23.

812 103 55
                                    

Yogyakarta Internasional Airport Kulon Progo

Dua tahun kemudian.

Akhirnya aku menginjakkan kaki lagi di tempat ini.
Tempat yang penuh kenangan manis dan pahit dalam hidupku.
Dua tahun lalu aku pergi seperti seorang pengecut dan hari ini setelah aku mengumpulkan segenap keberanian untuk datang akhirnya aku pulang.

"Kak Ken!!!" Pekikan histeris adik keduaku__ Queen sedikit banyak membuatku tersadar jika aku masih dinantikan.
Mataku menatap beberapa orang dibelakangnya ada mami dan Rania, tapi tak ada dia...
Setelah luka yang aku torehkan pantaskah aku berharap dia menyambutku?
Jangan berharap pada angin Ken....
Aku menghela nafas sesak kembali menatap ke arah mami. Wanita yang sangat aku sayangi itu tengah menggendong seorang anak balita umur setahunan lebih yang ikut melambai menyambut kedatanganku.
Apakah itu anak Rania? Entahlah.
Dua tahun ini aku benar-benar hilang kontak dengan keluargaku.
Selepas percerainku dengn Lyra aku membawa Eve ke Amerika untuk melanjutkan studiku di sana.
Aku memutus semua kontak, bahkan harus mandiri di negeri orang. Beruntung pengajuan beasiswa pendidikanku disetujui dan untuk menopang kehidupanku dan Eve aku menggantungkan hidup pada hoby dan pekerjaan sampingan yang sudah aku tekuni sejak SMA. Main saham.
Ya aku sama sekali tak meminta uang lagi pada papi dan mami. Karena aku benar-benar hilang kontak dengan mereka.
Baru Minggu kemarin saat aku membuka aplikasi Instagram tiba-tiba banyak DM dari Queen memenuhi layarku.
'kata mami kalau masih ingat jalan pulang, kakak diundang di acara wedding anniversary mami papi'

Sekian lama aku bersembunyi di negeri paman Sam melanjutkan pendidikan S2 ku akhirnya hari ini aku pulang juga.

"Apa kabar 'mi?"tanganku terulur bergetar.

"Anak tak tau diri!" Kata sambutan yang pertama aku terima setelah dua tahun tak bertemu dengannya.
"Tega sekali kamu meninggalkan mami!" Mami berucap ketus dan sinis, tapi netranya yang berkaca-kaca cukup menjelaskan jika dia sangat merindukanku.

"Maafkan Ken mi!" aku menubruk, memeluknya erat.

"Waaaaa"
Suara bocah kecil yang ada di gendongan mami sepertinya berontak karena aku menekannya terlalu kuat.

"Ma__maaf. Hey. Dia siapa mi? Anak Rania kah?" Tebakku karena anak ini wajahnya mengikuti gen keluarga kami_cenderung mirip denganku.

"Tante sini biar Keira Langit gendong saja!"

Deg.

Aku menatap tajam leleki itu. Lelaki yang selalu menghantui kehidupanku.
Langit Alfareza.

"Iya sepertinya dia bosan."
Mami memindahkan bocah itu ke pelukan Langit lalu leleki itu berceloteh lucu menghibur bocah perempuan itu sambil mengajaknya berkeliling bandara.

"Dia___" rasanya lidahku kelu untuk bertanya.

"Dia Keira anak Lyra." Jawab Rania acuh.

Deg.
"Owh." Aku hanya menjawab semampuku.
Ternyata anak itu tumbuh secepat ini.
Sungguh miris ya....anak itu benar-benar mirip diriku.
Jadi teringat petuah lama....
Saat hamil jangan terlalu membenci seseorang, takut anaknya malah mirip orang itu.
Kalimat itu bukan kalimat joke saja ternyata, sekarang ada bukti nyatanya. Keira.
Mungkin benar gadis itu dulu sangat membenciku saat hamil sehingga anaknya pun begitu mirip denganku.

"Dia sudah menikah?"

"Siapa?"

Aku bungkam tak sanggup menjawab.
Rasanya ulu hatiku terbakar jika mengingat tentangnya.
Penyesalan.
Ya aku sangat menyesal berpisah dengannya.
Satu hal yang aku sesali seumur hidupku adalah menceraikan Lyra.
Mungkin memang itulah yang terbaik untuknya, dia berhak bahagia.

Love Hurts ( Sequel Rindu Yang Salah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang