🍄36. Reres sakit 🍄

817 79 23
                                    

🍓🍓mau membaca lebih cepat, bisa ke karyakarsa ya. Di sana udah tamat dan ada season 2 nya. Terima kasih 🍓🍓

***
Hari demi hari berlangsung dan terasa begitu cepat. Hubungan Reres dan juga Saga satu bulan ini terus saja diliputi pertengkaran. Pria itu coba tak menahan keinginan Reres untuk berkegiatan seperti biasa. Termasuk dengan menemui dan berbicara dengan Haris yang jelas akan membuatnya cemburu. Saga mencoba bersikap sesabar mungkin, mau ikuti sifat Haris yang sabar dan dewasa meski sulit setengah mati.

Menjelang akhir tahun seperti biasanya, perusahaan selalu saja sibuk dengan laporan dan persiapan ulang tahun perusahaan. Biasanya Saga akan mengajak para karyawan untuk liburan menginap disuatu tempat selama akhir pekan. Sama seperti tahun ini. Lokasinya juga tak jauh, yang terpenting adalah bagaimana par karyawan bisa menghabiskan waktu bersama.

Beberapa hari ini Reres tak enak badan, karena pekerjaan yang padat. Ia bahkan harus begadang hanya untuk mengerjakan jadwal Saga selama empat bulan ke depan. Kini ia duduk di depan bersama Haris seraya merebahkan kepalanya ke atas meja.

"Oke Res?" tanya Haris cemas.

Reres menggelengkan kepalanya. "Badan aku sakit semua Mas, capek, ngantuk." Reres mengeluh sambil memejamkan matanya.

Haris memegang kening Reres. "Demam kamu," ucap Haris dan Reres anggukan kepalanya.

Reres kemudian menoleh pada Haris, tangan pria itu dingin dan membuat ia merasa nyaman saat tangan itu berada di atas keningnya. Sampai akhirnya Reres membuka mata menatap Haris yang tengah menoleh dokumen.

"Mas?" sapa Reres buat Haris menoleh.

"Hmm?"

"Boleh pegang jidat aku lagi?"

Haris tersenyum, anggukan kepala lalu memegang kening Reres. "Tangan aku dingin ya?"

"Iya, jadi dingin dipegang Mas Haris."

"Yaudah istirahat dulu, hmm?"

Gadis itu kembali memejamkan matanya. Haris menatap Reres lamat-lamat, sedikit pucat tapi tetap cantik dengan bulu mata lentiknya yang menawan, bibir tipis yang manis. Haris mengusap-usap tepi pipi Reres dengan ibu jarinya. Iba juga karena Reres yang sakit dan harus tetap bekerja. Suara napas Reres semakin berat, semakin lelap.

Saat itu Saga berjalan ke luar ruangan, melihat Haris dan Reres kini membuat hatinya bergemuruh. Haris melepaskan tangannya dari kening Reres.

"Ada sesuatu Pak? Biar saya kerjakan. Reres bilang enggak enak badan tadi. Agak demam juga." Haris mencoba untuk membuat Saga tak membangunkan Reres. Ia tak tega jika Reres harus melakukan pekerjaan saat sakit seperti ini.

Saga melirik pada Reres kemudian berjalan mendekat, memegang kening Reres. Demam cukup tinggi, dan Saga jadi cemas.

"Res, Reres," panggil Saga dan Reres segera terbangun.

Gadis itu menatap pada Saga, lalu bertanya, "Mau sesuatu?"

Saga gelengkan kepalanya. "Pulang sama Pak Ahyat sana. Gue nanti dijemput Aira. Lo mau datang bulan kali, biasanya demam gitu 'kan?"

"Lo enggak apa-apa sendirian?"

"Ada Haris, nanti Aira jemput kayak biasa. Pulang sana, jadi Lo lebih fit besok." Saga cemas, tapi bersikap sok tak peduli. Kesal merasa terus diabaikan dan berniat mau tak peduli saja.

Reres anggukan kepala, ia kemudian berjalan menuju ruangan Saga. Langkah Saga terhenti saat ia kini tengah membuka pintu. Pria itu menoleh mendapati Reres yang malah mengikutinya.

"Kok lo ikutin gue?"

"Mau ambil tas," jawab Reres sambil menunjuk tas miliknya di meja.

Saga melanjutkan langkah kakinya, berdiri di balik pintu menatap Reres yang tengah merapikan tas miliknya. Setelah selesai, Reres segera berjalan untuk ke luar ruangan. Hanya saja, Saga masih berdiri di sana, menatap Reres. Wajah sahabatnya merona karena demam, matanya sayu. Saga menyentuh kening Reres.

"Kalau sakit bilang dari tadi di rumah," ucapnya lembut.

Reres menatap Saga, ia juga memegang kening Saga tak mau kalah. "Lo sakit?"

Saga menggeleng. "Kenapa lo tanya gitu?"

"Tumben manis banget?"

Saga hela napa kesal pada sikap Reres yang tak bisa membaca perasannya yang sudah carut marut karena kelakuannya. Saga malas, lalu memilih berjalan menuju meja kerjanya. Sementara Reres memilih untuk melangkahkan kakinya ke ruangan. Mau tak peduli saja sama Reres, malas sama si gendut yang nyebelin setengah mati. Kira-kira begitu yanga ada di pikiran ada di dalam pikiran si pucat.

Namun belum semenit Reres melangkahkan kakinya ke luar ruangan. Ia berlari ke luar mengejar, melihat Reres yang berdiri di depan lift.

"Res!" seru Saga sambil berlari menghampiri.

Gadis itu terdiam, menatap Saga yang semakin dekat kemudian kini berdiri di sampingnya.

"Kenapa Ga?"

Saga terdiam, cari alasan dulu sebelum menjawab. "Ke kantin. Turun bareng ya?"

Pintu lift terbuka, ada seorang karyawan yang berdiri si samping Saga. Sebelum masuk ia menyapa Saga yang tengah sibuk dengan ponselnya, memberitahu Pak Ahyat untuk menunggu di depan pintu masuk. Saga kini malah merasa mual mencium aroma parfum di dalam lift. Sepertinya karena parfum yang digunakan oleh karyawan tersebut. Namun Saga berusaha bersikap baik-baik saja. Reres menoleh, menatap Saga, ia bingung juga dengan tingkah Saga yang tiba-tiba mual.

Setelah pintu lift terbuka, karyawan tersebut berjalan ke luar. Saga merasa lega tak lagi mual.

"Pak Saga sakit?"

Saga gelengkan kepala. "Enggak, saya oke," jawab Saga.

Mereka sampai pada tujuan. Saga ke luar lift terlebih dahulu, lalu Reres selanjutnya. Tapi bukan melangkah ke kantin, Saga malah mengikuti Reres dari belakang Tak ada yang mereka bicarakan. Saga hanya mengikuti untuk memastikan kalau Reres baik-baik saja. Ia cemas karena Reres terlalu pucat.

Mobil Saga terhenti di depan pintu masuk, Saga berjalan lebih cepat dari Reres menghampiri sang sopir. Saga mengetuk pintu penumpang depan, kaca terbuka.

"Tolong ke apotik dulu Pak. Reres harus beli obat."

Reres berdiri di belakang Saga, tentu saja ia mendengar semua yang dikatakan Saga. Reres baru saja akan membuka kursi penumpang depan, lalu Saga melirik dengan tatapan marah.

"Tau aturannya kan?" tanya Saga, menekankan.

Reres telan saliva, lalu anggukan kepala. Takut juga kalau Saga sudah marah seperti ini. Reres kemudian membuka pintu belakang dan duduk di sana. Setelah itu tanpa berkata apapun pria itu kembali berjalan masuk ke kantor. Ia tak ke kantin melainkan kembali ke ruang kerjanya.

Sejujurnya sikap Saga semakin membuatnya bingung. Perhatian sekali, tapi cuek setengah mati. Bahkan belakangan malas berbicara seolah Reres punya salah yang tak bisa ia katakan. Bahkan di rumah sudah bersikap mandiri sekali, kecuali mengeringkan rambut semua dilakukan sendiri.

Mobil itu melaju, menuju apotik dan kini Reres tengah dalam keadaan bingung karena ia sudah terlambat datang bulan Apa ia hamil? Ia ingat terlambat setelah Saga mengatakan kalau dirinya tengah PMS. Dalam perjalanan jantungnya terus berdegup kencang, perasaannya jadi sedikit takut. Namun, bukankah ia harusnya senang dengan itu?

Saga telah kembali ke ruangannya, duduk seraya memangku dagunya. Sejujurnya dirinya juga bingung bagaimana harus bersikap pada Reres. Ia merasa telah mengkhianati Reres dengan berhubungan dengan Aira. Malam itu saat Reres meninggalkannya di mall. Meskipun ia tau dengan jelas kalau Reres sama sekali tak masalah dengan itu. Ada perasaan marah atas tindakannya sendiri. Ia bahkan belakangan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Nindi untuk pulang bekerja bersama Aira.

Saga menerima, karena setidaknya ia harus bersikap baik karena telah merenggut pengalaman pertama Aira. Kadang ia berpikir Aira mungkin saja bisa menggantikan Reres. Namun, keduanya benar-benar berbeda.

"Shit! Saga, Saga gue harus gimana?" Saga bernarasi bingung sendiri.

***

Tolong kasih tau Saga gaes... Dia harus ottoke😂😂😂

Oh My CEO (END)💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang