Previous chapter
"Oh, kalian sudah kembali--eh?" Ucap Solar tiba-tiba muncul dari atas sambil menaiki salah satu buku terbang. Tapi ucapan terhenti saat ia melihat sosok teman-temannya. Solar terbang mendekati teman-temannya. "Kalian ada disini? Kenapa? Bagaimana?" Tanya Solar kebingungan.
.
.
.
.
.
.
."Apa.. Apa yang anda lakukan, tuan?" Tanya Sopan masih dengan senyuman tertekan, ia memandang Ivailo yang berusaha membebaskan diri tapi malah membuatnya berayun kesana-kemari.
"Gue gak bisa jadi babysitter dan itu bocil ganggu gue terus, jadi gue gantung aja" Jawab Solar tanpa merasa bersalah. Sopan tidak menjawab, Gentar bisa menduga sebentar lagi Sopan tidak akan menjadi 'sopan', jadi dia langsung saja menghampiri Ivailo dan melepaskan ikatan serta menurunkan Ivailo dari lampu. Untung saja, Sopan masih bisa mengendalikan kesabarannya.
"Tapikan.. tapikan.. Ilo cuman mau main sama Larva..." Ucap Ivailo dengan wajah memelasnya menunjuk si larva--//Solar, terlihat juga telinga dan ekornya turun menandakan ia sedih.
"Lucuuu..." Gumam Taufan.
"Larva.. Pffft--"
"Ivailo, lain kali panggil Lalat aja" Saran Gentar merekomendasikan nama panggilan untuk Solar. Solar yang mendengarnya hanya memberikan jelingan tajam pada Gentar. "Lalat? Apa itu?" Tanya Ivailo dengan wajah polosnya.
"Lalat itu makhluk semacam peri, cuman dia lebih kecil dan punya mata besar, kayak Solar" Jawab Gentar ngawur, namun karena kepolosannya, Ivailo percaya dengan apa yang dikatakan salah satu babunya itu.
Sementara itu, Taufan menyenggol lengan Thorn. "Bukankah dia mirip denganmu...?" Goda Taufan. Thorn hanya memasang wajah datar.
"Sedang apa kalian disini?" Tanya seseorang tiba-tiba. Mereka semua berbalik badan, melihat ke arah orang itu.
"Yang Mulia..."
"Yang Mulia!"
"Mama..!!"
Gentar dan Sopan segera menunduk hormat pada wanita yang tak lain adalah Asyura, sementara Ivailo, dia berlari menghampiri Asyura lalu melompat ke pelukannya. Taufan, Gempa, Blaze, Ice, Thorn, bahkan Solar bingung siapa wanita dengan baju zirah itu.
Dalam benaknya, Solar teringat sesuatu. 'Yang mulia? Dia bukan Putri Elvira.. Atau mungkin dia Putri Asyura, kakak dari Putri Elvira? Kok tampangnya beda jauh...' Batin Solar sembari memperhatikan Asyura dari atas sampai bawah. Wajah Asyura dan Elvira memang sedikit mirip, yang membuatnya mirip hanya mata kiri Asyura yang berwarna merah muda, sama seperti mata Elvira, namun mata kanan Asyura berwarna merah.
"Sopan, Gentar, siapa mereka?" Tanya Asyura.
"Yang Mulia, mereka adalah tamu Tuan Putri Elvira" Jawab Sopan masih dalam posisi menunduk. Asyura terkejut mendengar jawaban Sopan, ia menurunkan Ivailo yang masih dalam gendongannya lalu memperhatikan wajah-wajah Taufan dan kawan-kawan satu persatu. "Tamu? Kenapa.. Kenapa mereka ada disini?" Tanya Asyura lagi.
"Atas perintah dari Tuan Putri Elvira, kami membawa mereka kemari" Jawab Sopan lagi. Asyura masih dengan wajah terkejutnya, ia sama sekali tidak tahu kalau Elvira mengundang 6 remaja tampan yang terlihat (jauh) lebih muda dari Elvira sendiri, Asyura mulai berpikiran kalau adiknya itu menyukai brondong. Sebenarnya dia membuat salinan dirinya untuk menuju ke istana karena merasakan kekuatan asing masuk ke istana, ternyata kekuatan asing itu berasal dari Taufan dan kawan-kawan. Jadi tubuh aslinya masih di medan pertempuran.
"Begitu ya... Baiklah" Ucap Asyura singkat, dia segera pergi dari sana. Sebelum ia pergi, dia memberikan tatapan aneh pada Taufan dan kawan-kawan. Ivailo juga mengikuti Asyura pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMON KINGS
Fantasy7 demon yang tewas dalam peperangan melawan werewolf ratusan tahun lalu diberi kesempatan bereinkarnasi ke dunia manusia untuk membalaskan dendamnya kepada para werewolf yang sudah menghancurkan dunia mereka. Namun mereka tak tahu untuk apa mereka d...