Bagian 13

2.5K 279 10
                                    

Pertandingan akan dimulai dalam lima menit dan kedua tim terlihat sedang bersiap-siap pada posisi mereka masing-masing. Brian dan Ethan terlihat mengedarkan pandangannya ke arah bangku penonton seperti mencari keberadaan seseorang. Kara tidak ingin terlalu percaya diri namun hal yang dilihatnya adalah kenyataan. Kedua laki-laki itu tersenyum begitu menemukan keberadaan Kara

"Ekhem yang disenyumin"

"Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan untuk Kara seorang"

"Mereka pasti makin semangat melihat Kara"

Kara hanya menjadi pendengar di antara Gauri, Rania dan juga Vela. Kara memilih diam karena Kara tahu bahwa mereka akan semakin mengejeknya jika Kara angkat bicara. Kara tidak mengerti dengan pemikiran aneh mereka yang selalu memasangkan Kara entah dengan Daffin, Ethan, Candra bahkan Brian. Kara menjadi kesal sendiri karena memikirkan hal itu. Tidak mungkin juga laki-laki seperti mereka mau dengan Kara yang sangat biasa saja. Para laki-laki pasti mencari perempuan yang lebih pantas untuk disandingkan dengan mereka

Kara tidak tahu bahwa laki-laki juga bukan hanya melihat penampilan namun juga sikap dan perilaku. Ada beberapa tipe laki-laki yang memang hanya melihat dari segi penampilan dan juga harta. Akan tetapi beberapa di antaranya juga melihat dari segi perilaku. Laki-laki yang merasa nyaman dengan seorang perempuan tidak akan peduli dengan penampilan dan juga harta. Walau ada yang lebih cantik atau kaya, laki-laki tetap memilih perempuan sederhana yang telah membuatnya nyaman

Kara ikut bertepuk tangan begitu tim basket sekolahnya mencetak score walau tidak seheboh Gauri, Rania dan juga Vela. Bukan hanya mereka bertiga, namun semua siswa sekolahnya yang sedang menonton pertandingan. Kara sampai harus menutup telinga karena pekikan mereka yang melengking menyorakkan nama-nama anggota tim basket yang sedang bermain

Kara belum melihat keberadaan Daffin dan juga Candra semenjak pertandingan dimulai. Tidak mungkin mereka berdua melewatkan pertandingan sahabatnya sendiri. Kara mencolek bahu Rania mengalihkan atensi gadis itu dari lapangan

"Daffin dan Candra dimana?"

"Mereka berdua menonton dari tempat yang berbeda. Tempat yang paling dekat dengan lapangan"

Kara hanya mengangguk kecil mengerti. Sababat pasti menjadi yang terdepan ketika melihat pertandingan secara langsung sebagai bentuk dukungan semangat untuk sang sahabat. Walau hanya sekedar duduk dan diam

Babak pertama selesai dengan perolehan score yang seimbang. Meskipun pertandingan ini sebagai bentuk pertandingam persahabatan namun pertandingan tetaplah kompetisi. Hanya ada dua pilihan yang akan keluar dan hal itu adalah menang atau kalah. Dua tim yang sama kuatnya seakan tidak ingin mengalah satu sama lain. Tidak membiarkan lawan untuk lolos semudah itu

Kara sudah melihat keberadaan Candra dan juga Daffin. Terlihat dua laki-laki itu menghampiri Ethan dan juga Brian yang sedang beristirahat. Entah apa yang sedang mereka bicarakan hingga membuat Ethan dan Brian memperlihatkan ekspresi yang sedikit kesal

Kara merogoh dan melihat ponselnya untuk mengecek apakah ada sebuah pesan yang masuk. Biasanya Karan yang hanya selalu mengirimkannya pesan namun sekarang bertambah satu orang yaitu Radit, sang kakak. Pesan yang dikirim oleh Karan hanya sekedar basa-basi yang berujung menceritakan kegiatannya dan pesan yang dikirim Radit menginformasikan mengenai kegiatannya hari ini. Kedua pesan yang hampir sama namun dalam konteks yang berbeda. Kara seperti ibu dari dua orang anak yang selalu menerima laporan. Entah apa yang merasuki mereka berdua hingga selalu mengirim pesan kepada Kara. Biasanya juga tidak. Kara menjadi sedikit curiga dengan dua kakaknya itu

Kara menoleh ketika merasakan ada pergerakan di sampingnya. Kara merasa yang duduk di sampingnya bukanlah seorang laki-laki. Kara mendongak untuk melihat siapa yang sedang duduk di sampingnya

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang