Selamat melangkah di jalan berkerikil
Selamat menyelami lautan yang tak bertepi.
Selamat mendengar suara-suara misteri.
Selamat menyambut diri yang telah kembali,
maka nikmati rasa dalam ketertakjubanmu.
Sehingga kau pun menjadi tahu
bahwa aku bukanlah aku
sampai aku pun diam dan hanya membisu.Musim-musim pergi dan terus berganti. Sukma terus dirasa yang gamang. Satu ketika satu titik cahaya jatuh membuka matanya yang tertutup. Sukma bingung dalam pandangan yang samar.
Apakah keinginanku yang sebenarnya?
Apakah keinginanku ada pada Athif?Sukma merasa bingung dalam keinginan dirinya yang tak begitu jelas. jika keinginanku ada pada Athif lantas dimana ia mencari kehadiran-Nya.
Diam adalah pintu pertama, dalam menuntun kita masuk pada ke Rahiman-Nya. Di situlah awal cinta lahir di dalam cinta.
Sukma dan sahabatnya adalah pintu-pintu yang tersebar.
Setiap orang mempunyai pintu rahasia untuk menemukan kota dirinya.
Cinta yang diam, namun tak bisa diam.Sore hari seorang Jurnalis berkunjung ke sebuah yayasan bernama 'Rumah Cinta'. Pada waktu yang sama, di yayasan tersebut sedang kedatangan tamu, tamu itu bernama Faqih. Beliau adalah wakil guru besar yang ucapannya diikuti banyak orang dan juga sangat berpengaruh.
"Bagaimana Tuan kaitannya dalam ibadah, kenapa persoalan hukum lebih diutamakan, ketimbang hakikat ibadah itu sendiri?" tanya Jurnalis kepada Tuan Faqih.
"Karena itu merupakan ketentuan, dimana ketentuan tersebut tidak akan membingungkan mereka para pemula, atau yang biasa disebut dengan sebutan pengikut."
Seorang guru besar yang dipercaya, berdasarkan pencarian dan usahannya, dengan sengaja membuat semua aturan dan ketentuan, yang dapat dijadikan sebagai pegangan dan tuntunan amalan dalam sehari-hari, harapannya agar tidak ada kesalahan pada mereka semua dalam melaksanakan perintah-Nya."
"Pastinya semua aturan itu bersumber dari kitab suci?" ujar sang Jurnalis.
"Ya, tentu saja. Aturan tersebut merujuk dari kitab suci, yang diturunkan kepada manusia suci pula, yaitu Nabi dan diwajibkan bagi kita meyakininya serta mengikuti ajaran cinta dan kasih pada semua, Karena itulah sangat dibutuhkan adanya seorang guru besar, dimana fungsinya sebagai perantara, serta pengantar pada sebuah cara dalam menerima pemahaman, hingga mereka dapat menjalankan ketentuan yang telah ditetapkan dengan sesuai."
Ada diantara pemula yang belum mampu mengikuti setiap ucapan guru besar tersebut, dikarenakan situasi dan kondisi setiap orang yang memang berbeda, sebagaimana halnya aku.
Aku tidak seperti yang lain. Aku melakukan ibadah sehari-hari, hanya dengan melakukan saja, tanpa mempersoalkan aturan yang terkait dengan masalah hukum yang telah ditentukan pencari ataupun guru besar tertentu. Akan tetapi bagiku, buat mereka yang memegang teguh aturan tersebut, bukan berarti mereka tidak benar, semua itu kembali kepada pribadi yang menjalankan dan siapa pun tidak berhak untuk melarang, ataupun menuntut seseorang dalam melakukan ibadah untuk seperti itu dan seperti ini, berdasarkan hanya karena berbeda dengan yang diyakininya.
Sebenarnya tata cara yang berbeda, merupakan hal biasa, yang tak perlu lagi diperdebatkan kita.
Malam hari, pada saat sedang melakukan sembahyang Sukma menangis.
Ia merasa dirinya seperti robot, sembahyang yang dilakukannya selama ini, tidak memberikan dampak dan efek apa pun. Pada saat Sukma melakukan sembahyang, yang dirasakan hanya gerak anggota raganya saja. Sukma tak mampu menghadirkan rasa pada Sang Hyang yang benarnya. Siapa yang disembah selama ini, siapa Sang Hyang, sedikit pun tak Sukma kenali.
"Sukma melakukan sembahyang atau sholat, akan tetapi yang ia sembah tidak lain adalah ego dirinya sendiri.
Sang Hyang atau Tuhan yang sebenarnya, yang ia kenal sebagai Tuhan, hanya bertuliskan Allah yang tertera di atas tembok Masjid dan Tuhan yang keberadaan-Nya jauh diatas langit sana. Apakah itu Tuhan? sungguh itu bukanlah Tuhan." Sukma bicara lirih pada diri, yang bertanya dan yang menjawab tidak lain dirinya sendiri.
Ia juga sama seperti Jurnalis seorang pemula, namun tidak selalu mengikuti ketentuan aturan guru besar, tak sebagaimana pemula lain, yang selalu memegang dan menjalankan aturan tersebut. Sebenarnya bagi Sukma keduanya sama saja, yakni sama-sama dalam keadaan terjebak. Keterjebakannya adalah, dalam memaknai yang disembah atau Tuhan mereka sendiri, sehingga dua kelompok itu (antara orang-orang seperti Sukma dan pemula yang setia), mengalami keterseretan pikiran, karena memahami, pemahaman tentang sang Hyang yang tidak pada tempatnya.
"Ampuni dan maafkan duhai Tuhan, jika akal kami belum mencapai tentang-Mu."
Kisah ini menceritakan bahwa, perbedaan itu sudah pasti ada, dimana semuanya memiliki tujuan, yang hakikatnya sama, menuju kepada kesejatian-Nya, dengan melewati jalan ataupun pintu bagi setiap orang yang memang berbeda-beda.
Sebagaimana halnya orang-orang dalam perjalanan mudik lebaran, diantara mereka ada yang mudik lebih suka dengan transportasi kereta, ada yang lebih suka dengan pesawat, ada yang mengendarai mobil, motor, bus serta kendaran lainnya. Semua itu tergantung selera dan kebutuhan mereka yang tentunya sesuai dengan keadaan dan kondisi masing-masing setiap orang ataupun pemudik itu sendiri, namun penting untuk diketahui bahwa, setiap kendaraan ataupun jalan yang dipilih tersebut, memiliki kekurangan dan kelebihan yang tak sama, dimana kekurangan dan kelebihan keduanya itu bukan untuk dikeluhkan dan dipermasalahkan, melainkan sebatas dijalani,diterima dinikmati dan tentu saja disyukuri.
Jelaslah dengan pesawat akan lebih cepat sampai pada tujuan, ketimbang bus ataupun kendaraan lainnya yang harganya pun jauh lebih ekonomis. Seseorang pastinya akan lebih memilih mengendarai mobil pribadi ketimbang motor, jika mudiknya bersama keluarga. Ada pula yang dalam perjalanan mudik, seseorang mengendarai motor, bahkan ada yang cukup dengan becaknya, meski becak diianggap suatu pelanggaran, tapi nyatanya itu ada aja dalam setiap tahunnya, yang alasannya si pemudik sendiri yang mengalami.Misal gak punya uang untuk ongkos pulang, atau alasan lainnya. Dalam hal ini permasalahannya bukan pada soal benar dan salah.
Demikianlah cara kita membaca dan memahami setiap perbedaan dan keadaan yang dialami semuanya.
Memang benar, menjalankan ibadah sesuai aturan yang telah ditentukan itu sangat penting, akan tetapi kita juga tidak boleh lupa, bahwa pengalaman spiritual sesungguhnya adalah merasakan kehadiran cinta itu sendiri, yang merupakan tujuan. Sehingga bagi yang belum mampu melakukan aturan tersebut, tidak untuk dipermasalahkan terlebih dimusuhi, itu tak perlu, kenapa?
Mungkinkah seseorang akan mampu menjaga semua aturan-aturan itu, jika tidak tahu, bahkan belum mampu mengenal Sang Kesejatian itu sendiri? nah, dalam rangka mengenal, maka kita berlatih untuk menyadari bahwa, selayaknya yang kita lakukan adalah mencari, dimana dalam proses pencarian tersebut akan mengenali yang membuat kita dapat merasakan sebentar bahagia, sebentar kemudian merasa sedih dan menderita.
Kepada diri kita, yang terus berusaha bertemu dengan sang kesejatian, selamat melangkah🏃🚶♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Cinta
Science FictionKisah seorang perempuan bernama Sukma dalam perjalanan mencari cinta ditemani suara-suara misterius yang seringkali mengganggu. Sejak lama Sukma merasa kehilangan cinta. Waktu berlalu tanpa rasa cinta yang dicari. Satu detik mencari cinta, satu men...