Mobil yang dikendarai Reres terhenti di sebuah apotek. Reres segera turun dari mobil, kemudian berjalan masuk ke dalam. Tujuannya bukan hanya untuk membeli obat demam, tetapi juga untuk membeli testpack. Di dalam hatinya, kini tengah berpikir bagaimana caranya untuk meminta kepada kasir agar ia bisa membeli testpack. Karena jujur saja, ini adalah pertama kalinya dan Reres malu sekali.
Sebelumnya ia memesan beberapa testpack secara online. Namun, sudah habis ia gunakan untuk mengetes kehamilannya sendiri setelah ia kembali dari Bali. Hanya saja saat itu hasilnya negatif. Setelahnya, tak pernah berpikir lagi untuk membeli karena merasa hasilnya pasti sama saja.
Sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam, Reres mengambil ponsel dari dalam tas kemudian ia berpura-pura menghubungi seseorang saat ia kini berada di depan kasir.
"Jadi lo mau beli apaan nih?" Reres pura-pura bertanya seolah berbicara pada seseorang dari balik ponsel. Padahal ponselnya sama sekali tak aktif, tidak ada satupun panggilan.
Kasir menunggu apa yang akan dibeli oleh Reres.
"Apa? Testpack? Yang merk apa?" Reres berpura-pura berhenti berbicara kemudian menatap pada kasir. "Mbak satu testpack-nya ya? Katanya yang merek apa aja yang penting bagus dan valid."
"Oke tunggu ya Mbak." Sang kasir meminta Reres menunggu dengan nada yang sangat sopan.
Reres mengganggukan kepalanya. "Iya udah gue beli," kata gadis itu kemudian ia mematikan panggilan
Sebenarnya Reres bingung sekali pada dirinya sendiri kenapa ia harus malu membeli testpack? Padahal untuk gadis seusianya, bukankah hal yang wajar jika membeli sebuah testpack?
Saat itu sang kasir kembali membawakan beberapa alat tes kehamilan dari 3 merek yang berbeda. Ia kemudian memberitahu Reres.
"Mau yang mana Mbak?"
"Yang paling bagus aja menurut Mbak. Sama mau obat demam yang aman untuk ibu hamil ya mbak." jawab Reres.
"Baik tunggu ya Mbak." Sang kasir kemudian mengambilkan pesanan Reres.
Setelah membeli testpack dan juga obat demam, Reres segera kembali ke mobil. Dalam hatinya ia penasaran sekali dengan hasil yang mungkin akan ia terima.
***
Hari semakin sore, saat ini Saga tengah dalam perjalanan pulang bersama Aira. Biasanya gadis itu selalu mengendarai mobilnya sendiri. Namun, setelah ia tahu bahwa Saga tak mungkin duduk di kursi penumpang atau kemudi berdampingan dengannya, jadi setiap kali menjemput Saga Ia memutuskan untuk meminta sopir mengantarnya.
Pria itu sibuk dengan tab di tangan, membaca berita bisnis selain itu juga menghindari obrolan di antara keduanya. Aira sesekali melirik ke arah Saga yang sibuk dengan kegiatannya sendiri.
"Ga kamu mau makan dulu nggak?" Aira coba bertanya pada Saga. Mencari bahan pembicaraan untuk mereka berdua.
"Sebenarnya aku lagi pengen cepet-cepet pulang sih." Saga menjawab karena sejak Reres kembali ke rumah, ia merasa cemas dengan keadaan gadis itu.
"Eh kalau gitu. Hmm kalau liburan besok kamu mau jalan sama aku nggak,?" Aira bertanya kepada Saga ia berharap Saga mau menghabiskan waktu bersamanya saat liburan besok.
Saga menoleh kemudian tersenyum pada Aira. "Kita lihat besok ya?"
Melihat senyuman pada pria itu sudah membuat Aira merasa bahagia sekali. Seolah ia berhasil membuat sebuah gunung es besar meleleh. Dan tentu saja dirinya sadar betul kalau untuk membuat Saga tersenyum atau tertawa bukan hal yang mudah. Rasanya begitu bahagia bisa melakukan hal itu. Aira senyum kemudian menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My CEO (END)💜
Romance🪻 TAMAT DI KARYAKARSA 🪻 Tak percaya pada pernikahan tapi, Restu Kanaya Putri gadis bertubuh tambun itu ingin sekali memiliki anak. Bekerja sebagai penjaga bayi besar Alvian Saga Majendra sahabat yang juga atasannya. Buat ia memberanikan diri untuk...