HITUNGAN HARI

833 114 54
                                    

Previous Chapter~

Jleb

Hati kecil Solar yang imut tertusuk. Ia sebenarnya tidak masalah jika dia seorang pangeran, malahan mungkin Solar akan melebih-lebihkan posisinya itu :v

"Sebuah fakta yang menusuk"

.
.
.
.
.
.
.

Wajah Solar sedikit memerah mendengarnya, ia tahu Sopan pasti juga menganggap ucapannya hanyalah candaan, tapi balasannya menusuk hati Solar. Dalam benaknya, Solar bersyukur hanya ada dia dan Sopan, jikalau teman-temannya ada disini, mungkin mereka akan menertawakan Solar sejadi-jadinya.

Sopan beranjak dari duduknya, ia hendak memanggil pelayan untuk mengambilnya minuman untuk tamunya, rasanya tidak enak jika ada tamu tapi tidak disuguhkan apa-apa sementara tuan rumahnya malah enak-enak minum teh, terlebih lagi tamunya sekarang adalah tamu penting. Sementara Sopan memanggil pelayan, Solar memperhatikan secara detail segala hal yang ada di kamar Sopan, semua ornamen-ornamen didominasi dengan warna emas, biru, dan putih membuat kesan berbeda pada Solar, rasanya sangat tenang setiap ia melihatnya. Kamarnya berkesan mewah yang ditata dengan rapi, jika dilihat-lihat, bahkan tidak ada setitik debu di kamar itu. Namun yang paling menarik perhatian Solar adalah rak buku yang ada di samping meja kecil tempat tidur. Solar juga punya itu dirumah namun tak sebesar milik Sopan, dan juga dari beberapa buku yang tergeletak di meja (namun masih tersusun rapi), sepertinya Sopan adalah seorang yang terpelajar. Mungkin Solar bisa belajar banyak hal baru dari Sopan daripada dengan Gentar, yang malah akan berakhir kekacauan.

(??? : Iyalah, masa kamar bangsawan kotor? 😭)

"Sampai mana tadi?" Tanya Sopan memulai pembicaraan. Solar yang masih memperhatikan kamar Sopan sedikit tersentak saat Sopan tiba-tiba sudah ada didepannya dengan dua cangkir teh di depan mereka.

"Hum... Sebenarnya aku mau menanyakan sesuatu yang lain, apa tidak masalah?" Tanya Solar perlahan-lahan, namun pandangannya mengarah ke luar jendela kamar. Sopan mengernyitkan dahinya, ia menebak Solar akan menanyakan sesuatu tentang kamar yang Solar masuki tadi.

"Tentu, tanyakan apa saja" Jawab Sopan ramah. Solar tersenyum kepada Sopan. "Bisakah kau menceritakan tentang para pangeran?" Tanya Solar. Senyuman manis tulus dari Sopan langsung hilang begitu ia mendengar pertanyaan Solar. Sopan menutup matanya, mengembuskan nafas pelan. Ia mengambil salah satu teh dan meminumnya.

Solar hanya menatap Sopan datar, walau sebenarnya hatinya sedang panik, apakah dia salah bicara? Apa Sopan tak suka pertanyaannya? Atau ada sesuatu yang membuat Sopan tak mau membahasnya? Berbagai pertanyaan terus bermunculan di otak Solar, tapi ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menunjukkan reaksi takut ataupun panik.

"Anda ingin tahu tentang para pangeran? Untuk apa? Saya pikir anda hanya tertarik pada Dieu dan Déesse Lumière?" Tanya Sopan membalikkan pertanyaan dari Solar. Solar berpikir sejenak, apa tidak apa-apa kalau dia menanyakan itu? Dia rasa itu tidak terlalu penting untuk sekarang.

"Tidak jadi, aku mau tahu apa yang harus kulakukan disini" Ucap Solar cari aman saja sambil cengengesan. Dalam diamnya, Sopan tersenyum kecil. "Jadi anda sudah memercayai kami?" Tanyanya dengan nada datar.

"Entahlah, tapi saat aku membaca buku tadi, ada sesuatu tentang vampire. Mungkin jika ini berkaitan dengan vampire yang meneror kami beberapa waktu lalu, maka aku bisa" Ucap Solar yakin. Sopan terlihat sedikit terkejut mendengarnya, ia melirik Solar dengan anak matanya. "Peneroran vampire?" Tanyanya pelan.

"Ya, harusnya kau juga tahu kalau kami--aku cukup dekat dengan vampire itu" Sahut Solar, suatu seringaian muncul di wajahnya. Sopan mengerutkan dahinya, merasa aneh tentang Solar. Ia menarik nafas pelan lalu berbalik. "Anda sudah tahu?" Tanyanya sambil melipat kedua tangannya didada. "Tentu saja, sudah sejak dulu aku mencurigai mereka" Balas Solar. Sejumput seringaian terukir di wajah Sopan. "Baiklah, saya tidak perlu menjelaskan lebih banyak jika anda sudah tahu, setelah anda melakukan apa persiapan, anda bisa bergabung di medan perang--"

DEMON KINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang