🍄34. Kemana?🍄

694 72 13
                                    

Aira dan Saga terus berjalan, tanpa tau kalau sudah tak ada Haris dan Reres di belakang mereka. Sampai akhirnya menoleh ke belakang dan tak menemukan Haris dan juga Reres. Gadis Itu lalu mencolek bahu Saga.

"Reres sama Haris kok nggak ada ya?" tanya Aira bingung.

Tentu saja mendapat pertanyaan seperti itu membuat Saga segera menoleh ke belakang. Tak ada Haris dan juga Reres. Pria itu kemudian segera mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi keduanya sama-sama tak bisa dihubungi. Tentu saja hal ini membuat saya menjadi kesal dan marah.

"Kamu mau cari mereka?" tanya Aira.

Saga menggelengkan kepalanya. "Aku paling males cari orang yang kabur dari aku. Kalau gitu kita pulang aja." Saga mencoba menahan emosinya dan mengajak Aira untuk segera pulang.

Keduanya kemudian berjalan menuju tempat parkir. Meski sebenarnya kesal dan ingin murka, tapi Saga benar-benar mencoba menahan diri untuk tak marah. Sejak tadinya, coba berkali-kali juga menatap pada layar ponsel. Saga berharap ada pesan yang mungkin saja dikirimkan oleh Reres. Namun, sayang sekali hasilnya adalah nihil. Bahkan sampai dirinya dan juga Aira masuk ke dalam mobil tak ada pesan satupun yang dikirimkan oleh Reres untuknya.

"Mau ke klub?" tanya Saga pada Aira. "Aku tahu klub yang bagus di sekitar sini. Itu juga kalau kamu mau aku nggak akan maksa," ajak pria itu suntuk kalau harus kembali ke rumah.

Aira menatap Saga, kemudian ia mengangguk. Dan jelas sekali Aira setuju dengan ajakan pria yang ia sukai. Datang ke club berdua saja akan membuat mereka semakin dekat. Dan ini akan menjadi kesempatan yang baik buat untuk mendekatkan dirinya pada Saga. Ya begitu pikiran Aira yang ingin terus saja menempel pada calon tunangannya itu

"Pak klub biasa." Saga meminta kepada sang sopir untuk mengantarkan mereka berdua.

Sepanjang perjalanan , tak ada yang dikatakan oleh Saga maupun Aira. Keduanya hanya terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Aira merasa bahwa Saga memberikan kesempatan untuknya agar lebih dekat. Sementara itu Saga masih memikirkan ke mana Reres berada saat ini bersama Haris.

Setelah tiba di klub, Saga memesan room khusus agar bisa untuk menjaga privasinya di sini. Ia lalu masuk bersama Aira. Saga juga memesan beberapa minuman non alkohol. Tentu saja ia masih ingin hidup lebih lama. Jadi meskipun ia suka bermain di atas ranjang, Saga sama sekali tak suka bermabuk-mabukan.

Aira kemudian berjalan dan duduk di kursi disusul oleh Saga yang kini duduk di sampingnya lalu merangkul Aira. Tentu saja hal itu yang lakukan karena tengah merasa kesal, ingin iseng jadinya. Biasanya akan ada Vinny atau Lauren yang bisa dihubungi, tapi hubungan mereka jelas sudah berakhir. Ya setidaknya malam ini ia memiliki Aira yang bisa dijadikan pelampiasan, pikiran Saga mulai berkelana, nakal.

Sementara itu apa yang dilakukan oleh Saga jelas memberikan efek yang luar biasa bagi Aira. jantungnya berdebar,  gemelitik jalari tubuh, kemudian membuat wajahnya bersemu. Semua itu terjadi hanya karena Saga merangkulnya dari belakang.

"Suka diginiin sama aku?" tanya Saga seduktif.

Kekesalannya pada tingkah Reres dan Haris membuat mode playboynya kembali on. Ia bahkan mendekatkan wajahnya ke belakang telinga Aira. buat gadis itu tahan napas, stimulusnya luar biasa. Aira begitu sensitif, tak pernah disentuh, anak baik-baik. Nakalnya hanya dipikiran saja. Namun, ia takut untuk melakukan hal seperti itu.

"Ga ...." Aira menjauhkan dirinya.

"Aku tanya lho," ucap Saga kemudian menoleh ke arah Aira menatap manik mata gadis bermata sayu itu. "Suka deket sama aku? Hmm, Aira?" Saga bertanya begitu manis, mempermainkan.

Namun, Aira salah paham. Yang terjadi adalah gemuruh di hatinya semakin kuat, ingin sekali memeluk Saga, miliki Saga, mau sama Saga, suka sama Saga. Rasanya kini seluruh tubuhnya memproses data tentang Saga dan Saga. Aira terlanjur jatuh cinta pada pria di hadapannya tanpa mengetahui siapa sebenarnya yang ia hadapi.

Saga tau betul Aira sudah takluk. Bukan, bahkan dari awal Aira memang sudah takluk dan kini menyerahkan diri sepenuhnya. Saga bukan pemain baru, hanya Reres sepertinya yang sulit takluk padanya. Karena telah mengetahui semua sisi buruknya, atau mungkin karena terlalu bosan selalu bersama Saga? Malas pikirkan Reres lagi Saga ingin nikmati malam. Lalu lupakan kekesalan.

"Suka?" tanya Saga lagi.

Dan bodohnya Aira anggukan kepala. Tak tau kalau jawaban yang ia berikan adalah sebuah persetujuan. Dalam arti siap dipermainkan. Semuanya sama aja Vinny, Lauren .., dan Aira. Pasrah dan takluk dengan begitu mudah. Awalnya selalu seperti ini menyenangkan, semua bisa Saga taklukan. Sebelum Reres membuat prahara dalam hidupnya. Buat Saga merasakan penolakan, cemburu dan tak dijadikan prioritas.

Saga mendekatkan wajahnya mencium Aira perlahan, dengan lembut membawa Aira semakin berdebar,  lalu memejamkan matanya. Saga tersenyum di sudut bibirnya. Kemudian mencoba memberikan stimulus lain dengan gerakan tangannya di belakang tubuh Aira.

Tak pernah diperlakukan seperti ini, kemudian Aira takluk pada pesona Saga. Larut dalam gelora hasratnya, menggebu, mau Saga lagi dan lagi. Ingin disentuh, pasrah dikecup, Saga candu yang manis buatnya malam ini. Ingin disentuh di sana sini. Aira kalah dah lemah sekali pertahanannya, terlanjur larut dalam gelora yang sengaja diberikan Saga.

Saga melepas panggutan, menatap Aira yang masih memejamkan mata dengan bibir yang sedikit terbuka. Si pucat tersenyum, lalu mengusap bibir Aira yang basah dengan ibu jarinya. Memainkan jemarinya di sana. Aira membuka matanya, malu sendiri.

"Suka bibir kamu, dan mata kamu saat tatap aku kayak gini. Tapi aku lebih suka lihat kamu di bawah aku. Mau coba?" tawar Saga menatap pada manik mata Aira yang terkejut atas penawaran Saga barusan.

Sejauh ini belum ada yang tak takluk pada permintaan Saga yang satu ini. Kecuali Reres yang terus saja. Reres terus  menolak, tapi akhirnya tetap terjerat dalam rayuannya. Lebih tepatnya karena Saga memaksa. Dan Aira berbeda, Aira jatuh cinta, mau Saga. Aira menggenggam ujung kemeja Saga. Menatap Saga, lekat.

Saga mengusap tepian wajah Aira, sengaja menggoda. Mendekat pada telinga gadis bermata sayu itu, hingga embus napasnya terasa sekali, geli. "Mau ya? Hmm? Di bawah aku buat kamu seneng malam ini. Aira cantik, " puji Saga dengan mulut buayanya.

Sementara itu kini Reres sudah dalam perjalan pulang, Ia melangkahkan kakinya masuk dan berpapasan dengan Nindi yang baru saja kembali setelah keluar tadi.

"Saga mana Res?" tanya NIndi.

"Tadi saya tinggal di mall sama Mbak Aira seperti apa yang ibu bilang," jawab Reres sopan.

Nindi senang sekali mendengar jawaban yang diberikan oleh Reres. "Good, good, terima kasih karena kamu udah mau bantu saya."

"Iya Bu," ucap Reres.

Nindi kemudian masuk ke dalam rumah. Reres mengikuti dari belakang dan ia segera berjalan ke kamar Saga. Setelah mengetuk, tak ada jawaban dari sahabatnya itu. Reres bergegas masuk ke dalam kamar. Melihat kamar itu tak berpenghuni. Gadis itu tak ambil  pusing ia menyiapkan pakaian tidur Saga, kemudian membersihkan kasur, menyalakan lampu tidur. Seperti biasa, ia selalu menyiapkan semua untuk Saga.

Reres berjalan menuju nakas, menemukan tiga ponsel baru tergeletak di sana. Reres merapikan dengan sedikit heran untuk apa sahabatnya itu membeli ponsel sebanyak itu. Meski waktu itu ditawari, ia baru melihat hari ini. Saat sedang merapikan kamar Saga ponselnya berdering, Haris.

"Halo Mas, udah sampai rumah?"

"Udah, aku baru sampai dan langsung hubungin kamu. Kamu lagi apa?" tanya Haris.

"Masih beresin kamar Saga."

"Hmm, Res ...," panggil Haris.

"Ya?"

"Kamu boleh mikir jawaban itu baik-baik. Aku memang agak memaksa kamu untuk nerima aku. Aku tau, mungkin kamu akan mengira  aku berlebihan. Aku cuma ingin bantu kamu untuk keluar dari rumah itu. Hidup bahagia sama aku, hmm?"

Reres terdiam, sejak pulang tadi pertanyaan Haris juga terus jadi pemikirannya. "Mas, aku bukan gadis baik-baik seperti yang mungkin Mas Haris kira. Aku .., aku enggak pantas buat Mas Haris."

"Res, aku terima kamu apa adanya kamu."

Reres tak bisa menjelaskan tentang hubungannya dengan Saga. Ia takut kalau akhirnya Haris memilih menjauh karena pengakuannya. Karena sejujurnya Reres selalu merasa kalau Haris selalu bisa jadi seseorang yang bisa membuatnya merasa lebih baik dari segala tekanan yang dilakukan Saga.

****

Saga nakal😭😭😭😭

Oh My CEO (END)💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang