Patah

12 9 6
                                    


Sekarang usia pernikahan Sukma hampir memasuki tujuh tahun, bukan hanya ikatan raga, namun ikatan batin telah teruji. Sukma dan Hakim sudah saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Benarlah ikatan pernikahan itu merupakan sesuatu yang suci, jika keduanya sudah saling memahami ego diri.

Sukma menerima Hakim tetap tinggal di rumah tua bersama kedua adik perempuan dan juga kakaknya, Hakim pun sudah menerima dan mendukung setiap geraknya Sukma.
Sukma sudah pernah hamil tiga kali, namun selalu saja kehamilannya gagal, sekalipun demikian, ia sudah tidak terseret pikirannya lagi. Mungkin sebab itulah Sukma bermimpi Tuan Ruh mengusap perutnya. Sukma menyadari bahwa

“Semuanya hanya bersifat sementara.” Karena itu ia sudah tidak menggebu-gebu. Melepas keinginan, hal itu menjadikan langkah Sukma terasa lebih ringan, memang Sukma masih berkeinginan untuk hamil, namun rasa itu mampu ia kendalikan. Mungkin seperti itulah jika keinginan seseorang tak kunjung tiba, menjadikan harapan datar dan memudar.

Sukma mensyukuri hidupnya. Ia seorang istri yang hanya tinggal di rumah, pekerjaan tidak lain hanya mengerjakan umumnya ibu rumah tangga, ia selalu melakukan pekerjaan sehari-harinya seperti umumnya ibu rumah tangga, jika ada sedikit rasa dirinya yang tak damai, ia akan duduk diam kembali seperti dulu yang sering  dilakukan. Menurutnya dengan bermeditasi rasanya akan menjadi netral kembali. Jika sesekali merasa jenuh, ia akan keluar ke gramedia, ya, hanya begitu, tidak ada yang lebih istimewah, ia diberi nama Sukma, tidak lain itu merupakan doa kedua orang tuanya, dengan harapan agar putrinya dapat melihat selalu ke dalam dirinya.

Sukma belajar untuk selalu mengamati pikirannya, dengan tujuan agar tidak seenaknya menghimpit dirinya, sebagaimana orang-orang yang terlibat tentang gosip pernikahan Hakim. Sukma menyadari bahwa semua itu terjadi hanya karena pikiran mereka yang terus bekerja, padahal benar tidaknya berita itu, tidak ada keuntungan dan kerugian buat mereka.

Setiap kali terbangun dari tidur, Sukma tetap melatih dirinya untuk belajar bersyukur, karena Tuhan telah memberikan kehidupan yang sempurna, dimana rasanya mampu terlepas dari kungkungan menjadi keluasaan.

Hari-hari sebelumnya yang selalu bersedih, kini tidak lagi. Sukma yang dulu telah terseret oleh pikiran diri, saat ini telah mampu mengikuti kisah dan alur cerita hidupnya.

“Apakah hanya sampai disini saja ceritaku ini?” batin Sukma

Selayaknya Sukma tak berpikir seperti itu, memang suara itu munculnya tak permisi dulu, karena ada seseorang yang bertanya tentang permasalahan dengan keluarganya, yang pada suatu titik orang itu berkata;

“Aku sama sekali tidak merasakan adanya kehidupan, pada saat masalahku sudah teratasi, apakah hanya begini saja, lantas seperti apa kisahku berikutnya?”

Ketika itu, Sukma berpikir: “Suamiku sangat malang, beliau hanya menjalankan hidup seperti itu, menolong adiknya yang sebenarnya sama halnya dengan mendukung akan kemalasan suami Sena dan suatu saat nanti, Hakim pasti akan kecewa pada mereka, saudara dan iparnya itu.” Sukma tahu cerita yang terkait di sekitar suaminya, sekalipun ia telah menjalani hari-hari baru, karena hari baru itu juga ada keterkaitan dengan hari-hari sebelumnya. Ya, sekalipun sedikit ada hasrat Sukma yang menghilang.

Saat ini Sukma seperti menjadi sang rahib, yang dalam keseharian hanya melihat pikirannya.

Pernikahannya sudah tanpa ikatan raga, namun ia mampu bertahan semata-mata karena mengandalkan rasa.

Sukma masih tinggal di rumah ibunya sendiri, ia tidak memiliki masalah dengan teman teman, tetangga, ataupun yang lainnya.

Sekarang ia mulai dapat menjalankan aturan yang telah ditentukan guru besar, ia melakukan aturan tersebut dengan seksama. Hakim memuji Sukma, Sukma mulai merasakan cinta suaminya, yang sebelumnya tidak ia dapati. Itu semua Sukma temukan setelah dalam perjalanannya yang penuh derita, dengan sengaja ia berbagi kisah pada sahabatnya, karena ia merasa ada hikma dalam setiap cerita.

Atas Nama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang