"Wah, ga nyangka ketemu lagi. Kamu kenal sama yang ulang tahun?" tanya Jovano pada Ervina.
"Nggak juga. Ayah kerja sama Pak Tirta," jawab Ervina.
"Ah, gitu. Aku ga kenal Pak Tirta. Tiara tuh, disuruh bosnya pesan lukisan. Aku ngantar aja. Bukan undangan. Coba diminta nampil badut, beda ceritanya, hee ...," jawab Jovano sambil bergurau.
"Tiara?" tanya Ervina. Dia tidak ingat siapa itu.
"Ra! Sini!" Jovano memanggil Tiara agar mendekat.
Tiara manut juga dan menghampiri. "Hai, apa kabar?" Tiara menyapa Ervina.
"Baik. Thank you." Ervina menjawab singkat. Suaranya datar, tidak ada kegembiraan di sana. Dia memandang Tiara dan ingat, Tiara yang membantunya di kamar saat baru keluar dari air laut ditolong Jovano.
"Good. Aku harus menyerahkan lukisan ini. Aku segera balik." Tiara tidak bisa menemani lebih lama, dia memilih menemui bosnya.
"Senang melihat kamu di sini. Kamu baik-baik, kan?" tanya Jovano.
"Kamu ga dengar kekasih kamu udah tanya tadi?" Sedikit ketus Ervina menjaawab.
Jovano nyengir. Gadis cantik yang satu ini memang sulit diduga.
"Tiara itu teman aku. Aku jomblo, hee ... hee ...." Jovano menggaruk kepalanya.
Ervina tidak tersenyum. Wajahnya datar, masih sedikit ketus.
"Aku kira aku lebih baik pulang. Udah lama aku di sini." Ervina beranjak.
"Vina!" panggil Jovano.
Ervina berhenti, berbalik dan memandang Jovano.
"Bareng aja. Aku juga mau pulang. Urusanku udah selesai." Jovano menawari.
Ervina tidak bereaksi. Saat itu Wilma muncul.
"Hai, Jovano?" Wilma terkejut dan tidak mengira bertemu lagi dengan Jovano.
"Malam, Tan. Apa kabar?" Jovano mengulurkan tangan, menyalami Wilma.
"Kamu di sini juga? Ga jadi badut, kan?" ucap Wilma.
"Hee ... nggak, Tan. Jadi pelukis. Eh, salah, kurir," jawab Jovano.
Wilma mengangkat kedua alisnya. Pemuda tampan dan baik hati ini penuh misteri juga ternyata.
"Bu, aku mau pulang." Ervina menyela percakapan Wilma dan Jovano.
Wilma memandang putrinya. Dari raut wajahnya jelas Ervina sudah tidak betah berada di pesta itu.
"Ya, baiklah. Tapi kamu harus balik sendiri. Masalahnya ..."
"Biar sama aku, Tan. Aku juga udah mau jalan." Jovano menawarkan diri.
Tatapan Wilma kembali pada Jovano. Pemuda tampan itu, sekali lagi mejadi pertolongan buat putrinya.
"Nggak usah. Aku bisa sendiri. Ga usah kamu repot. Aku ..."
"Aku ga repot. Lagian dari sini sejalan ke arah rumah kamu. Aman," ujar Jovano.
"Sayang, Jovano benar. Ibu akan lega juga kalau kamu ada teman pulang." Wilma ikut bicara.
Ervina berpikir, daripada terlalu lama berdebat, lebih baik iya saja. Hanya jalan pulang. Tidak sampai setengah jam. Lalu Badut itu akan pergi.
"Oke, serah," sahut Ervina.
"Kamu pamit sama tuan rumah bentar, yuk," ajak Wilma.
"Nggak usah. Ibu aja yang kasih tahu. Aku malas ketemu orang-orang." Ervina mulai keras lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlabuh di Pantai Hatimu
RomanceKehilangan kekasih untuk selamanya, Gamaliel, karena kecelakaan saat pendakian, membuat Ervina hancur. Dia merasa dunia runtuh dan hidup tidak berpihak padanya. Ervina memilih berhibernasi menjauh dari semua kesibukan yang dia jalani. Dia merasa sem...