Bagian 14

2.3K 273 7
                                    

Kara tidak pernah mengharapkan berada dalam situasi seperti ini. Berada dalam lingkaran para laki-laki tampan membuat Kara menjadi pusat perhatian dan Kara benci akan hal itu. Sebenarnya bukan hanya Kara perempuan satu-satunya disana. Masih ada Gauri, Vela , Rania, dan juga Jihan serta Vanya. Hanya saja posisi duduk Kara yang membuat seluruh penghuni kantin menatap ke arahnya. Kara merutuki Gauri yang seenak jidat menarik dirinya dalam situasi seperti ini

Kara duduk di antara Deon dan juga Candra kemudian di depannya ada Galen, Brian dan juga Ethan. Kara ingin pergi namun juga merasa tidak enak hati karena harus mengacaukan perayaan mereka. Kara terkadang berpikiran untuk menjadi jahat saat berada dalam situasi seperti ini. Dengan begitu Kara tidak perlu memikirkan perasaan orang lain. Namun semua itu hanya sekedar pemikiran bagi Kara. Kara terlalu lemah untuk itu

"Kau sedang sakit? Kau hanya diam sedari tadi"

Kara menggeleng. Kara tidak sedang sakit dan sangat sehat. Kara hanya merasa tidak nyaman berada di antara mereka. Walau Kara mulai untuk bersosialisasi namun hal itu masih sulit untuk Kara. Perasaan cemas dan juga tidak nyaman berada di antara kerumunan masih terkadang dirasakan oleh Kara. Kara hanya tidak menunjukkannya. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal itu kecuali dirinya sendiri dan mungkin Nesya. Kara kembali mengingat perkataan Nesya yang memintanya ke psikiater. Haruskah Kara mencoba? Namun Kara takut. Kara nyatanya belum siap terhadap kemungkinan ke depannya

"Tidak perlu mengkhawatirkannya. Otaknya hanya sedang bekerja keras"

Kara menatap sinis Gauri seraya mendengus. Tidakkah Gauri merasa bersalah karena menarik Kara dalam situasi ini?

"Setidaknya otakku bekerja untuk hal baik bukan untuk sesuatu yang buruk"

Selain keras kepala, mulut Kara juga terkadang tidak bisa terkontrol. Kara akan mengatakan sesuatu hal yang bisa saja menyakiti hati ketika sedang kesal. Tidak peduli siapapun itu

"Kau mengataiku? Otakku juga bekerja untuk hal baik"

"Aku tidak mengataimu. Kau saja yang merasa"

"Kau menyebalkan"

"Terima kasih. Aku akan intropeksi diri"

Kara tersenyum puas melihat Gauri yang kalah telak. Jika ingin Kara masih banyak menyimpan seribu kata yang menyebalkan. Namun seperti sudah cukup untuk saat itu. Gauri juga sudah tidak bisa membantahnya. Kara tentu sangat merasa puas

Vela dan Rania merasa kagum melihat hal itu. Tidak menyangka Kara akan membuat Gauri kalah telak begitu saja. Hal yang cukup langka untuk seorang Gauri. Ternyata di atas Gauri masih ada seorang Kara. Kara benar-benar tidak bisa diprediksi

"Kenapa kalian malah berdebat?"

"I'm sorry karena mengganggu perayaan kalian maka dari itu aku pamit"

Entah Kara bisa dikatakan sebagai seorang jenius atau seorang yang licik. Kara telah merencanakan semua itu dan memanfaatkan Gauri sebagai sumber utama perdebatannya agar bisa segera pergi dari sana. Tidak bisa dipercaya jika Kara telah memikirkan rencana yang berjalan begitu alami

Kara memanfaatkan kekosongan waktu di sekolah dengan tidur. Kara sedang tidak ingin melakukan dan juga memikirkan apapun untuk saat ini. Makanya tidur menjadi solusi untuk Kara saat ini. Angin yang masuk melalui jendela ditambah kelas sedang kosong membuat Kara merasa nyaman dalam suasananya

"Dia sedang tertidur rupanya. Kenapa aku bisa jatuh cinta denganmu? Si pendiam yang selalu menyendiri"

"Ekhem. Ternyata kau disini memandangi pujaan hati"

"Dasar pengganggu"

"Apakah mencintai secara diam-diam begitu menyenangkan hingga kau sanggup bertahan sejak awal?"

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang