Hakim telah membuat Sukma tersadarkan, bahwa pikiran lincahnya selalu lekat dikepala begitu nyata, hingga Sukma berusaha untuk selalu waspada merawat atas keliarannya.
Menyadari, itulah usaha Sukma dalam memahami dan mengerti gerak pikiran sendiri. Pengertian-pengertian menjadi mudah diterima olehnya. Inilah pengetahuan baru yang akan menuntun Sukma.
Oo, belalai meliuk-liuk sampai di kota suci, lelaki yang di damba melayang senyap serupa udara.
Saat ini ada yang dirasa Hakim pada tubuhnya, ia sembunyikan keluhan itu. Hakim sudah tak bekemampuan meninggalkan Nena, yang kondisinya hanya merebah dan membutuhkan perawatan khusus. Rasa kasihan membuat Hakim tak bisa bersikap semaunya.
Beliau juga merasa tak tega memutuskan Sukma, istri yang menurutnya tak bersalah. Kini yang dilakukan Hakim hanya menjenguk Nena istrinya, kemudian memberikan biaya untuk pengobatannya, setelah itu, ia kembali ke rumah tuanya lagi, mengurus kedua adek perempuan dan keluarganya. Terkadang beberapa hari Layla hilang tanpa Hakim ketahui keberadaannya. Sepulangnya bekerja, ia pun terus mencari adek tercinta bersama teman-temannya. Sesampainya di rumah, Layla akan dilarang pergi kemana-mana. Saat Hakim bekerja, Layla pun lolos juga, bahkan tak pulang selama berhari-hari. Begitu selalu. Sementara Sena adek bontot Hakim, terus berantem dengan suaminya. Hari-harinya ribut selalu, yang menyebabkan Hakim mengusir iparnya untuk tidak lagi datang ke rumah tua itu, tentu saja segala keperluan dan biaya Sena sekeluarga, Hakim yang memenuhi.
Hakim seperti terpukul atas kejadian yang begitu singkat menimpah istrinya sendiri. Nena seorang istri yang usianya dianggap lebih produktif seolah-olah akan memenuhi keinginannya, yang terjadi malah sebaliknya.
Hari-hari Nena, hanya merebah dan dilayani. Bahkan dalam setiap minggunya dokter terus memantaunya.
Semoga kesalahan yang sempat dijalankan kita, merupakan pelajaran hidup yang dapat mengantar pada keengehan dan memberi hikma berharga. Semoga kita mampu memaafkan, bahwa setiap orang masing-masing dengan prosesnya.Sukma yang bagi mereka seperti orang gila sebelumnya, kini telah terbebas dari rasa keterpurukan itu, ia telah menyaksikan semuanya, bahkan ia telah mampu mengontrol rasanya sendiri.
Saat ini Sukma sudah dapat menyibukan diri dengan belajar kesana kemari. Waktu Sukma mulai disibukan dengan pekerjaan rumah, perawatan di dalamnya, setelahnya, yang Sukma lakukan adalah menulis dan membaca.
Dalam seminggu sekali, Sukma pun mengajar di salasatu sekolah tinggi yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
Bagi Sukma menulis bukan hanya pekerjaan jemari, membaca bukan harus memegang buku, namun menurutnya menulis sebagaimana bermeditasi, sementara membaca adalah prasangka baik kepada semua. Aktifitas keduanya bagian dari refleksi dan juga introspeksi.
Keliaran pikiran, jika tak dilatih, akan membuat derita berkepanjangan, maka pastikan pikiran dapat meredah. Ya, sekalipun nampak susah, tapi pada saatnya kita menjadi terbiasa, begitu juga dalam kondisi bahagia, bagi mereka yang dalam pencarian, keduanya merupakan hal sama, yang sumbernya dari pikiran juga. Menyadari ini, suara-suara misteri yang sering menakuti, akan menjadi sahabat sejati. Sekalipun suara-suara itu pasti terus bermunculan dan terus menyerta, namun kebesertaannya sudah tak lagi mengganggu Sukma.
Sukma sebatas mendengar, melihat dan mengamatinya saja, tanpa memberi respon ataupun menyeret diri ke dalam cara kerjanya, sebagaimana yang dilakukan sebelumnya.
Awal pertama kali Sukma mendengar suara-suara itu, hampir membuat dirinya gila, karena saat itu ia belum mengerti, hingga seringkali yang Sukma salahkan mereka yang berada di luar diri, apakah itu suami, istri, anak, bahkan orang lain atau siapa pun yang ada disekitar menjadi sasaran. Sebagaimana dulu Sukma berpikir tentang suaminya juga, seola-olah Hakim sosok yang memberi derita untuknya, kemudian Sukma yang dulu mengharap bahagia, saat ini ia telah memahami, bahwa derita itu tidak lain bagian dari bahagianya juga. Maka damailah dirinya kini.
Semoga bisa melewati kembali pintu Fanna, sehingga ia akan kembali mampu memeluk semua. Percayalah apa pun yang terjadi atas respon sendiri, jika responya tak indah tak mustahil yang terjadi bukanlah keindahan, melainkan perselisihan dan perdebatan.
Dalam hal ini Sukma tak ingin menunjuk siapa yang bersalah, melainkan cukup disadari apa yang terjadi, itu saja. Kemudian diambil sebagai pelajaran dalam mempercantik rupa.
"Bagimu duhai pejalan, bersyukurlah kau, atas kesempatan itu, maka mulailah kembali melangkahkan kaki," suara misteri kembali muncul, namun Sukma telah mengakrabinya.
"Semua karenamu, tanpamu aku tak akan mencapai itu, maafkan jika dulu seringkali aku berselisih denganmu," ucap Sukma yang telah berdamai dengannya.
"Sudahlah, maafkan juga aku, yang seringkali membawa dan menyeretmu begitu jauh."
"Biarkan sesaat aku beristirahat."
"Ya, Merebahlah agar tubuhmu yang kejur lebih melentur. Mendengar lagu akan baik untukmu, karena selama ini yang kau dengar hanya suara-suaraku yang terus menegangkan dan membuatmu ketakutan," ucap suara itu.
Setelah mendengar lagu, Sukma pun langsung tertidur.
Rasanya telah merdeka. Hakim melihat Sukma dalam bingung, hingga beliau berkata, seperti Sukma mendapat pencerahan yang tak diduga-duga.Semoga Sukma tak larut dalam pujian itu. Sukma telah terbebas.
Di atas rerumputan sang diri mengucap selamat dengan diri, ia berdamai dalam kedudukannya, Sukma merasa telah menciptakan syurga bagi dirinya, yang mayoritas orang mengharap itu nanti, namun Sukma sudah merasakan syurganya sendiri.
Di atas bukit dan rerumputan ia menari bebas, berlari kesana kemari, Sukma merasa dirinya telah menjadi penguasa atas dirinya sendiri. Ia berada di sini, ditempat kosong yang merupakan tempat riuh, ia merasakan lenyap, pikiran hilang sesaat. Seketika ia menyungkur dalam syukur. Sukma berterimakasih pada Hakim yang telah memahami, semua dimulai dengan derita dan ini didapat bukan dari teori, melainkan dari restu ketiga jalan inti dan Tuan Ruh. Setelahnya akan ada jalan-jalan lain yang selayaknya Sukma lewati lagi.
Kasih itu rasa yang selalu tumbuh, hingga Sukma pun mulai mencinta. Jika mereka berkata bahwa, Sukma sedang puber kedua, tidak lain karena mereka sedang merasakan cinta Sukma.
Belajar menikmati saja setiap hadiah dari-Nya, kemudian dengan rela belajar kembali melepas kelekatan tersebut tanpa beban. Kelekatan selalu membawa kita menukik ke bumi. Sementara rela melepas kelekatan meringankan tubuh melayang menuju nirwana angkasa, yang ada di lembah sunyi dan syahdu, dimana seruling bambu menemani setiap nyanyian angin, menelusuri pori-pori cinta dan air mata rindu membawa kesejukan menuju rumah diri.
Ikuti kisah perjalanan Sukma, atas nama cinta selanjutnya, apakah ia benar-benar kehilangan cintanya, ataukah ia telah kembali bersama sosok yang dilekati.
Musim-musim pergi dan terus berganti. Sukma yang merasa telah bahagia, terkadang kembali merasakan kegamangan dilubuk hati.Bunga tetaplah bunga, indah dan memberi aroma.
Bunga riasan di taman, dan di rumah terjaga
biar yang lain tak melihatmu
biarkan!
memilih untuk diam di dalam
ataukah terus di luar dengan keriuhan?Aku adalah bunga cantik yang lemah dalam pandangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Cinta
Science FictionKisah seorang perempuan bernama Sukma dalam perjalanan mencari cinta ditemani suara-suara misterius yang seringkali mengganggu. Sejak lama Sukma merasa kehilangan cinta. Waktu berlalu tanpa rasa cinta yang dicari. Satu detik mencari cinta, satu men...