Bagian 38

403 64 0
                                    

Kara menentukan pilihan untuk memainkan piano. Kara duduk di depan piano dan mulai menekan tuts secara asal. Kara melakukan itu sebagai awal sebelum memulai latihannya. Kara hanya ingin memastikan pengaturannya sudah sesuai atau tidak

"Oh, kau memilih piano juga?"

Kara tidak tahu ternyata Ethan juga memilih piano. Piano yang dipilih Kara ternyata berhadapan dengan piano yang telah dipilih oleh Ethan. Kara hanya tersenyum menanggapi. Belum ada orang lain yang pernah melihat Kara memainkan musik, kecuali ayah dan ibunya. Sepertinya teman-teman kelas di sekolah lamanya juga pernah? Kara tidak yakin saat itu bisa dianggap memainkan alat musik karena Kara hanya sekedar memetik gitar asal-asalan tanpa memperhatikan nada. Bukan untuk penilaian tapi hanya sekedar bermain

"Kau sudah memilih lagu?"

"Belum. Aku masih bingung"

"Apa yang membuatmu bingung?"

"Aku hanya tidak ingin sekedar asal memilih. Aku mempertimbangkan lagu yang menurutku bisa ku selesaikan"

"Butuh rekomendasi?"

"Boleh saja. Aku ingin lagu ballad tapi temponya bisa disesuaikan dengan melodi piano. Tidak terkesan cepat ataupun lambat"

"Wow, pertimbanganmu ternyata begitu matang. Ada beberapa lagu yang seperti itu. Kau ingin instrumen piano langsung atau ingin mendengar instrumen versi aslinya lebih dulu?"

"Aku ingin mendengar instrumen versi aslinya lebih dulu"

"Ok. Sebentar" Ethan terlihat mengeluarkan ponselnya dan mengotak-atik mencari sesuatu. Setelah menemukan yang dicarinya, Ethan memperlihatkannya kepada Kara

"Temponya sudah pas tapi sepertinya aku akan kesulitan di bagian intro. Bisa perlihatkan yang lain?"

"Aku masih banyak stok. Jangan ragu mengatakannya"

Kara tersenyum menanggapi hal itu kemudian beralih fokus pada ponsel Ethan. Cukup lama mencari hingga Kara menetapkan pilihannya. Walau sedikit berbeda dari keinginan awal namun Kara menyukainya dan sepertinya mampu untuk memainkannya hingga selesai

"Aku akan mencoba bagian reffnya lebih dulu"

Kara mulai menekan tuts-tuts piano menyesuaikan dengan nada-nada yang Ethan perlihatkan. Jari-jemarinya begitu lihai menari di atas tuts-tuts sementara matanya sesekali melirik ponsel Ethan untuk melihat nada

"Awal yang cukup bagus"

Kara menoleh dan menemukan Pak Adnan berdiri di belakangnya seraya bertepuk tangan. Kara tidak menyadari akan keberadaan Pak Adnan di belakangnya. Kara menatap Ethan yang hanya mengendikkan bahu seakan tidak tahu

"Lanjutkan. Ethan, kau juga harus latihan. Bapak tahu kemampuanmu tapi bapak juga melihat dari proses dan progress. Bukan hanya hasil"

"Baik, pak"

Ethan beranjak menuju tempatnya. Kini Ethan dan Kara saling berhadapan dengan piano masing-masing sebagai penengah di antara mereka. Kara mengatakan maaf dengan isyarat yang hanya ditanggapi senyuman kecil oleh Ethan. Kara merasa tidak enak hati karena Ethan membantunya, Ethan malah mendapat teguran

"Tidak perlu merasa tidak enak hati. Aku menegur Ethan bukan karena membantumu. Sebelum-sebelumnya dia sudah seperti itu. Setiap tugas yang kuberikan, dia selalu menawarkan diri untuk membantu temannya. Aku bukannya melarang dia untuk membantu. Masalahnya, dia malah lebih fokus dengan tugas orang lain dibandingkan tugasnya sendiri. Penilaianku bukan hanya pada hasil tapi juga melihat dari prosesnya. Aku paling senang dengan siswa yang mau berusaha walau kemampuannya hanya seperti itu"

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang