Bagian 33

441 92 4
                                    

Kara dibuat penasaran oleh Brian. Brian belum memberitahu Kara kemana akan pergi. Kara sudah bertanya berapa kali dan tetap mendapatkan jawaban yang sama. Kara akan tahu disana. Cukup mengesalkan bagi Kara karena jiwa penasarannya sudah tinggi. Jika masih tahap rendah, Kara mungkin tidak akan sekesal itu

Jujur, Kara diam bukan berarti akan terus menurut saja. Ada masa dimana Kara juga memberontak ingin tahu akan rasa penasarannya. Namun bukan berarti Kara juga terlalu ingin tahu. Kara hanya ingin sekedar tahu. Setidaknya Kara tidak terlibat seperti anak yang sedang tersesat tidak tahu kemana tujuannya. Atau seperti orang bodoh yang tidak tahu apapun

"Rumah siapa ini? Kau ingin mengunjungi temanmu lebih dulu?"

"Bukan teman tapi keluarga"

"Keluarga?"

"Kakek, nenek, om, tante dan kakak sepupu"

Kara tidak tahu bahwa dirinya akan bertemu dengan keluarga besarnya. Kara masih belum siap untuk bertemu. Kara terlalu takut untuk mendapat kembali penolakan. Papa dan dua kakaknya saja masih belum. Apalagi ini menyangkut keluarga besar yang artinya lingkupnya sudah meluas

"Tidak. Aku tidak mau. Kau masuk saja sendiri. Tidak masalah aku pulang sendirian"

Brian mengernyit namun dengan cepat mengerti. Brian sepertinya tahu akan kekhawatiran Kara namun hal itu tentu tidak akan terjadi. Brian membawa Kara ke rumah kakek dan neneknya bukan semata karena keinginannya. Namun keputusan dari keluarga besar dari pihak papanya sendiri. Mereka ingin melihat Kara, cucu perempuan, keponakan perempuan dan sepupu perempuan satu-satunya. Benar, hanya Kara satu-satunya perempuan dalam silsilah keluarga kakek dan neneknya. Ayahnya tiga bersaudara dan semuanya laki-laki. Anak dari saudara ayahnya pun laki-laki. Sudah dikatakan sebelumnya bahwa keluarga ayahnya dipenuhi oleh laki-laki

"Aku tahu kekhawatiranmu tapi itu tidak akan terjadi"

"Papa, Kak Radit dan Kak Karan bahkan belum menerimaku. Bagaimana bisa aku percaya jika yang lainnya tidak?"

Brian rasanya ingin mengutuk papa dan kedua kakak es batunya itu. Gara-gara tidak tahu mengekspresikan sikap dan perilaku dengan benar membuat adiknya berpikiran yang tidak-tidak. Padahal yang paling semangat untuk menemukan Kara mereka bertiga. Tapi begitu sudah berada di hadapan malah dicuekin. Jika tidak mengingat mereka orang yang lebih tua, mungkin Brian sudah melawan walau Brian sudah jelas akan kalah. Brian juga tidak ingin menjadi anak dan adik durhaka karena berani melawan

"Begini saja. Kita masuk dulu. Hanya sebentar. Setidaknya mereka sudah melihatmu. Aku juga diberi amanah ini. Tolong, yah"

Kara mempertimbangkan tawaran Brian. Berhubung hal ini soal amanah, Kara pun setuju. Kara juga tidak tega melihat Brian memohon seperti itu

Kara terus bersembunyi dibalik Brian begitu mereka masuk ke dalam rumah.  Suara orang-orang sedang berbincang mulai terdengar di telinga Kara. Kara benar-benar sangat gugup saat ini. Melebihi rasa gugupnya ketika pertama kali bertemu dengan papa, Radit dan juga Karan

Tidak ada lagi suara yang terdengar di telinga Kara. Sepertinya mereka menyadari akan kehadiran Brian. Kara ingin melihat namun juga terlalu takut. Kara hanya berdiri bersembunyi di belakang Brian

"Dimana dia?" Entah siapa yang bertanya namun jelas yang dimaksud dia adalah Kara. Dari suaranya, Kara bisa menebak bahwa dia adalah pria yang sudah sangat berumur. Cukup terdengar di telinga Kara ada getaran suara khas milik seorang kakek-kakek. Penampilan mungkin bisa mengecoh namun ada beberapa yang tidak bisa mengecoh
"Dimana cucuku?" Sekali lagi suara itu terdengar. Ada sedikit ketegasan yang terselip untuk yang kedua ini. Namun Kara masih belum berani menampakkan diri

KarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang