Bagian 21

1.2K 139 7
                                    

Kara membuka kelopak matanya secara perlahan menyesuaikan dengan cahaya yang berada dalam ruangan. Kara mengedarkan pandangannya mencari tahu dimana dirinya sekarang berada. Kara memijat kepalanya merasa pusing. Kara memperhatikan tangannya yang terpasang jarum infus. Kara di rumah sakit? Apa yang terjadi? Kara mencoba mengingat hal yang terjadi padanya sebelumnya namun Kara tidak bisa mengingatnya

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Kara. Karan masuk dengan membawa buah-buahan. Sepupunya itu sepertinya belum menyadari bahwa Kara telah sadar

"Kak Karan. Kenapa aku disini?"

Karan menatap Kara kemudian mendekat. Karan duduk di kursi samping ranjang seraya memegang tangan Kara. Kara membutuhkan penjelasan namun Karan malah belum mengatakan apapun

"Kau tidak sadarkan diri selama dua hari setelah pingsan di sekolah. Kata dokter kau terlalu kelelahan dan banyak pikiran. Apa yang sebenarnya kau pikirkan hingga berakhir tidak sadarkan diri selama dua hari, hm? Aku dan Radit sangat khawatir melihatmu terbaring seperti ini"

Kara mencoba bangun. Kara ingin duduk karena dirinya sudah terbaring cukup lama. Dua hari bukan waktu yang sebentar walau dirasa sebentar. Jika Kara sudah berada di rumah sakit selama dua hari berarti Kara sudah tidak masuk sekolah selama itu

"Pihak sekolah tiba-tiba menghubungi Radit dan mengatakan kalau kau pingsan. Awalnya Rania mengira kau hanya tertidur namun setelah mencoba membangunkanmu, kau tidak bangun. Tepat saat itu Radit sedang bersamaku jadi kami langsung ke sekolahmu. Kau sudah terbaring di UKS saat kami tiba dan perempuan yang menanganimu menyarankan agar kau dibawa ke rumah sakit"

Perempuan yang dimaksud Karan sepertinya adalah Nesya. Kara tidak pernah mengira akan masuk rumah sakit. Pertanyaan yang bahkan Kara sendiri belum bisa jawab adalah alasan Kara pingsan. Kara benar-benar tidak tahu apa yang terjadi saat itu. Seingatnya, Kara duduk di kelas memikirkan tentang orang tuanya. Mungkinkah karena Kara sudah menangis? Tapi tidak mungkin juga yang menjadi penyebab Kara kelelahan. Kara menghela nafas berat memikirkan semua kemungkinan itu

Kara mengaduh karena Karan menyentil keningnya. Kara menatap tajam Karan yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Karan. Padahal Kara baru bangun namun Karan sudah melakukan kekerasan terhadapnya

"Aku hanya menyadarkanmu. Jangan terlalu banyak berpikir, kau baru saja bangun. Lebih baik kau kembali tidur"

"Aku baru sadar kak. Masa Kak Karan memintaku tidur lagi"

"Ah benar juga"

Kara terkadang tidak mengerti dengan Karan. Ada kalanya kakak sepupunya itu terlihat serius dan ada kalanya juga terlihat seperti orang konyol. Padahal image Karan di luar tidak lepas dari kata tampan, dingin dan juga berwibawa. Semua itu hilang jika bersama Kara

"Kak"

"Hm"

"Aku ingin mengunjungi makam ayah dan ibu"

Karan yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya seketika menghentikan kegiatannya. Karan menatap Kara seraya menghela nafas panjang. Entah apa yang ada di dalam pikiran Karan saat itu. Kara tidak bisa menebaknya. Ada kalanya Kara merasa Karan memiliki sisi misterius dalam dirinya

"Pastikan dirimu untuk sehat dulu"

"Kak Karan berjanji, kan?"

Karan hanya bergumam namun Kara menganggap itu sebagai jawaban untuk dirinya. Kara berharap setelah mengunjungi makam orang tuanya di novel maka perasaan Kara akan membaik. Kara sangat tahu seharusnya makam yang dikunjunginya adalah orang tuanya di kehidupan nyata namun untuk saat ini Kara belum bisa melakukannya. Kara masih terjebak dalam dunia novel ini

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang