Pagi hari ini begitu cerah untuk Saga. Hatinya berbunga-bunga sekali. Selama perjalanan tadi ia bahkan terus saja tersenyum. Aneh memang, tapi maklum saja ia baru saja merasakan cinta. Biasanya hanya napsu saja yang meledak-ledak khas anak-anak muda di masa pertumbuhan.
Saat memasuki kantor tangan pria itu beberapa kali ingin menggenggam tangan Reres.Namun gadis itu selalu menolaknya. Bisa kacau kalau ada yang melihat Reres bergandengan dengan Saga. Reres tak ingin itu terjadi dan akan mengacaukan harinya dan Saga nanti.
Keduanya kini memasuki lift. Saga bergerak mendekati Reres dan menempelkan tubuhnya. Ia tersenyum jahil. Apalagi hanya ada mereka berdua di sana.
"Nanti kalau lewat di depan Haris, kita genggaman tangan ya?" tanya Saga.
Reres menghela napas tak suka dengan niat yang ingin dilakukan Saga. Itu pasti akan menyakiti haris dan reres tak mau melakukan itu karena selama ini Haris sudah sangat baik terhadap dirinya.
"Enggak," sahut Reres cepat, sambil melotot.
"Yaudah." Dengan cepat Saga mengalah.
"Nah nurut dong, kan mau jadi — itu."
"Jadi itu apa?" tanya Saga melirik dengan penasaran.
"Enggak jadi," jawab Reres dengan kesal lagi.
Saga hela napas dan diam. "Mens ya?"
Reres melirik menatap Saga dengan bingung.
"Kalau sensi gini kamu biasanya lagi mens, sayang." Saga menjelaskan dengan cara yang manis.Sial, Reres nyaris tersenyum karena kelakukan Saga barusan. Dan ia hanya menganggukan kepalanya. Saga melihat Reres yang nyaris tersenyum karena perkataannya tadi, dan itu cukup membuat ia merasa senang. Karena rasanya dari semua cara yang Saga buat untuk membuat Reres tersenyum, baru ini yang bisa sukses membuat Reres tersenyum, padahal tak sengaja.
Pintu lift terbuka, Saga berjalan ke luar diikuti Reres di belakang. Dari sana Haris sudah tersenyum pada Reres dan bermain mata dengan gadis itu, Reres juga tersenyum pada Haris. Saga jelas bisa melihat itu. Ia kemudian bergerak untu menutupi Reres agar Haris tak bisa melihatnya. Saga melirik Reres dengan kesal, dan itu membuat Reres menaikkan bibir bawahnya tak kalah kesalnya.
Saga kemudian melangkahkan kakinya ke dalam ruangan.Melihat itu, Reres segera berjalan cepat mundur mengeluarkan paper bag berisi makanan.
"Dimakan ya Mas. babay." Reres segera berlari masuk ke dalam ruangan.
"Makasih Res," ucap Haris.
Reres berjalan masuk, ia terkejut melihat Saga yang berdiri di depan pintu masuk sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Pria itu menatap Reres dengan dengan tatapan kesal tanpa senyum. Saga menutup pintu, kemduian menguncinya.
"Kok dikunci?" tanya Reres.
Saga bergerak mendekat, lalu memegang wajah Reres dengan kedua tangannya. Membuat pipi gadis itu tampak menggembung. Menggemaskan dan Saga malah tersenyum, niatnya mau marah. Pria itu kemudian mengecup pipi Reres kanan dan kiri.
"Kenapa gemesin banget sih, hmm? Kenapa aku baru sadar?"
Reres berusaha melepaskan tangan Saga. "Ga lepasin," pinta Reres.
Saga melepaskan tangannya dari wajah Reres, lalu membuka kembali pintu yang ia kunci. Pria itu kemudian berjalan menuju meja kerjanya dan duduk di sana. Reres kemudian mulai mengecek semua kebutuhan Saga. Ia meletakan tas miliknya di atas sofa seperti biasa. Dan berjalan ke luar ruangan.
"Mau kemana?" tanya Saga.
"Ambil jadwal sama dokumen baru. Kan kemarin Pak Saga bikin jadwal baru sama Mas Haris kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My CEO (END)💜
عاطفية🪻 TAMAT DI KARYAKARSA 🪻 Tak percaya pada pernikahan tapi, Restu Kanaya Putri gadis bertubuh tambun itu ingin sekali memiliki anak. Bekerja sebagai penjaga bayi besar Alvian Saga Majendra sahabat yang juga atasannya. Buat ia memberanikan diri untuk...