Previous chapter
Taufan yang kepo tentu saja punya hasrat untuk membuka buku tersebut. Toh kata Solar buku itu miliknya. "Paan nih..." Bingung Taufan saat mengetahui isi buku tersebut. Isinya adalah coretan yang entah menggunakan bahasa apa, Taufan tak dapat memahaminya. Otaknya tak bisa menterjemahkan kata-kata yang tertulis disana. "Jelek amat tulisannya..." Ejeknya. Tak tau aja dulu dia sendiri yang nulis itu.
.
.
.
.
.
.
.Taufan menutup jendela lalu membaringkan tubuhnya di kasur. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, jadi dia menunggu dirinya untuk tidur. "Oh!" Tiba-tiba saja, otak Taufan menangkap sesuatu. Dia bangun dan duduk. Taufan menoleh ke arah cermin yang menampakkan bayangan dirinya. "Kejadian ini kan mendadak, gak mungkin mereka bisa nyiapin kamar beserta isinya dalam beberapa jam doang. Bukan gak mungkin kan kalau kamar ini milik orang lain?" Tanya Taufan pada dirinya sendiri. Dia beranjak dari kasur dan mendekati sebuah lemari yang sangat besar, kuulangi, sangat besar.
Taufan membukanya. Dia melihat banyak sekali baju didalamnya, namun terbungkus plastik. "Fiks, kamar ini punya orang. Siapapun itu, gue pinjam kamarnya ya..." Gumam Taufan meminta izin lalu mengambil salah satu pakaian yang cukup formal. Dia mencocokkan pakaian itu dengan dirinya di cermin, tapi tak bisa karena pakaiannya terlalu besar untuk ukuran Taufan. Ia mengembalikannya lalu kembali ke kasur.
Boom...!
"Hah? Apa tu?!" Kaget Taufan, tiba-tiba ia mendengar suara dentuman yang cukup keras. Ia beranjak dari kasur lalu menuju jendela, ia membukanya. Dari kejauhan terdapat kepulan asap hitam. Taufan menduga kalau suara itu berasal dari medan pertempuran. Taufan bersandar di jendelanya. Perlu diketahui, di samping jendela itu terdapat sofa dan meja kecil, sepertinya memang di rancang agar bisa menikmati pemandangan sambil duduk-duduk dan minum teh. Dengan semua ketenangan yang ia dapatkan, tanpa Taufan sadari, matanya mulai tertutup dan ia tidur disana.
=======🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙=======
Boom!!
"Uhuk.. Uhuk...! Elvira..?"
Yang merasa dipanggil hanya tersenyum tenang. "Ups, maaf~" Ucap Elvira, masih dengan senyumanya. Berbeda dengan orang-orang disekitarnya yang terbatuk-batuk karena menghirup asap dari ledakan yang disebabkan oleh Elvira.
"Uhuk... Tuan Putri harus berhati-hati, banyak orang disini" Tegur Voltra.
"Bukannya lebih baik? Sekalian langsung membasmi mereka" Sahut Elvira. Dia segera terbang menjauh dari area ledakan meninggalkan kakaknya dan Voltra. Asyura sudah memanggilnya tapi sepertinya Elvira tidak mendengarkan.
Elvira mendarat di dekat Zavellyn Palace, dimana Elloisé Fusion berada. Begitu mendarat, ia langsung menebas beberapa werewolf dengan pedangnya.
"Matilah kalian, bangsat!" Serunya sambil memenggal para werewolf. Elloisé kaget, bukan karena kedatangannya yang tiba-tiba, tapi karena kata-katanya yang sangat (tidak) ramah. "Tuan Putri, d-dari mana anda belajar kata tersebut..?" Tanya Elloisé pelan-pelan.
"Oh, Sori mengatakannya saat ia kesal" Jawab Elvira dengan santai, ia tak tahu pasti arti kata-kata itu. Elloisé memberikan jelingan tajam pada anak bungsunya yang kebetulan ada di dekatnya, sementara yang ditatap hanya cengengesan gak jelas. Ingin rasanya Sori segera kabur dari sana, takut dengan kemarahan sang ayah.
"Tuan Putri, itu kata-kata tidak baik, tolong lebih bijak menggunakannya" Saran Elloisé. Dia mendekati Sori dan berbisik padanya. "Apa yang kau ajarkan pada Putri?" Tanya Elloisé, sangat terlihat aura membunuhnya sedang mengelilingi dirinya membuat Sori bergidik ngeri. "S-Sori gak ajarin apa-apa... mu-mungkin Putri g-gak sengaja denger" Jawab Sori gelagapan. Elloisé berdecak kemudian memperingatkan Sori untuk menjaga mulut kotornya selama berada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMON KINGS
Fantasy7 demon yang tewas dalam peperangan melawan werewolf ratusan tahun lalu diberi kesempatan bereinkarnasi ke dunia manusia untuk membalaskan dendamnya kepada para werewolf yang sudah menghancurkan dunia mereka. Namun mereka tak tahu untuk apa mereka d...