Bagian 26

1K 123 9
                                    

Kara ingin membaca namun tidak ada buku ataupun ponsel. Buku atau ponsel adalah teman Kara selama ini. Jika dua benda itu berada di tangan Kara maka asistensi di sekitarnya mulai terlupakan. Namun dua benda tak berada di tangannya saat ini. Ponselnya sudah pastinya menghilang sejak kecelakaannya. Sementara untuk buku, tak ada buku di rumah sakit. Kara sepertinya bisa memberikan masukan kepada pihak rumah sakit untuk menyediakan buku

Kara menghela nafas panjang merasa bosan. Tak ada ponsel, tak ada buku dan bahkan kakinya sakit hingga membuatnya tidak bisa keluar. Kara ingin meminta bantuan kepada perawat namun juga sungkan. Jika menekan tombol darurat malah akan menimbulkan kepanikan. Kara benar-benar kebingungan dalam situasi ini

Laki-laki itu, Brian datang membawa sebuah paperbag yang entah berisi apa. Padahal Kara hanya mendiamkannya namun dia tetap datang. Brian memberikan paperbag itu kepada Kara membuat Kara mengernyit. Kara melihat isi dari paperbag itu yang ternyata sebuah ponsel baru dan beberapa buku. Brian seakan mengetahui hal yang diinginkannya

"Kenapa kau memberikannya padaku?" Untuk pertama kalinya Kara angkat bicara kepada Brian. Kara hanya ingin mengetahui alasan Brian memberikan paperbag yang berisi ponsel dan buku itu kepada Kara

"Bukankah kau menginginkannya?"

Kara memang menginginkannya namun Kara merasa tidak pernah meminta kepada Brian. Jangankan Brian, kata-kata yang menginginkan dua benda itu saja tak pernah keluar dari mulut Kara

"Bagaimana kau tahu?"

"Hanya menebak"

"Aku akan menerimanya dan aku akan mengganti uangmu nanti"

Kara tidak ada alasan untuk menolak karena Kara membutuhkannya. Anggaplah Kara sedang memanfaatkan situasi namun Kara akan tetap menggantinya nanti. Kara menganggapnya sebagai hutang. Kara memang berencana untul membeli ponsel baru setelah pulang dari rumah sakit. Kara bukan orang kaya namun sebuah keharusan untuk Kara memiliki ponsel. Tidak mungkin Kara harus ke tempat dirinya kecelakaan untuk mencari ponselnya sementara sudah beberapa bulan terlewat. Beruntung tidak banyak data-data penting yang tersimpan di ponsel lamanya karena Kara rajin memindahkan data-data yang menurutnya penting ke laptop miliknya

"Kita adalah saudara jadi hal itu tidak perlu"

"Aku akan tetap membayarmu. Tapi tunggu setelah aku sembuh dan pulang ke rumah"

"Terserah"

Kara dan Brian sama-sama diam. Kara sibuk dengan ponsel baru dan buku-bukunya sementara Brian diam-diam memperhatikan Kara

"Kenapa kau mengakuiku dengan mudah sebagai saudara? Bukankah akan lebih menyenangkan bagimu jika kau tetap menjadi si bungsu"

"Menjadi si bungsu bukan sesuatu yang patut dibanggakan"

Brian menatap Kara yang tak sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari buku yang diberikannya. Bukan masalah untuk Brian karena dengan Kara mengajak bicara Brian adalah sebuah kemajuan untuknya. Brian tidak ingin memaksa Kara karena Brian mulai mengerti bahwa Kara sama sekali tidak bisa didesak ataupun dipaksa. Semuanya harus dilakukan secara perlahan. Jika terlalu memaksakan kehendak pada Kara maka Kara akan semakin menjauh. Tidak mudah untuk menerima semua hal ini. Terlebih hal ini bukan perkara yang mudah. Brian sangat mengerti jika dirinya berada di posisi Kara

Kara menatap Brian yang terlihat melamun memikirkan sesuatu. Kara hanya mengendikkan bahu tidak peduli. Kara hanya membiarkan Brian begitu saja. Kara juga tidak berniat mengusir laki-laki itu

"Apa kau begitu menyukai buku?"

"Ya. Hanya ponsel dan buku yang menemani keseharianku sejak orang tuaku meninggal"

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang