Bagian 5

6.5K 631 8
                                    

Kara masih memikirkan pertemuannya dengan Karan tadi. Sebuah fakta mengejutkan bagi Kara. Kara tidak menyangka jika Karan adalah keluarga dekatnya. Karan ternyata adalah sepupu dari pihak ayah

Beberapa hal yang juga Kara baru ketahui adalah bahwa orang tuanya di novel juga sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Kara masih memiliki seorang kakak laki-laki yang seumuran Karan namun keberadaannya tidak diketahui. Kakaknya meninggalkan rumah karena hidupnya tidak ingin diatur. Kakaknya menyukai dunia musik sementara ayahnya menginginkan kakaknya di dunia kedokteran sama seperti ayah dan ibunya. Hal itulah yang membuat kakaknya memberontak dan memilih meninggalkan rumah

Kebanyakan orang tua memaksa anak untuk menuruti keinginan mereka dan tidak berpikir mengenai perasaan dari anak itu sendiri. Orang tua seakan paling mengerti dengan kondisi anak mereka namun nyatanya mereka hanya melihat dari sisinya saja tanpa benar-benar melihat dari sisi sang anak

Kara lagi-lagi menghela nafas. Alasan Karan mengajaknya bertemu karena Karan ingin Kara tinggal bersamanya. Kara tentu saja menolak. Tidak semudah itu bagi Kara meninggalkan rumahnya. Terlebih Kara sudah terbiasa sendirian. Aneh rasanya jika tiba-tiba harus tinggal bersama orang lain walaupun itu keluarganya sendiri. Lagipula kenapa baru sekarang?

Kara terlalu banyak berpikir malam itu hingga tanpa sadar terlelap dalam mimpinya. Setidaknya dengan tidur, Kara bisa melupakan semua hal yang mengganggu untuk sementara waktu. Tidur adalah obat ampuh untuk menghilangkan segala pikiran yang ada walau tidak sepenuhnya benar-benar dilupakan

Kara akan berangkat sekolah ketika melihat keberadaan seseorang di depan rumahnya. Kara membuka pagar dan menghampiri

"Ngapain?"

"Berangkat bersama"

"Aku naik motor sendiri"

"Aku tahu"

"Terus?"

"Belok"

"Candra. Jangan bercanda"

"Aku sudah mengatakan jika ingin berangkat bersama. Kau dengan motormu dan aku dengan motorku. Kita mengendarai motor masing-masing. Aku akan mengikuti di belakang. Tuan puteri harus dikawal"

"Terserah"

Candra terkekeh melihat ekspresi wajah kesal Kara. Seraya menunggu Kara mengeluarkan motor, Candra memperbaiki letak spion motornya. Walau posisinya sudah bagus, Candra masih tetap melakukannya. Katanya agar ada yang bisa dikerjakan

Kara melajukan motornya disusul oleh Candra dibelakangnya. Kara melirik motor Candra di belakang dari kaca spion. Kara merasa mengingkari tekadnya sendiri. Padahal Kara tidak ingin berinteraksi terlalu jauh dengan para karakter namun seakan para karakter itu tidak ingin membiarkan hidup Kara tenang. Bagaimanapun Kara berusaha mengelak namun semuanya sama sekali tidak berarti

Kara tidak berniat mengubah ataupun mengelak lagi. Kara akan menjalani karakter sebagai dirinya dan tetap pada alur yang seharusnya

"Kalian berangkat bersama?"

Kara sedikit terkejut dengan kemunculan Ethan secara tiba-tiba. Kara mengerjap menormalkan detakan jantungnya yang berpacu karena terkejut. Merasa telah kembali normal, Kara menatap Ethan dan menjawab pertanyaan laki-laki itu

"Dia datang menunggu di depan rumah"

Kara mendengus kesal dengan tingkah laku Candra yang seenaknya saja merangkul dirinya. Kara tidak terbiasa berinteraksi terlalu dekat dengan orang lain. Kara menampik tangan Candra agar menyingkir dari bahunya

Interaksi antara Kara dan Candra merebut perhatian Ethan. Pandangan Ethan tak sedikitpun lepas dari Kara dan Kara tidak menyadari hal itu

"Kalian terlihat akrab"

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang