Reres duduk di dalam mobil dalam perjalanan pulang. Dan sejak tadi tak ada yang ia bicarakan dengan Saga. Sejak Reres memberikan kopi untuk Saga. gadis itu tak berbicara sepatah katapun. Reres kesal dan marah dikekang, ditahan rasanya seperti terpenjara. Dan itu buat ia muak dan kesal pada perangai Saga.
Saga yang duduk di samping Reres, merasa cemas juga karena sahabatnya itu tak mengatakan sepatah katapun. Dalam hatinya merasa takut juga, karena Reres jarang sekali marah sampai seperti ini. Sudah lebih dari dua jam mereka saing diam. Bahkan saat Saga memerintahkan, Reres hanya melakukan tanpa perlawanan.
Saga melirik, tetap innocent meski tau salahnya dimana. Hanya saja tak mungkin untuk tak melakukan itu. Saga terlalu takut kehilangan Reres; Saga takut Reres bersama Haris kemudian jatuh cinta pada sekretarisnya itu. Ketakutan Saga begitu besar. Apalagi tau dengan jelas Haris adalah saingannya. Bahkan sejak awal Haris-lah yang menunjukkan ketertarikannya. Saga mengerti kini mengapa sejak lama sekali Haris beri perhatian pada Reres seperti itu. Semua karena, Haris jatuh hati.
"Res mau es krim?" tanya Saga coba menawarkan, siapa tau Reres luluh.
Reres menggeleng, dan hanya itu jawaban yang ia berikan.
"Mau apa dong? Hmm? Gorengan? Cilok? Mi ayam? Mau apa? Steak? Hape baru? Apartemen? Hmm? Boleh deh." Saga menawarkan semua yang mungkin ia bisa berikan.
Reres menoleh. "Apartemen boleh?" tanya Reres.
Saga hampir menganggukkan kepalanya. Sampai ia berpikir kembali. Kalau Reres dapat apartemen, pasti baby sitter-nya itu akan memilih untuk keluar dari rumah. Lebih parahnya lagi ia tak bisa memantau siapa yang menemui Reres. Dan Haris yang akan lebih sering bertemu. Menuruti permintaan itu sama dengan melepaskan Reres.
Saga kini menggelengkan kepala. "Apartemen tadi cuma penawaran pemanis Motor deh atau mobil kalau--" Saga terdiam. "Eh enggak jangan kendaraan, Apel? Gimana lo mau yang terbaru? Gue beliin."
Reres menggeleng. "Yang gue mau bisa jauh dari lo," ketus gadis itu kemudian memalingkan wajahnya.
Saga hela napas ia mulai merasa kesal juga dengan apa yang dikatakan Reres. Tentu saja ia tak akan mengabulkan itu. Mana bisa ia mengabulkan sesuatu yang akan membuatnya kehilangan Reres?
"Kalau itu, lo minta sampai mohon-mohon juga enggak akan gue kasih. lebih baik lo diem gini aja, daripada lo jauh dari gue." Saga kesal ia kemudian memalingkan wajahnya menatap pada jalan dari kaca jendela.
Saga bisa dengar helaan napas kesal dari Reres. Tak akan peduli kalau Reres marah dan kesal, lebih baik daripada harus membiarkan dirinya kehilangan. Sadar diri, Haris lebih baik dibandingkan dirinya. Saga tak mau ditinggalkan. Tak peduli dibilang posesif, jahat, mengekang atau sebagainya. Lebih baik Reres marah dan diam. Saga bisa bertahan dnegan itu semua daripada harus kehilangan Reres.
***
Nindi masih ada di resto, tadi Aira sudah pergi terlebih dahulu. Wanita paruh baya itu masih menunggu seseorang. Ia menikmati kopi miliknya sambil menunggu. Tak lama seorang gadis berjalan mendekat. Itu adalah Lauren. Terlihat begitu cantik dengan rambut lurus hitam juga kulitnya yang eksotis, tinggi semampai, tubuh Lauren bak model dengan tinggi 172cm. Kini mengenakan setelan kemeja lengan pendek, dan celana panjang berwarna magenta.
Lauren berjalan mendekat, ia kemudian menjabat tangan Indi setelahnya ia duduk di kursi yang berada bersebrangan dengan Indi.
"Maaf ya tante terlambat." Lauren mengucapkan itu, merasa bersalah.
"Enggak apa-apa tante memang datang lebih dulu tadi, Mau ketemu orang," jawab Indi.
Lauren menganggukkan kepalanya. "O iya, ada apa ya tante mau ketemu sama aku?"
Nindi to the points, ia menyerahkan dokumen pada Lauren. Dokumen yang sama dengan apa yang diberikan oleh Vinny. Yang berbeda adalah selama ini Lauren tak pernah mau memberikan informasi apapun pada Nindi. Lauren menerima dokumen pemberian Nindi kemudian membacanya. Poinnya adalah Lauren harus merahasiakan apa yang ia dan Saga lakukan dan juga tentang hubungan mereka.
"Saya mau, kamu jaga mulut atas semua yang kamu dan Saga jalani kemarin. Saat kalian menjalin hubungan. Dan tidak ada tuntutan setelahnya."
"Tuntutan seperti apa ya Tante?" tanta Lauren bingung.
"Ya, kamu bisa saja menuntut sesuatu dari Saga." Nindi tak menjelaskan terperinci.
Sementara Lauren tau dengan jelas. Kalau Nindi tak mau ada tuntutan mengatasnamakan Saga jika nanti dirinya mengandung anak dari Saga. Lauren menyodorkan kembali dokumen itu pada Nindi.
"Maaf Tante, bukan mau enggak sopan ke Tante. Tapi aku menolak menadatangani ini. Karena hubungan aku dan Saga kemarin kita sama-sama, bukan karena aku mau ambil sesuatu dari Saga. Aku cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan aku. Dan apapun yang terjadi sama aku dan Saga kemarin itu, benar-benar tulus. Aku sayang sama Saga. Sampai akhirnya aku menyerah. Karena, enggak bisa kalau harus diduakan sama Saga. Hubungan kami udah lama berakhir. Itu jauh sebelum Saga bilang putus. Tante enggak usah khawatir. Aku masih tau malu untuk enggak bilang ke orang-orang tentang bagaimana hubungan kami. Sadar kok, kalau aku ungkapin itu ke orang, nama aku juga akan tercoreng," tutur Lauren mengungkapkan apa yang ia rasakan pada Saga.
Nindi sebenarnya sedikit merasa tersinggung. Harga dirinya dihancurkan oleh pengakuan dari Lauren. Vinny bahkan tak menolaknya seperti yang dilakukan Lauren. Selama ini belum ada mantan kekasih Saga yang menolak dengan apa yang ia tawarkan. Sejujurnya itu malah membuat Nindi merasa lebih takut. Karena dengan begitu bisa saja Lauren mengatakan dan membongkar kelakuan Saga pada orang lain.
Lauren bisa mengerti kalau Nindi mungkin merasa tersinggung dengan apa yang ia ungkapkan tadi. "Aku enggak bermaksud untuk buat Tante merasa tersinggung atau gimana, ya Tante. Aku cuma enggak menganggap hubungan aku dan Saga itu seperti bisnis. Aku tulus sayang sama Saga kok."
"Iya saya ngerti," jawab Nindi seadanya. "Tapi enggak ada salahnya kan kalau kamu tanda tangani ini. Untuk memastikan, kamu benar-benar enggak akan mengakui atau mengatakan ini pada orang lain?"
Lauren hela napas, sejujurnya ia tak mau menandatangani itu. Karena tak mungkin juga ia mengumbar aib Saga yang jelas akan menunjukkan aibnya sendiri. Lauren masih tau diri untuk tak melakukan itu. Lauren kemudian mengambil pena yang terletak di dalam dokumen. Tak membuat Nindi curiga dan mungkin akan menuduhnya macam-macam.
"Ini ya Tante," ucap Lauren kemudian memberikan kembali dokumen pada Nindi.
Nindi menerima sambil tersenyum senang karena ia merasa tenang melihat Lauren yang akhirnya mau menandatangani dokumen tersebut. Jelas ini akan membuat Saga aman ke depannya.
"Terima kasih ya," ucap Nindi.
"Sama-sama Tante."
Nindi menganggukan kepala seraya menatap layar ponselnya, memainkan jemari tangannya di sana. tak lama sebuah pesan masuk di ponsel Lauren. Lauren membuka ponselnya dan sedikit terkejut melihat pesan dari mobile banking miliknya.
"Buat jajan kamu. Bisa kamu pakai sesuka kamu," ucap Nindi.
"Maaf tante, tapi aku enggak butuh uang ini." Lauren menolak. Karena ia malah merasa seperti wanita bayaran setelah mendapatkan bayaran dari Nindi seperti ini.
"Terima aja, Tante permisi." Nindi kemudian berjalan keluar meninggalkan Lauren yang masih kebingungan dengan apa yang dilakukan oleh Nindi
***
.
.
.
.
.Masih berantem mereka gaes...😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My CEO (END)💜
Romansa🪻 TAMAT DI KARYAKARSA 🪻 Tak percaya pada pernikahan tapi, Restu Kanaya Putri gadis bertubuh tambun itu ingin sekali memiliki anak. Bekerja sebagai penjaga bayi besar Alvian Saga Majendra sahabat yang juga atasannya. Buat ia memberanikan diri untuk...