Bagian 44

184 38 0
                                    

Kamar Kara berada di antara empat pilar. Artinya Kamar Kara berada tepat di tengah antara kamar kakak-kakaknya. Kara sengaja diberi kamar itu agar lebih mudah untuk meminta tolong ataupun bantuan ketika terjadi sesuatu dengan Kara. Bukan berharap hal yang buruk tapi hanya untuk mengantisipasi. Apalagi sakit itu tidak bisa diprediksi dan dialami begitu saja

Kara menyukai kamarnya karena bisa melihat semuanya. Pandangan Kara begitu meluas saat berada di balkon. Seperti saat ini Kara berada di balkon menikmati udara malam seraya melihat bintang-bintang yang menyebar berkelap-kelip

Kara mengucek mata untuk memperjelas penglihatan. Kara merasa ada yang salah. Tidak mungkin Galen berada di sana, balkon kamar Brian. Mungkin Kara berhalusinasi. Tapi kenapa harus Galen? Kara merasa tidak memikirkan laki-laki itu

"Hai"

Kara sepertinya salah dengar. Tapi itu terdengar nyata. Kara melihat lagi Galen untuk memperjelas bahwa itu nyata. Menatap ke arah kakinya. Ada bayangan dan berarti ada. Kara takutnya itu bukan yang asli

"Kau Galen?" Kara bertanya ragu dengan pikirannya

Galen hanya tersenyum. Laki-laki itu mungkin merasa lucu dengan pertanyaan Kara walau sebenarnya tidak ada yang lucu

"Tentu. Menurutmu aku siapa? Hantu?"

"Aku mengiranya karena kau tiba-tiba disana. Sejak kapan kau datang?"

"Sejam yang yang lalu. Kami bahkan di ruang tamu saat kau turun mengambil air"

"Aku sepertinya tidak menyadarinya. Kau bilang kami, kau tidak sendirian?"

"Seperti biasa"

Kara mengangguk paham. Mendengar adanya suara dari sana, bisa dipastikan sahabat-sahabat Brian berada disana. Kara samar-samar mendengar Deon yang sepertinya berceloteh

"Kenapa kau keluar dan tidak bergabung dengan mereka?" Kara hanya penasaran karena Galen memilih menyendiri di balkon

"Mereka main game dan aku tidak"

"Alasannya?"

"Hanya dua pemain dan yang lainnya supporter. Brian dan Daffin yang bermain. Kau bisa membayangkan jika Ethan, Candra dan Deon menjadi supporter"

Kara terkekeh. Bisa dibayangkan bagaimana tertekannya Galen ketika harus berada di antara ketiga orang itu. Kara tahu itu mendengar dari suara teriakan yang sama-samar dari kamar Brian

Hujan tiba-tiba turun menyembunyikan bintang-bintang. Galen hendak masuk ke dalam ketika melihat Kara yang masih berdiri seraya menengadahkan tangannya merasakan rintik-rintik hujan

"Kau tidak masuk?"

"Sebentar"

Galen mengendikkan bahu dan masuk ke dalam kamar Brian. Kara masih belum bergeming dari tempatnya. Kara suka hujan. Hujan memberi ketenangan bagi Kara. Hujan menemani kesendirian Kara dan hujan pula yang membiarkan Kara meluapkan perasaan

Cuaca seketika bisa berubah seperti sekarang. Padahal tadinya tidak ada tanda-tanda akan hujan tapi tiba-tiba turun hujan. Cuaca itu juga seperti perasaan. Bisa seketika berubah. Orang yang menangis bisa seketika tertawa. Tapi malah aneh jadinya

Kara terkekeh sendiri mengingat dirinya pernah seperti itu. Saat dirinya sudah menitikkan air mata karena sebuah video tapi saat membaca komentarnya malah tertawa. Perasaannya malah jadi campur aduk seperti nasi campur

Paling menyebalkan ketika ingin tertawa tapi sedang berada di tempat umum. Ditahan malah terlihat seperti ingin buang air dan kalau tidak ditahan malah dianggap aneh karena hanya kita yang merasa lucu. Sungguh sulit

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang