelah kembali ke Jakarta, Reres mendapatkan hari libur yang akan ia manfaatkan dengan baik sesuai rencana sebelumnya.

Oh My CEO (END)💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang