Bagian 3

8K 768 14
                                    

Cinta? Perasaan yang sulit dideskripsikan menurut sebagian orang. Cinta itu sebenarnya seperti apa? Kenapa cinta disimbolkan dengan hati dan dirasakan di jantung?

Kara hanya menjadi penyimak di dalam kelas ketika teman-temannya membicarakan mengenai perihal cinta. Kata yang selalu diucapkan ketika mengutarakan perasaan. Kara sedikit penasaran dengan arti sebenarnya dari cinta itu. Ketulusan? Kesetiaan? Kesabaran? Kara sama sekali tidak mengerti

Kara memilih untuk mendengarkan musik seraya melihat keluar jendela mengamati aktifitas siswa yang sedang berada di lapangan. Kara memejamkan mata seraya bersandar pada kaca jendela dan tanpa sadar tertidur

Kara terbangun dan membuka mata secara paksa menyadari jika dirinya tanpa sadar tertidur. Beruntung saat ini jam pelajaran kosong sehingga Kara tidak akan mendapat hukuman karena tertidur di saat pelajaran

Kara mengerjap merasa ada yang aneh dengan posisinya. Kara memperbaiki cara duduknya ketika menyadari hal itu. Kara sepertinya tertidur di bahu seseorang. Kara tidak memiliki teman sebangku jadi siapa yang telah duduk di sampingnya. Kara meyakinkan diri dan mendongak. Kara terbelalak begitu matanya bersitatap secara langsung dengan mata orang itu

"Kenapa kau melihatku seakan melihat hantu?"

Kara menepuk pipinya mengira dirinya sedang bermimpi. Kara sepertinya masih tertidur dan bermimpi. Namun kenapa terasa begitu nyata. Tidak, hal itu benar-benar nyata

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau tidak menyukai aku disini?"

"Bukan seperti itu. Bukankah tempat dudukmu bukan disini?

"Aku hanya ingin mencoba dan disini memang nyaman. Sepertinya aku harus pindah"

Kara tidak bisa berkata apapun. Hal mengejutkan baginya melihat tokoh utama di dekatnya. Bagaimana bisa Brian tiba-tiba berada di sampingnya? Kara berharap jika hal ini tidak akan mengubah apapun

"Kenapa diam?"

Kara hanya menggeleng sebagai respon. Kara tidak ingin terlalu banyak berdialog dengan Brian. Brian mengernyit melihat tingkah aneh Kara. Brian memegang kening Kara mengecek suhu tubuh gadis itu yang memang agak panas

"Kau demam"

Kara beranjak keluar kelas menuju toilet dan tidak menghiraukan Brian yang memanggilnya. Kara membasuh wajahnya berharap jika semua itu mimpi. Nanun semua itu adalah nyata

Kara menghela nafas panjang mengontrol dirinya. Kara harus berpikiran jernih di saat seperti ini. Selama bukan adegan novel yang diganggu oleh Kara maka semuanya akan baik-baik saja. Interaksi tadi tidak akan berefek apapun ke depannya. Merasa lebih baik, Kara kembali ke kelas

Brian sepertinya sudah kembali ke tempatnya. Baguslah. Karena akan ada adegan antara Brian, Gauri dan juga Vela. Mengingat hal tadi, Kara menjadi tidak semangat melihat drama secara langsung. Kara memilih untuk menelungkupkan kepalanya di antara kedua tangannya seraya memejamkan mata

Hubungan antara Gauri dan Brian sudah mulai terlihat dan Kara berharap hal yang terjadi padanya tadi tidak akan merusak. Penulis pasti akan mengutuknya jika hal itu terjadi

Kara merasakan pusing pada kepalanya. Kara pun meminta izin untuk beristirahat di UKS. Dengan langkah gontai, Kara menuju ke UKS. Penglihatannya tiba-tiba berkunang-kunang membuat langkahnya terhenti. Kara mencoba untuk tetap berjalan namun kegelapan seketika menguasainya. Samar-samar, Kara mendengar seseorang berteriak memanggilnya

Hal yang pertama kali dilihat oleh Kara ketika membuka mata adalah wajah Kak Nesya, perawat muda yang menjadi penjaga UKS di sekolahnya. Kara mencoba masih pusing dan kepalanya terasa sangat berat

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang