Bagian 47

192 34 6
                                    

Kara masih tertidur ketika Karan masuk membawa bubur. Karan meletakkan bubur itu dan hendak membangunkan Kara namun suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. Sesuai dugaan, mereka datang untuk melihat Kara

"Sejak kapan dia mulai demam?" Arlo bertanya seraya memeriksa Kara dengan peralatan yang dibawanya. Karan tidak bisa melarang karena kakak sulungnya itu lebih tahu daripada dirinya

"Aku tidak tahu. Sekitar jam dua dini hari, Kara mengetuk pintu kamarku dan  meminta tolong. Wajahnya sudah pucat dan begitu aku menyentuh dahinya, ternyata sangat panas"

"Tadi pagi?"

"Masih panas"

Arlo terlihat mengangguk kecil dan memeriksa denyut nadi serta pupil mata Kara. Arlo mengeluarkan dua macam obat dan memberikannya kepada Karan

"Kara hanya demam namun sepertinya suhu tubuhnya sewaktu-waktu bisa tinggi. Kalau semisal suhu tubuhnya semakin tinggi hubungi aku"

Karan mengangguk mengerti. Arlo segera pamit karena harus segera ke rumah sakit. Hari ini jadwal Arlo berkeliling mengecek pasien rawat inap. Arlo sebenarnya juga ingin merawat Kara namun Arlo tidak bisa mengabaikan pasiennya di rumah sakit

"Kau tidak perlu khawatir masalah kantor. Biar papa yang mengurusnya. Kau jaga adikmu dengan baik. Kalau ada hal yang dibutuhkan, segera hubungi papa"

"Siap pa"

Arya juga segera pamit ke kantor. Arya bukan lebih mementingkan pekerjaan kantor. Arya juga tidak mau meninggalkan Kara yang sedang sakit. Cukup saat Kara kecelakaan, Arya tidak berada di sisinya. Arya tahu pasti Dian tidak akan membiarkannya

Radit pun juga pamit setelah melihat Kara. Walau berat rasanya, Radit tetap harus pergi. Pekerjaannya juga tidak bisa ditinggalkan seenak hati. Seperti pasien yang bergantung pada Arlo, mahasiswa bergantung pada dosen. Mau tak mau Radit harus masuk karena ada jadwal dengan mahasiswa akhir hari ini

Tersisa Brian yang belum berangkat. Dian tahu Brian pasti merasa berat untuk meninggalkan Kara. Dian pun meyakinkan bahwa Kara tidak apa-apa. Brian pun berangkat mengingat Kara pasti akan memarahinya jika Brian tidak masuk

Brian masuk tanpa semangat membuat teman-temannya heran. Bukan hanya itu, Brian biasanya sudah datang lebih awal bahkan sebelum pintu gerbang terbuka namun hari ini Brian datang sebelum pintu gerbang tertutup

"Kara tidak hadir?" Pertanyaan Gauri menyadarkan mereka akan ketidakhadiran Kara. Gauri menatap Brian merasa ketidakhadiran Kara berhubungan dengan wajah tidak bersemangat itu

"Kara meninggalkanmu?"

"Jangan sembarangan" Brian menjawab dengan kesal atas pertanyaan menjengkelkan dari Gauri

"Soalnya wajahmu tidak semangat dan Kara tidak hadir. Jadi aku menebaknya seperti itu"

"Kara demam"

Brian menjadi objek pandangan atas pernyataannya itu. Anak kembar biasanya saling terhubung sehingga ketika terjadi sesuatu pada yang satu maka satunya lagi juga merasa. Anak kembar yang terbiasa selalu bersama kemanapun akan merasa hampa atau merasa tidak semangat ketika tidak bersama. Namun hal itu tidak berlaku bagi semua anak kembar. Biasa juga ada anak kembar yang tidak akur dan malah sering membuat keributan

Ethan menepuk pundak Brian berusaha menghibur walau tidak berpengaruh. Namanya juga sahabat tentu harus siap sedia dalam keadaan apapun. Walaupun Brian sering memaki ataupun emosi kepadanya, Brian tetaplah sahabat. Hanya perkataan namun tak sampai hati. Mulut dan hati sama sekali tidak sinkron

"Bagaimana kalau kita menjenguk Kara sepulang sekolah?" Gauri mengusulkan yang disetujui oleh lainnya

"Kita tidak membawa apapun?" Vela bertanya yang langsung dijawab oleh Rania

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang