Bagian 27

914 111 4
                                    

Kara merasa canggung karena berada dalam satu ruangan bersama Dian. Kara dan Dian tidak pernah hanya berdua dalam ruangan karena Brian selalu hadir di tengah-tengah mereka. Biasanya ada Brian yang selalu menjadi pemecah keheningan namun Brian sedang ke sekolah pagi ini dan katanya akan datang siang hari sepulang sekolah

Kara tidak menduga, Dian akan datang sepagi ini. Biasanya Dian datang di siang atau sore hari ini. Arlo, Brian dan juga Dian secara bergantian untuk menjaga Kara. Arlo akan menemani Kara disaat pagi sekaligus memantau perkembangan Kara. Kara juga sudah memulai terapi jalan ditemani oleh Arlo. Walau masih canggung namun tidak secanggung saat bersama Dian. Sementara Dian akan datang atau sore hari tergantung Brian sendiri karena terkadang Brian ada kegiatan ekstra sepulang sekolah. Untuk yang menemani Kara menginap, terkadang mereka bertiga sekaligus atau hanya berdua serta terkadang hanya salah satu dari mereka bertiga

"Mama datang sepagi ini? Ada apa, ma?"

Arlo masuk dengan membawa kursi roda untuk Kara. Sepertinya terapinya akan dimulai

"Mama hanya ingin menemani adikmu terapi"

Kara masih merasa asing dengan kata adik. Walaupun sudah terbiasa dipanggil adik di dunia novel namun berbeda dengan dunia nyata

"Kara, ayo"

Arlo membantu Kara untuk turun dari brankar dan duduk di kursi roda. Arlo dengan telaten menempatkan Kara dengan hati-hati. Kara menatap Arlo dan tak sengaja bertemu tatap. Arlo tersenyum kepada Kara kemudian mendorong kursi roda Kara keluar dari ruang rawat

"Kau ingin makan sesuatu hari ini?"

Seperti sebelumnya, Arlo selalu menanyakan hal apa saja kepada Kara. Bertanya mengenai kebutuhan ataupun keinginan Kara. Kara mengetahui bahwa Arlo juga ingin mencoba lebih dekat dengannya. Walaupun Kara terkadang tidak menanggapinya namun Arlo juga tak pantang menyerah. Arlo terus berusaha mendekati Kara

"Kapan aku bisa keluar dari sini?"

Untuk pertama kalinya Kara lebih dulu bersuara walau hanya sekedar pertanyaan mengenai kepentingan dirinya sendiri

"Kau ingin pulang?"

Bukannya menjawab, Arlo malah melontarkan pertanyaan untuk Kara. Arlo hanya ingin mengetahui jawaban secara langsung dari mulut Kara walaupun Arlo sudah bisa menebak dengan jelas hal yang diinginkan oleh Kara

"Ya, aku ingin pulang. Aku tidak suka berada di rumah sakit terlalu lama"

Arlo tersenyum tipis. Kara tanpa sadar memberitahukan kepada Arlo mengenai ketidaksukaannya itu. Sedikit kemajuan untuk Arlo walau Brian nyatanya lebih cepat dibandingkan siapapun

"Kalau terapimu berjalan dengan baik nanti, aku akan memberikan izin untukmu pulang namun tetap dalam pengawasanku selama di rumah"

"Terserah saja. Asal aku bisa keluar dari sini lebih cepat"

Kara meringis merasakan sakit pada kakinya. Terapi yang dijalani oleh Kara ternyata tidak semudah yang terlihat di televisi. Tentu saja berbeda. Otot-otot kakinya masih terasa kaku dan terasa sakit ketika dijadikan tumpuan pijakan. Mungkin efek dari kecelakaan itu hingga Kara masih merasakan sakit pada kakinya

Selain merasa sakit, Kara juga merasa lelah. Terlihat dari bulir-bulir keringat yang membasahi wajahnya. Arlo sebenarnya tidak ingin terlalu memaksa Kara namun Kara yang keras kepala dan terlalu ngotot untuk tetap melanjutkan terapinya. Arlo sangat dibuat khawatir melihat Kara yang terlalu memaksakan diri

"Aku tahu kau sangat ingin pulang namun jangan terlalu memaksakan dirimu. Kakimu masih rentan dan jika kau masih terus seperti itu lagi, bukannya cepat bisa berjalan namun kau malah akan lumpuh total. Aku bukannya menakutimu. Aku hanya khawatir"

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang