Sukma perempuan unik. Ia terus berlatih menghidupkan rasanya, setelah Hakim memutus ikatan pernikahan dengannya. Sejak itu Sukma terus dengan pengamatannya.
Suara misteri yang lama mengikuti bahkan kini telah menjadi sahabat setianya. Sukma dapat mengutarakan rasanya yang terkadang marah, kecewa, takut dan rasa-rasa lainnya, semua yang dirasai, diceritakannya pada peliharaan yang biasa disebutnya sebagai sang misteri.
Hari-hari Sukma hanya sibuk sendiri, sementara sang misteri tetap setia menemani. Derita lama membuatnya berani mengakrabi, mendekati dan berbagi dengan sang misteri. Mungkin inilah hikma. Hikma didapat tidak lain sebab, karena Sukma rela atas apa yang dialami, yang sebenarnya itu bukan merupakan inginnya.
Sukma sebatas menjalani, dalam menjalani, ia diam dan terus mengamati setiap pergantian rasa yang datang padanya.
Sebelumnya Sukma tak pernah mengenali suara misteri itu. Adanya tak pernah dianggap ada. Semenjak perpindahannya dari rumah tua ke rumah kosong ibunya, barulah Sukma dapat merespon peliharaannya, bahkan kandang itu, telah menjadi pemandangan Sukma saat jendela kamarnya sedang terbuka.
Perpisahan Sukma dengan Hakim kini sudah memasuki tahun ketiga. Sejak menyadari bahwa Athif adalah impiannya, ia mulai mencari-cari sosok untuk kembali dilekati.
Memiliki kelekatan baru, baginya tak lagi masalah, selagi ia dapat menyadari dan tak terbawa pada rasa-rasa kecewa sebagaimana sebelumnya. Mimpinya begitu mempengaruhi, membuatnya menjadi berani.
Saat ini seringkali Sukma membaca tulisan sosok yang tak dikenalnya. Penulis itu bernama Musa. Sukma dapat membaca semua tulisan Musa, dari akun temannya yang bernama Dijha.
"Ada kesamaan tulisanku dengannya, nampaknya ia memiliki peliharaan juga," itulah catatan awal Sukma terhadap Musa.
Pada mulanya Sukma tak begitu berkeinginan untuk mengenalnya. Membaca, bagi Sukma ya sebatas membaca, selain profil Musa juga tak mengundang perhatiannya, hanya gambar hitam, sebagaimana langit tanpa bulan dan gemintang.
Hari Rabu malam, sekitar jam 20.00 Sukma yang keisengan mengeklik akun Musa, setelah membaca postingan syair di akun Dhija, mengenai peliharaannya yang pernah hilang, kemudian Sukma mengirim pertemanan begitu saja, ia tak begitu peduli, sekiranya pun pertemanan tersebut tak Musa terima. Ternyata jam 00.00 malam itu ada pemberitahuan satu teman baru telah mengkonfirmasi, saat Sukma melihat, ternyata Musa menerima pertemanan yang telah dikirimnya.
Hari Kamis malam, jam 00.00 Sukma mengirim pesan masenger kepada teman barunya itu.
"Terimakasih sudah dikonfirmasi."
"Ya, kembali kasih," balas Musa.
"Saya menyimak setiap tulisan yang guru tulis."
"O, terimakasih ya, dari mana kau membaca tulisanku, Suk?"
"Aku membacanya dari akun temanku yang bernama, Dijha."
"O, salam kenal ya," balas Musa.
"Ada kesamaanku dengan Musa. Kurasa ia memiliki peliharaan juga, selain sering menulis, sepertinya dia memiliki kesedihan yang tersimpan, sebagaimana halnya aku saat menolak dan menjauhi suara-suara misteri," batin Sukma.
Sukma belum begitu bebas, seolah-olah ia telah berdamai, yang sebenarnya dia belum lepas, memang nampak ada luka yang masih basah, itu semua menjadikannya terus mengakrabi waktu.
"Guru, doakan aku ya," malam itu Sukma kembali mengirim pesan masengger pada sosok yang baru dikenalnya itu.
"Doa apa yang kau inginkan, Suk?" tanya Musa.
"Cukup menjadi diri yang baru."
"Selamat hari lahir ya, Suk. Moga usiamu berkah."
"Amiyn terimakasih," jawab Sukma yang memang malam itu bertepatan dengan hari lahirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Cinta
Fiksi IlmiahKisah seorang perempuan bernama Sukma dalam perjalanan mencari cinta ditemani suara-suara misterius yang seringkali mengganggu. Sejak lama Sukma merasa kehilangan cinta. Waktu berlalu tanpa rasa cinta yang dicari. Satu detik mencari cinta, satu men...