🍄40. I Think ....🍄

710 81 17
                                    

Ayu dan Nindi dalam pembicaraan serius. Mereka berdua duduk di ruang kerja malam ini. Ada juga Yuni duduk di sana, sambil menggenggam ponsel miliknya.
Kedua wanita itu sesekali menghela napasnya berat setelah mendengar info yang mereka dapatkan. Tentu saja ungkapan rumah Saga punya telinga di mana saja itu bukan cuma hisapan jempol. Setiap pembagi informasi akan mendapatkan bayaran khusus jika bisa memberikan secara akurat.

"Kamu boleh ke luar Yun," titah Nindi.

"Baik, permisi Bu." Yuni kemudian berjalan ke luar dari ruangan meninggalkan kedua nyonya rumah.
Ayu ikut berdiri.

"Kamu tau apa yang harus kamu lakukan kan?" tanyanya.

"Iya, Bu," ucap Nindi.

Setelah mendengar jawaban dari anak mantunya itu, Ayu segera berjalan keluar ruangan.

Sementara di sisi lain rumah, Saga tengah membawa martabak keju dan nasi kebuli yang ia pesan secara online. Reres belum makan, ia bertanya pada Mbok Mar tentang Reres. Mbok menjawab kalau Reres sedang tidur. Jadi, pria itu berinisiatif untuk membeli sesuatu untuk makan malam.

Saga berjalan menuju lorong sambil sesekali tersenyum, sambil membawa paper bag layaknya anak kecil yang mau pergi bermain. Sampai di depan kamar Reres langkahnya terhenti. Segera mengetuk pintu, tapi sama sekali tak ada jawaban.

"Res?" sapa Saga.

Masih tak ada jawaban. Saga lalu berusaha membuka pintu yang ternyata tak terkunci. Segera berjalan masuk, segera menutup kembali pintu agar tak ada yang menganggu. Saga berjalan mendekat sambil menatap gadis yang ia sayangi tengah terlelap. Reres tidur dengan memeluk guling, menyembunyikan sebagian wajahnya di sana, itu buat Saga gemas karena bibir dan pipinya jadi naik sebagian.

Saga lalu berjalan mendekat, meletakan makanan yang ia beli di lantai lalu duduk di lantai, merebahkan wajahnya di sisi tempat tidur sambil menatap Reres. Suara napas gadis itu terdengar berat, poni menutupi sebagian wajahnya. Membuat Saga merapikannya. Reres tak juga terbangun, tidur terlalu lelap.

"Capek banget ya?" tanya Saga meski tau tak akan mendapatkan jawaban. "Sorry," ucapnya lagi.

Saga sengaja tak membangunkan, biar bisa menikmati waktu berdua. Kalau sadar, bisa suasananya berubah. Saga tak tau apakah mood Reres akan baik atau menyebalkan setelah bangun nanti. Kening Reres tiba-tiba bertaut, Saga mengusap-usap. Berpikir kalau Reres mungkin bermimpi buruk.

"Ssst sst, everything okay. Jangan mikirin apapun." Saga mengucapkan dengan manis sekali.

Kalau ada yang melihat ini mereka pasti tak akan mengira itu keluar dari bibir Saga, atau Saga yang melakukannya. No, no, no bukan Saga banget. Ya, tapi mereka belum melihat Alvian Saga Majendra dalam keadaan bucin. Kalau Saga bucin, ya jadi begini. Modenya berubah jadi teh manis anget yang hangat, manis, bikin nyaman.

"Res," bisik Saga berniat membangunkan. Kemudian terkekeh sendiri, jadi aneh dan bingung sendiri.

Biasanya Saga suka semena-mena, tak tau diri, cuek, jual mahal semua hal tentang dominasi melekat. Ya, karena memang memiliki kuasa untuk itu. Kebiasaan lainnya adalah si pucat itu selalu dielu-elukan, dijadikan prioritas, dikejar dan diburu. Sekarang? Hmm, Saga berubah kehilangan dominasi. Malah memuja dan kehilangan gaya donjuan-nya perihal asmara.

Pelakunya siapa lagi kalau bukan gadis bertubuh gemuk yang kini rebah di tempat tidur. Mengukuhkan diri sebagai sahabat sejak kecil dan kini malah buat perasaan saat tak karuan, merobohkan dinding tentang tipe dan kecantikan yang selama ini Saga coba pertahankan. Si gendut itu nyatanya bisa masuk ke dalam hati dan pikirannya. Lupa, kalau pria itu dulu selalu berkata 'cuma teman' dan kini tak ingin hanya sekedar teman.

Oh My CEO (END)💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang