Reres dengan kesal melangkahkan kaki menuju kamar Saga. Gadis itu terpaksa membungkus mie ayam yang belum sempat dihabiskan, sayang jika dibuang dan ia memutuskan untuk membawanya pulang dan akan melanjutkannya lagi nanti. Tiba di depan kamar Saga, gadis itu segera mengetuk pintu. Setelah mendapatkan jawaban dari dalam kamar ia segera memegang kenop pintu. Berdiam beberapa saat sampai pintu terbuka sendiri dan membuat ia terkejut. Saga berdiri di balik pintu, pria itu sengaja membuka pintu karena semakin kesal terlalu lama menunggu padahal ia sudah meminta Reres untuk segera masuk ke dalam kamarnya.
"La-ma," kesalnya menekankan tiap suku kata sambil menoyor kening Reres.
Reres menampik tangan Saga kemudian sedikit mendorongnya berjalan masuk. "Gue kan udah dateng buru-buru." Reres protes ia tak kalah kesal dengan apa yang dilakukan sahabatnya itu, dengan memintanya untuk segera kembali padahal ia tengah asik menyantap mie ayam kesukaannya.
Saga menutup pintu kemudian membalik tubuhnya menatap Reres yang kini berdiri dengan memicingkan matanya.
"Mata dikondisikan," ucap Reres penuh penekanan.
Reres tak bergeming ia masih berdiri di sana dengan tatapan yang sama. "Kenapa sih Ga?"
Saga memerhatikan Reres, penampilan gadis itu sedikit berubah rambut yang ia biarkan tergerai setelah sedikit dipotong, juga warna rambut hitamnya telah diganti. Sejujurnya itu membuat gadis di hadapannya itu semakin menggemaskan. Aroma cokelat tercium dari rambut Reres.
"Lo dari mana? Rambut di potong di cat gitu?"
Reres antusias ia tersenyum dan berjalan untuk semakin mendekatkan dirinya dengan Saga. "Wanginya enak ya? Gue tadi ke salon." Reres bercerita dengan bersemangat.
Saga menatap dan ia tak suka jika sudut-sudut bibirnya seolah tertarik ke samping karena mendengar Reres yang bercerita. "Rambut lo bagusan hitam. Udah lah jangan aneh-aneh ngapain sih?"
Reres tak peduli, ia kemudian berjalan ke arah cermin dan menatap dirinya yang menurutnya jauh lebih baik. "Emang kenapa sih ga? Gue enggak boleh memperbaiki dirinya? Padahal oke kok, muka gue juga jadi lebih cerah," puji Reres pada dirinya sendiri.
Saga sejujurnya merasa bersalah, hanya saja ia tak suka dengan perubahan itu. Ia lalu berjalan mendekat mengambil mie ayam dari tangan Reres dan melakukannya di atas meja. "Lo ngapain nyuruh gue balik sama Aira?' Saga ingat tujuan utamanya meminta Reres kembali lebih cepat.
"Ibu Nindi yang minta. Dan gue rasa emang kalian berdua cocok lagi." Reres mengungkapkan pendapatnya.
Saga menatap gadis di hadapannya itu, apa yang dikatakan Reres membuat benar-benar kesal. Ada yang aneh dengan yang ia rasakan kali hanya dengan menatap Reres. Dalam pikirannya kali ini adalah ia ketagihan dengan adu ranjang yang keduanya lakukan. Reres bisa menuruti perintah dengan baik, desah suara dan semua yang dilakukan gadis itu rasanya menjadi candu yang menuntut otaknya untuk mengulang kembali. Sementara Reres bersikeras tak mau melakukan hubungan ranjang lagi.
"Ga," panggil Reres berusaha menyadarkan sahabatnya yang mematung.
"Hmm," sahut saga.
"kok diem?"
"Hmm," sahutnya seolah tak menemukan jawaban lain untuk menjawab pertanyaan Reres.
"Hmm?" Reres bertanya seraya menatap Saga dengan wajah yang mendekat, sementara tatapan matanya membulat terlihat semakin menggemaskan.
Saga tersenyum melihat wajah Reres yang menggemaskan, dengan cepat menggerakkan wajahnya dan mencium bibir Reres yang berusaha melawan dan Saga menahan dengan lebih kuat. Kuluman dan lumatan bibir menjadi suara yang riuh di dalam ruangan. Reres awalnya melawan sebelum akhirnya membiarkan Saga sejenak mencumbu bibirnya, tangan Saga bergerak mengusap bagian belakang tubuh Reres dan buat gadis itu tersadar. Reres membuka kembali matanya dan mendorong Saga yang tak lagi menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My CEO (END)💜
Romance🪻 TAMAT DI KARYAKARSA 🪻 Tak percaya pada pernikahan tapi, Restu Kanaya Putri gadis bertubuh tambun itu ingin sekali memiliki anak. Bekerja sebagai penjaga bayi besar Alvian Saga Majendra sahabat yang juga atasannya. Buat ia memberanikan diri untuk...